Menteri Jonan: Kalau Plafon Tarif Harga Listrik Terlalu Rendah, Produsen Jepang Jangan ke Indonesia
Penawaran produsen Jepang terhadap energi terbarukan kepada Indonesia masih terlalu tinggi dibandingkan penawaran China atau dari Eropa sekali pun.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Penawaran produsen Jepang terhadap energi terbarukan kepada Indonesia masih terlalu tinggi dibandingkan penawaran China atau dari Eropa sekali pun.
"Penawaran dari China kepada PLN bisa mencapai 5 cent untuk listrik tenaga surya dan dari Eropa bisa mencapai 6,8 cent di Sulawesi. Bahkan kalau produsen Eropa masuk ke Pulau Jawa menggarap banyak listrik mungkin bisa lebih rendah lagi," papar Menteri Ignasius Jonan (55), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia saat temu masyarakat Indonesia, Minggu (10/3/2019).
Bagi Indonesia menurutnya yang penting adalah kesejahteraan rakyat banyak.
"Saya tidak berurusan dengan produsen. Bagi saya membuat sebanyak mungkin rakyat sejahtera di mana pun bisa menikmati listrik dengan harga terjangkau mereka, ini yang paling susah dari kerja saya," kata Jonan.
Menteri Jonan juga sedang melakukan kajian bagi minyak kelapa sawit (CPO) menjadi bahan pembangkit listrik tenaga diesel.
"Bagi saya sendiri sebenarnya ingin pembangkit listrik terbarukan mencapai sekitar 25 persen dari seluruh energi yang dihasilkan di Indonesia. Tapi saya kan tidak tahu nanti setelah Presiden baru. Ya mungkin bisa ditanyakan ke Calon Presiden yang ada mengenai energi di Indonesia nantinya," lanjutnya.
Selain itu Menteri Jonan juga menekankan energi yang dapat terjangkau rakyat banyak daripada green-energy.
"Kalau kita ditanya pilih mana antara green energy dengan affordable energy yang bisa diraih rakyat banyak? Kalau saya sebagai menteri memilih yang affordable yang bisa terjangkau rakyat banyak sampai ke pelosok. Masih banyak rakyat belum merasakan listrik di Indonesia sehingga 350.000 rumah tangga kita gratiskan sesuai persetujuan Presiden akhir 2016," jelasnya.
Memang diakuinya energi terpusat sekitar 60 persen di Pulau Jawa baik jumlah pengguna maupun kapasitas listrik penggunaannya.
"Namun jangan samakan Jawa dengan daerah-daerah terpencil yang belum ada listrik," tambahnya.
Dengan masuknya listrik ke tempat terpencil, Menteri Jonan yakin peningkatan kualitas hidup manusianya sehingga perkembangan dan pertumbuhan masyarakat menjadi yang lebih baik dapat tercapai lebih lanjut.
Menteri Jonan juga melihat banyak anak muda saat ini melihat media sosial dalam kehidupan sehari-harinya.
"Saya tidak suka melihat media sosial, kok bisa jadi menteri, ya?" kata Jonan disambut tawa peserta.