Kapal Riset Baruna Jaya IV Milik BPPT Sempat Alami Kendala Saat Bawa Buoy ke Kawasan GAK
BPPT memang telah sukses memasang alat deteksi tsunami 'Buoy Merah Putih' di kawasan Gunung Anak Krakatau (GAK).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memang telah sukses memasang alat deteksi tsunami 'Buoy Merah Putih' di kawasan Gunung Anak Krakatau (GAK).
Namun ternyata dalam proses perjalanan hingga pemasangan, tim teknis BPPT mengalami sedikit kendala.
Selama beberapa hari, tim teknis menghadapi cuaca yang cukup buruk dan gelombang yang cukup tinggi.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Tim Buoy Merah Putih BPPT Alfi Rusdiansyah melalui pesan singkatnya pada Minggu (14/4/2019).
"Kesulitan kami sempat beberapa hari cuaca bergelombang," ujar Alfi.
Baca: Rambah Bisnis Kuliner, Sule Sebut Nama Ruben Onsu, Siap Bersaing?
Bahkan pihaknya juga mengalami kendala lainnya karena Kapal Riset Baruna Jaya IV milik BPPT yang membawa buoy itu sulit untuk melakukan manuver.
Hal itu karena perairan di kawasan GAK mengalami pendangkalan yang terjadi pasca peristiwa longsoran pada Desember 2018 yang kemudian sempat mengakibatkan tsunami di Selat Sunda.
"Lokasi yang sempit juga cukup menyulitkan kapal untuk bermanuver, karena perairan di sekitar Anak Krakatau mengalami pendangkalan akibat longsoran Desember tahun lalu," kata Alfi.
Perlu diketahui, dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju titik lokasi pemasangan yang berada diantara GAK dan Pulau Sertung itu, tim teknis BPPT membutuhkan waktu sekitar 16 jam.
Dalam proses perjalanan menuju perairan Selat Sunda, tim teknis BPPT terus melakukan pengecekan terhadap elektronik dan mekanik, agar buoy bisa terpasang tanpa mengalami kendala.
Selain itu tim teknis juga telah melakukan survey batimetri sebelum memasang buoy tersebut di kawasan GAK.
Survey batimetri merupakan pemetaan dasar laut yang memiliki fungsi penting agar bisa menentukan titik sensor pendeteksi tsunami yang mau dipasang.
Setelah melewati perjalanan dan sempat mengalami kendala, Buoy tersebut pun akhirnya sukses dipasang di kawasan tersebut dan telah mengirimkan data perdana mengenai informasi gelombang laut ke Pusat Data Buoy Indonesia (PDBI) di Gedung BPPT yang ada di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Nantinya, alat itu akan mengirimkan data secara real time tiap satu jam, jika kondisi di lautan tempat sekitar buoy itu dipasang, dalam keadaan normal.
Namun jika terjadi tsunami, alat tersebut akan mengirimkan data lebih cepat, yakni tiap 15 detik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.