Panggilan Jiwa Sonya Maramis Menjadi Penerjemah Bahasa Isyarat
Sonya Maramis namanya. Karirnya sebagai Purchasing Manager di perusahaan mebel cukup menjanjikan.
Penulis: Nurul Hanna
Editor: Rachmat Hidayat
![Panggilan Jiwa Sonya Maramis Menjadi Penerjemah Bahasa Isyarat](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/onya-maramis22.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Sonya Maramis namanya. Karirnya sebagai Purchasing Manager di perusahaan mebel cukup menjanjikan. Namun, ia tetap menggeluti pekerjaannya sebagai juru bahasa isyarat.
Baginya, menjadi juru bahasa isyarat adalah panggilan jiwa. Sonya telah menjadi juru bahasa isyarat untuk program berita di enam stasiun televisi berbeda. Ia juga menjadi juru bahasa isyarat di Debat Pilpres 2019.
Tribun berkesempatan mewawancarai Sonya Maramis yang dikenal sebagai perempuan tegas. Berikut petikan wawancaranya:
Apa pekerjaan utama Anda?
Selain juru bahasa isyarat, ada pekerjaan tetap saya. Saya karyawan di Mahakarya Warisan Nusantara. Kenapa (menjadi) juru bahasa isyarat, sifatnya menjadi seperti side job, karena kestablian dari juru bahasa isyaratnya sendiri yang saat ini itu belum menjadi permanen job.
Sejak kapan mempelajari bahasa isyarat?
Saya belajar bahasa isyarat tahun 2011. Itu juga kebetulan, dulu tante saya sudah belajar bahasa isyarat. Sebelum 2011 saya sudah diajak tante saya tapi saya nggak pernah mau. Suatu saat tahun 2011, saya kecelakaan motor yang menyebabkan patah tulang di kaki sebelah kiri.
Saat itu saya untuk penyembuhannya harus istirahat, nggak boleh bergerak, harus pakai kursi roda supaya penyembuhannya bisa sempurna. Terus saya merasa terpuruk, karena begitu kita ada di kursi roda, mikirnya (selalu) kapan kita bisa jalan
Dalam keadaan terpuruk itu, tante saya bilang, begini deh daripada kamu berpikir bahwa kamu sudah tidak bisa jalan, pikir saja begitu terus, selamanya, anggap saja kamu sudah seperti itu. Saya bawa deh kamu ke perkumpulan disabilitas.
Jadi saya mencoba menerima diri saya keadaannya sudah seperti ini. Begitu sampai ke perkumpulan disabilitas saya lihat kan, aduh. Teman teman disablitias dengan segala apa yang dia punya dia bisa tampil maksimal kenapa saya enggak kok saya harus terpuruk seperti ini.
Padahal banyak yang bisa saya lakukan, walaupun kita sebagai disabilitas. Akhirnya saya bilang ke tante saya. Ya sudah, saya mau deh belajar bahasa isyarat.
Pengalaman pertama ibu sebagai juru bahasa isyarat?
Waktu itu seminar yang butuh bahasa isyarat, tapi nggak ada orang yang bisa membantu (sebagai juru bahasa isyarat). Itu saya baru 3 bulanan belajar, saya nggak pede. Pertama, saya dengan kursi roda. Guru tuli saya yang dorong saya. Bersama dia saya duduk. Awalnya sampai saya benar benar mual, pusing.
Karena grogi?
Nggak cuma saya, banyak juru bicara yang kalau ditanya pengalaman pertama kali bagaimana, mabok. Karena otaknya dipaksa untuk mendengar dan memvisualiasikan.
Sulitnya menjadi juru bahasa isyarat, selain menerima informasi berupa suara dan mengubahnya menjadi gerakan isyarat?
Bahasa isyarat Indonesia itu, masih belum baku, masih berkembang terus. Makanya kalau di TV itu kita nggak bekerja sendirian. Kita satu tim ada 3 orang, dua juru bahasa isyarat satu guru tuli.
