Alur Cerita Konflik Hanura Hingga OSO-Wiranto Saling Menyalahkan soal Turunnya Perolehan Suara
Baru-baru ini, keregangan itu seolah kembali muncul di tengah Wiranto dan Oesman Sapta Odang pasca-pemungutan suara
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Konflik internal Partai Hanura telah terjadi sebelum Pemilu 2019 berlangsung.
Konflik tersebut berawal dari munculnya surat keputusan ganda untuk pasangan calon yang diusung dalam Pemilihan Kepala Daerah Purwakarta pada 2018 lalu.
Baca: OSO Soal Hanura: Wiranto Kan Menko Polhukam, Masa Tidak Tahu Situasi Politik Partainya Sendiri
Kemudian langkah Oesman Sapta Odang yang memecat enam Ketua DPD Hanura tanpa dasar, yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.
Akibatnya, sejumlah perwakilan DPD maupun DPC Partai Hanura melakukan mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Oesman Sapta Odang yang dipimpin oleh Sarifuddin Suding.
Hal tersebut dirapatkan di salah satu hotel di kawasan Jakarta Selatan pada awal Januari 2018.
Pada hari yang sama, Oesman Sapta Odang juga menggelar rapat di Hotel Manhattan, Jakarta, yang menghasilkan keputusan untuk memecat Sarifuddin Sudding.
Wiranto yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Hanura kemudian muncul di tengah konflik yang sedang terjadi.
Pada waktu itu, Wiranto menegaskan akan segera mengambil sikap terkait konflik yang sedang menggerogoti internal Hanura.
Kehadiran Wiranto di tengah konflik itu membuat hubungannya dengan Oesman Sapta Odang disebut-sebut meregang.
Pasalnya, kabar berhembus Wiranto bakal mendongkel posisi Oesman Sapta Odang dari kursi Ketua Umum Partai Hanura.
Namun, Wiranto sempat membantah bahwa hubungannya dengan Oesman Sapta Odang meregang.
Baca: Hanura: Sikap Lieus Sungkarisma Sama Saja Lecehkan Kemenkumham
Baru-baru ini, keregangan itu seolah kembali muncul di tengah Wiranto dan Oesman Sapta Odang pasca-pemungutan suara.
Berikut pernyataan Oesman Sapta Odang dan Wiranto yang seolah saling menyalahkan.
Pernyataan Oesman Sapta Odang saat Buka Puasa Bersama
Ketua DPD Oesman Sapta Odang menggelar buka bersama puasa bersama Presiden RI, Joko Widodo atau Jokowi di kediamannya, Jalan Karang Asem, Setiabudi, Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Dalam pidato sambutannya di depan Jokowi, Oesman Sapta Odang sempat menyinggung partai Hanura yang diprediksi tidak akan lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Baca: Oesman Sapta Odang : Tanya Pak Wiranto Kenapa Hanura Kalah
"Saya pakai baju ini, karena baju Hanura, jadi semua ketua DPD hanura seluruh indonesia hadir, berdiri semua, biar Hanura kalah tapi presidennya menang pak," kata Oesman Sapta Odang.
Hanya saja menurut Oesman Sapta Odang, jangan menanyakan alasan penyebab Partai Hanura kalah di Pileg 2019.
Baca: Wiranto: Saya Masih Urus Pemilu, Hanura Nanti
Pertanyaan tersebut sebaiknya diajukan kepada Menkopolhukam Wiranto yang sebelumnya menjabat Ketua Umum Hanura sebelum digantikan Oesman Sapta Odang.
"Jadi ada yang bertanya kenapa Hanura kalah, ya tanya Wiranto bukan saya. Orang yang bikin kalah dia kok, kita engga apa apa Hanura dia bikin kalah tapi yang penting nomor satu-nya kita menang," katanya.
Wiranto : Salah Saya Tunjuk Oesman Sapta Odang
Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Wiranto angkat bicara soal dirinya yang disalahkan oleh Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang atas raihan suara Partai Hanura yang masih jauh dari ambang batas untuk lolos ke DPR sebesar 4 persen.
"Kalau saya didesak terus seakan-akan Pak Wiranto yang salah. Ya, kesalahan saya cuma satu menujuk Pak Oso jadi Ketum," tegas Wiranto usai membuka acara Rakornas Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tahun 2019 di Grand Paragon Hotel, Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Baca: Jelang Pemilu 2019, Berikut Daftar Nama 81 Caleg Eks Koruptor, Partai Hanura Terbanyak
Diketahui sehari sebelumnya, Rabu (15/5/2019)saat buka puasa di rumahnya, Oso secara blak-blakan menyalahkan Wiranto atas gagalnya Hanura lolos ke Senayan. Presiden Jokowi yang adalah atasan Wiranto di pemerintahan turut hadir di acara tersebut.
Menyikapi itu, menurut Wiranto sebagai pendiri Partai Hanura dirinyalah yang paling sedih.
Namun hal itu tidak perlu lagi disesali apalagi saling menyalahkan.
