Diterima 9 Universitas Bergensi Amerika, Moses Mayer Pilih Harvard
Moses Mayer, siswa kelas 12 Jakarta Intercultural School (JIS) akhirnya memilih Harvard untuk meneruskan pendidikannya. Moses sempat diterima
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Moses Mayer, siswa kelas 12 Jakarta Intercultural School (JIS) akhirnya memilih Harvard untuk meneruskan pendidikannya. Moses sempat diterima sembilan universitas ternama di Amerika Serikat, kemudian dia menyaring lagi menjadi tiga universitas seperti Harvard, Princeton dan M.E.T UC Berkeley hingga terpilihlah Harvard.
"Awalnya dari sembilan universitas itu saya turunkan jadi tiga, yaitu Harvard, Princeton dan M.E.T UC Berkeley. Akhirnya saya memilih Harvard. Di Harvard itu saya enggak harus langsung memilih jurusan apa yang akan saya ambil nantinya," ujar Moses saat ditemui di Jakarta Intercultural School (JIS), Jumat (12/4/2019).
Moses mengungkapkan, Harvard memberikan keleluasaan menjelajahi semua mata kuliah untuk mendapatkan jurusan yang menjadi minat mahasiswanya. Namun, pria yang hobi olahraga basket ini mengatakan jurusan yang akan diambilnya kemungkinan tak jauh dari minatnya sekarang.
"Saya mau coba dulu, explore dulu hal apa yang saya minati. Untuk sementara saya masih minat ke Matematika, Komputer dan Ekonomi. Jadi mungkin gabungan dari ketiga itu," jelas Moses.
Untuk menentukan jurusan yang akan diambil, kata Moses, Harvard memberi deadline hingga akhir tahun kedua. Selama rentang waktu tersebut, Moses akan memanfaatkan dengan mengambil kelas yang berbeda-beda.
"Biar bisa tahu banyak, lebih explore lagi dengan minat saya nantinya. Setahu saya batas waktu untuk kepastian mengambil jurusan itu di akhir tahun kedua. Untuk bisa lulus dalam mengambil jurusan yang saya minati itu ada minimum credit requirement. Setiap kelas ada minimum credit requirement yang harus dicapai," tutur dia.
Untuk diketahui, Moses mendaftar di lima universitas Ivy Leagues bergengsi di Amerika Serikat seperti Harvard, Princeton, Yale, Cornell dan University of Pennsylvania. Dan, Moses diterima oleh kelima universitas tersebut.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak mudah bagi seorang siswa untuk dapat diterima di Ivy Leagues, Amerika Serikat tersebut. Mengingat persentase penerimaan yang sangat rendah dan kompetitif. Seorang siswa dituntut untuk memiliki kemampuan lengkap, bukan saja akademik tetapi juga keseluruhan holistik dan prestasi di luar akademik.
Selain diterima di lima Ivy Leagues, Moses juga diterima oleh universitas bergengsi lainnya di Amerika yaitu M.E.T UC Berkeley, UCLA, University of Michigan dan Carnegie Melon University. M.E.T. UC Berkeley merupakan program dual degree Berkeley yang memiliki persentase penerimaan mahasiswa sekitar 2-3% karena hanya menerima 50 siswa dari seluruh dunia setiap tahun.
Untuk masuk ke Ivy Leagues dan top universitas itu, Moses harus membuat banyak esai dan tulisan dalam bahasa Inggris sesuai dengan permintaan dari masing2 universitas tersebut. Moses meceritakan bagaimana matematika telah berperan dalam kehidupannya, bagaimana matematika telah menginspirasi Moses dalam berkarya bagi lingkungan dan komunitas sosial; di mana Moses melalui SampahLink dan microfinance club yan dipimpinnya telah memberikan solusi untuk menanggulangi polusi, kesadaran daur ulang, serta membantu menciptakan tingkat kehidupan serta masa depan yang lebih baik bagi kelompok masyarakat ekonomi lemah.
Moses juga menceritakan apa yang akan dilakukannya di masa depan dengan ilmu yang dia akan dapatkan di bangku kuliah nanti, di mana Moses akan menggunakan kemampuan data science, matematika dan computer science untuk mengembangkan negaranya dan membantu mengatasi masalah di Indonesia.
Prestasi membanggakan tersebut tentu tidak begitu saja diraih oleh Moses. Moses sudah berprestasi sejak masih di sekolah dasar hingga saat ini di kelas 12. Moses telah memenangkan banyak olimpiade atau kompetisi matematika maupun informatika atau computer science di tingkat nasional maupun internasional.
Di antaranya medali emas OSN, medali emas National Olympiad in Informatics di Singapura, medali perunggu Internasional Olympiad of Metropolises di Moscow, medali perunggu di Junior Balkan Mathematics Olympiad di Romania, hingga medali-medali dan penghargaan bidang matematika maupun bidang informatika di negara-negata seperti Cina, Kazakhstan, Hong Kong, dan lain-lain.
Moses menjadi salah satu siswa yang diundang ke Apresisasi Siswa Berprestasi, suatu acara yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Indonesia untuk apresiasi putra/i Indonesia berprestasi dari seluruh Indonesia.
Moses berhasil meraih nilai sempurna alias perfect score dalam test kesetaraan internasional ACT dan SAT Subjects. Test ACT dan SAT ini sejenis dengan test TOEFL dan IELTS yang merupakan salah satu syarat pendaftaran universitas di Amerika.
Di sekolahnya, Moses memiliki nilai sempurna A untuk semua mata pelajarannya, dan juga aktif dalam kegiatan sekolah, antara lain menjadi pendiri dan ketua Math Honor Society-Mu Alpha Tetha yang berpusat di Amerika, President/ketua Benih Microfinance Club, President/CEO DeltaLab Indonesia dan juga merupakan bagian dari Student Council dan National Honor Society.