Pentingnya guru tuli adalah unthk memverivikasi apakah, yang kita sampaikan tepat atau tidak. Kalau belum tepat, dia akan merevisi bentuk benarnya seperti ini. Jadi kita duduknya (posisi kursi membentuk) segitiga, ada petugas yang terjemahkan, ada yang disebut tendemnya juru bahasa isyarat dan satunya lagi penasihat isyarat tuli.
Jadi sistem segitiga ini, jadi misalnya saya nggak tahu unicorn. Sampai ke temen saya, tendem, dia nggak bisa bilang unicorn karena kan si tuli ini juga nggak ngerti dia harus langsung google apa sih unicon.
Dia kasih tahu dulu nih, misalnya sama si tuli memang pada saat itu kita nggak bisa langsung direvisi oleh tuli, kita harus eja dulu. Tapi nanti disegmen berikutnya dia akan tereja lagi, baru bisa dijelaskan, oh, unicon seperti itu.
Bagaimana menjelaskannya di Debat Pilpres kemarin, ada istilah baru. Unicorn, misalnya?
Yang pertama kalau tidak tahu, eja saja. Dieja. Gitu, u, n, i, c, o, r, n. karena pada saat itu kita nggak tahu istilah itu.
Tapi begitu kita mempelajari apa unicorn, kita harus kasih tahu ke guru tulinya definisi unicorn, garis merahnya saja jangan panjang. Kalau saya mendefinisikannya perusahaan aplikasi baru berapa 10 juta us dollar. Nanti dikasih tahu guru tulinya.
Dipercaya sebagai juru bahasa isyarat di debat pilpres perasaannya bagaimana?
Kalau untuk debat ini memang ada tanggung jawabnya, secara nggak langsung. Kita bisa pengaruhi. Mempengaruhi pilihan temen tulinya dari acara debat itu.
Objektif nya itu. Kalau yang kita sampaikan kurang maksimal, ini bisa menjadi dia salah penangkapan sehingga mempengaruhi pemilihan mereka lainnya. Yang ditakutkan seperti itu.
Paling susah capres dan cawapres yang diikuti pengucapannya siapa. Yang intonasinya agak cepat, sepertinya Pak Prabowo?
Kalau kita mendengarkan secara suara itu, kalau Pak Prabowo dia kan berapi api, sehingga intrereternya kalau misalnya Pak Prabowo bilang, ‘saya dengar!’ Kalau pak Jokowi kan, ‘saya dengar... ada yang memfitnah saya’.
(Jika pak Prabowo berbicara) Saya nggak bisa pelan, harus sesuai dengan ekspresi suara Pak Prabowo.
Ekspresi suara itu harus kita tampilkan di mimik. Nggak bisa kita diam, atau saat ‘dia bilang kenapa ketawa? Saya nggak bisa (hanya bilang dengan wajah datar) ‘kenapa ketawa?’ saja, harus dengan muka marah kan.
Antusias tuna rungu memilih pasca nonton debat?
Debat itu diadakan memberikan pandangan kepada masyarakat tentang calon presidennya seperti apa. Jadi jangan dibedakan, teman tuli punya hak sama. Sama sama punya hak dengan teman dengar dengan, harapan informasinya juga bisa sama.
Ada kah persiapan untuk Debat Pilpres terakhir 13 April nanti?
Untuk yang debat ini kita bergantian, jadi bukan saya saja ada juga perkumpulan bahasa isyarat lainnya juga mereka ambil bagian juga. Bergilir, kemarin debat keempat dari perkumpulan inasli, nanti dari debat setelahnya perkumpulan mana gitu.
Prediksi Anda, profesi juru bahasa isyarat seperti apa?
Kalau semua akses tuli di Indonesia sudah terpenuhi, contoh akses di tempat umum, di rumah sakit ada teman tuli sakit, nggak ada juru bahasa isyarat.
Berarti kalau layanan umumnya sudah terpenuhi semua kan bisa dihitung berapa banyak jumlah juru bahasa isyarat yang diperlukan.