TRIBUNNEWSWIKI : dr. Sutomo
Awal-awal bersekolah di STOVIA, dr. Sutomo tidak terlalu memperhatikan pelajarannya.
Penulis: Widi Pradana Riswan Hermawan
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
Saat itu tanggal 20 Mei 1908, kurang lebih empat bulan setelah ia bertemu dengan dr. Wahidin Sudirohusodo. dr. Sutomo memimpin sebuah pertemuan yang dihadiri para pelajar STOVIA.
Baca: TRIBUNNEWSWIKI: 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional
Baca: TRIBUNNEWSWIKI: Susi Pudjiastuti
Dalam pertemuan itu, dr. Sutomo berpidato tentang gagasannya yang berisi pentingnya sebuah organisasi. Ia berpidato dengan tenang, menjabarkan gagasannya itu secara singkat, terang, dan jelas.
Dalam pertemuan itu juga disepakati berdirinya organisasi modern pertama di Indonesia yang bernama Budi Utomo. Sutomo ditunjuk menjadi ketua organisasi tersebut.
Kini, hari berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional setiap tahunnya. Hal ini karena lahirnya Budi Utomo telah mendorong berdirinya organisasi-organisasi lain, bahkan partai politik.
Sementara itu, Gedung STOVIA, tempat diadakannya pertemuan itu kini menjadi Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta.
Namun perkembangan Budi Utomo tidak seperti yang diharapkan.
Karena dipegang oleh orang-orang tua seperti Tirtokusumo (Bupati Karanganyar), Wahidin Sudirohusodo (dokter Jawa), Dwijosewoyo dan Sosrosugondo (guru Kweekschool), dan yang lainnya, maka gerakan Budi Utomo terkesan lamban. Semangat radikal anak-anak muda yang idealis pun terbenam.
Lulus dari STOVIA pada 1911, dr. Sutomo langsung bertugas menjadi dokter.
Tugasnya berpindah-pindah, mulai dari Semarang, Tuban, Lubuk Pakam (Sumatera Timur), Malang, Blora, serta Baturaja (Sumatera Selatan).
Dikutip dari biografiku.com, ketika bertugas di Malang, dr. Sutomo berhasil membasmi wabah pes yang tengah melanda daerah Magetan.
Tempat tugas yang berpindah-pindah membuat Sutomo menyadari banyak hal, salah satunya kesengsaraan rakyat. Oleh karena itu selama bertugas, ia tidak pernah mematok tarif, bahkan tidak jarang pasiennya dibebaskan dari beban pembayaran.
Pada 1919, Sutomo mendapat kesempatan untuk belajar di Belanda.
Selama di Belanda, Sutomo bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging, dan terakhir menjadi Perhimpunan Indonesia. Ia bahkan sempat menjadi ketua organisasi tersebut pada 1920 sampai 1921.
Pulang dari Belanda, Sutomo bekerja sebagai dosen di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), di Surabaya.