Buoy Tsunami Terpasang di Kawasan GAK, Kepala BPPT Berharap Aksi Vandalisme Tak Terulang Lagi
Hammam Riza mengimbau agar masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar lokasi pemasangan buoy, untuk menjaga agar tidak ada aksi vandalisme.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengungkapkan pemasangan alat deteksi tsunami Buoy Merah Putih di kawasan Gunung Anak Krakatau (GAK), sebagai suatu 'keberhasilan'.
Hammam Riza memang sejak lama ingin kembali melihat alat tersebut dipasang di perairan Indonesia untuk bisa mengantisipasi terjadinya tsunami melalui data informasi gelombang laut yang dikirimkan secara real time dari buoy itu.
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui pesan singkat, Minggu (14/4/2019), Hammam Riza merasa senang karena proses pemasangan tidak terlalu banyak mengalami kendala.
Bahkan buoy itu telah sukses mengirim data perdana ke Pusat Data Buoy Indonesia (PDBI) yang terletak di Gedung BPPT yang ada di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
"Alhamdulillah Buoy sudah berhasil dipasang dan sudah dapat mengirimkan data ke PDBI," ujar Hammam Riza.
Oleh karena itu, Hammam Riza mengimbau agar masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar lokasi pemasangan buoy, untuk menjaga agar tidak ada aksi vandalisme terhadap alat tersebut.
Sebelumnya aksi vandalisme pernah terjadi pada buoy yang dimiliki BPPT, sehingga ia berharap aksi itu tidak kembali terulang.
"Untuk itu kami imbau kepada masyarakat, untuk dapat menjaga bersama Buoy Merah Putih, demi keselamatan kita semua," tegas Hammam Riza.
Keberhasilan pemasangan buoy generasi ketiga itu, kata mantan Deputi bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) tersebut, merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam menjaga keselamatan masyarakat dari ancaman bahaya bencana tsunami.
Perjalanan Kapal Baruna Jaya IV yang membawa buoy tersebut dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju titik lokasi pemasangan yang berada diantara GAK dan Pulau Sertung itu, membutuhkan waktu sekitar 16 jam.
Dalam proses perjalanan menuju perairan Selat Sunda, tim teknis BPPT sempat mengalami kendala selama beberapa hari lantaran cuaca yang cukup buruk dan gelombang yang cukup tinggi.
Sebelum memasang buoy, tim teknis BPPT telah melakukan pengecekan terhadap elektronik dan mekanik, agar alat deteksi tsunami itu bisa terpasang tanpa mengalami kendala.
Baca: Apapun Hasil Pilpres 2019, Prabowo Diprediksi Lawan AHY pada Pilpres 2024
Selain itu tim teknis juga telah melakukan survey batimetri sebelum memasang buoy tersebut di kawasan GAK.
Survey batimetri merupakan pemetaan dasar laut yang memiliki fungsi penting agar bisa menentukan titik sensor pendeteksi tsunami yang mau dipasang.
Setelah melewati perjalanan dan sempat mengalami kendala, Buoy tersebut pun akhirnya sukses dipasang di kawasan tersebut dan telah mengirimkan data perdana mengenai informasi gelombang laut ke Pusat Data Buoy Indonesia (PDBI) di Gedung BPPT yang ada di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Nantinya, alat itu akan mengirimkan data secara real time tiap satu jam, jika kondisi di lautan tempat sekitar buoy itu dipasang, dalam keadaan normal.
Namun jika terjadi tsunami, alat tersebut akan mengirimkan data lebih cepat, yakni tiap 15 detik.