TRIBUNNEWSWIKI: Ki Hajar Dewantara
Setelah tidak menuntaskan pendidikan dokternya karena sakit, Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan.
Penulis: Adya Rosyada Yonas
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
- Kweekschool (sekolah pendidikan guru di Yogyakarta)
- STOVIA (sekolah pendidikan dokter khusus pribumi di Batavia, sekarang adalah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
Baca: Ki Hajar Dewantara, Pelopor Pendidikan Indonesia yang Ternyata Adalah Anggota Kerajaan
Baca: Museum Taman Siswa dan Perjuangan Ki Hajar Dewantara
Riwayat karier:
Setelah tidak menuntaskan pendidikan dokternya karena sakit, Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan. Ki Hajar Dewantara pernah bekerja di beberapa surat kabar yaitu Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Pada 1908, Ki Hajar Dewantara bergabung dalam Boedi Oetomo. Ki Hajar Dewantara menyadarkan masyarakat akan pentingnya semangat persatuan bangsa Indonesia.
Kemudian bersama dengan Douwes Dekker dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo mereka membentuk organisasi Indische Partij. Mereka bertiga dikenal dengan 'Tiga Serangkai'.
Dalam dunia jurnalistik, Ki Hajar Dewantara dikenal mempunyai gaya menulis yang khas, yaitu cenderung tajam dan menyinggung kolonial.
Salah satu tulisannya yang berjudul Als Ik Eens Nederlander was (andaikan aku seorang Belanda) dianggap menyinggung kolonial. Tulisan tersebut adalah sebuah reaksi terhadap rencana pemerintah Belanda yang akan mengadakan perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Perancis. Perayaan itu akan dilaksanakan pada November 1913 dengan memungut biaya kepada rakyat secara paksa.
Tulisan tersebut membuat Ki Hajar Dewantara diasingkan oleh kolonial. Awalnya Ki Hajar Dewantara akan diasingkan di Pulau Bangka. Kabar pengasingan ini menuai protes dari anggota 'Tiga Serangkai' lainnya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Kemudian mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada 1913.
Saat masa pengasingan di Belanda Ki Hajar Dewantara berhasil mendapatkan ijazah Europeesche Akte, ijazah pendidikan bergengsi di Belanda. Dengan bekal inilah nantinya Ki Hajar Dewantara membangun lembaga pendidikan di Indonesia.
Setelah kembalinya ke Indonesia pada 1919, Ki Hajar Dewantara mengajar di sekolah milik saudaranya.
Pada 1920, lagi-lagi karena tulisannya Ki Hajar Dewantara dihukum penjara dan kerja paksa. Selain itu oraganisasi Indische Partij-nya juga dilarang dan dibubarkan pada 1922.
Berbekal pengalaman dari sekolah tempatnya mengajar, pada 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah miliknya. Sekolah tersebut diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau sekarang dikenal sebagai Taman Siswa di Yogyakarta.
Ki Hajar Dewantara terkenal dengan semboyannya di dunia pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, yang berarti di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.