"Ya kita sedih. Saya sebagai pendiri partai 10 tahun mendirikan partai ini dan sudah dua kali lolos. Yang paling sedih kan saya sebagai pendiri. Kalau kita bicara yang paling sedih, tapi kan sudah terjadi dan tidak perlu saling menyalahkan," ucap Wiranto.
Sebelumnya Ketua DPP Partai Hanura Benny Ramdhani mencurigai Wiranto turut terlibat dalam upaya menurunkan suara Partai Hanura di pileg 2019.
Baca: TERBARU Real Count KPU Pileg DPR RI 2019, Rabu 15 Mei : PDIP Tetap Unggul, PSI Saingi Hanura
Tujuannya untuk kembali mengambil alih kepemimpinan Hanura dari tangan Oesman Sapta Odang.
Dia mencurigai keterlibatan Wiranto ini sejak terjadi konflik kepemimpinan di tubuh Hanura antara Oso dan kubu Sarifuddin Sudding.
Kecurigaan Ketua DPP Terhadap Wiranto
Sebelumnya muncul kecurigaan terhadap Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Wiranto yang dikaitkan dengan turun drastisnya suara Hanura di Pemilu 2019.
Ketua DPP Partai Hanura Benny Ramdhani menyebut Wiranto terlibat dalam upaya menurunkan suara Partai Hanura di pemilu legislatif 2019.
Baca: OSO Soal Hanura: Wiranto Kan Menko Polhukam, Masa Tidak Tahu Situasi Politik Partainya Sendiri
Tujuannya adalah untuk kembali mengambil alih kepemimpinan Hanura dari tangan Oesman Sapta Odang.
"Saya wajib curiga jangan-jangan Wiranto adalah bagian dari orang yang terlibat langsung dalam urusan untuk menurunkan perolehan suara Hanura," kata Benny di Posko Cemara, Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Berdasarkan hitung cepat sejumlah lembaga, raihan suara Partai Hanura masih jauh dari ambang batas untuk lolos ke DPR sebesar 4 persen.
Hasil hitung cepat Litbang Kompas dengan suara masuk 92,80 persen, Hanura hanya meraih 1,35 persen suara.
Suara itu turun drastis dari pemilu 2014 lalu, dimana Hanura mengantongi suara 5,26 persen.
Benny curiga ada upaya sejumlah pihak untuk menurunkan suara Hanura.
Ia menuding Wiranto yang merupakan pendiri sekaligus mantan ketua umum Hanura terlibat di dalamnya.
Ia mencurigai keterlibatan Wiranto ini sejak terjadi konflik kepemimpinan di tubuh Hanura antara Oesman Sapta Odang dan kubu Sarifuddin Sudding.
"Sejak konflik Hanura terjadi kan patut dicurigai dan diduga beliau aktor yang menginginkan kembali Hanura diambil alih dari tangan pak OSO," kata Benny.
Benny mengaku kecurigaannya ini makin kuat setelah Wiranto baru-baru ini mengkritik perolehan suara Partai Hanura.
"Pernyataan itu tidak etis dan bahkan jahat menurut saya. Apalagi pernyataan itu dilontarkan oleh seorang pemimpin yang mengaku sebagai pendiri partai," kata Benny.
Benny menilai, dengan menyebut ada yang salah dari perjuangan Hanura, Wiranto sudah membuat para kader Hanura di seluruh Indonesia patah semangat.
Padahal, proses penghitungan suara oleh KPU saat ini masih terus berjalan.
Para kader dan simpatisan Hanura seluruh Indonesia pun masih melakukan pengawalan terhadap proses penghitungan suara.
Benny sendiri masih merasa optimistis partainya bisa lolos ke DPR dan melewati ambang batas suara empat persen.
"Tapi Wiranto sudah mengeluarkan pernyataan yang secara tidak langsung itu men-down grade semangat dan militansi kader di bawah yang hingga hari ini sedang berjuang melalukan pengawalan penghitungan suara di semua tingkatan di seluruh tanah air," kata Ketua DPP bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan Partai Hanura ini.
Wiranto sebelumnya menilai, ada yang salah dari partainya sehingga tidak lolos ke DPR dalam pemilu 2019 berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga.
"Kalau dulu lolos sekarang tidak lolos berarti perjuangannya ada yang salah, ada yang kurang, tinggal diintrospeksi lagi," kata Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Wiranto menceritakan, Hanura ia dirikan pada 2006.
Partai ini langsung lolos ke DPR pada pemilu 2009.
Lalu pada pemilu 2014, Hanura kembali lolos ke Senayan dengan suara yang meningkat.
Baca: Wiranto: Kesalahan Saya Cuma Satu Menunjuk Pak Oso Jadi Ketum Hanura
Belakangan, Wiranto melepas kursi ketua umum Hanura dan menyerahkan ke Oesman Sapta Odang.
"Kalau kemudian 2019 gak lolos ya enggak ada masalah, karena parpol itu momen perjuangan, perjuangan secara kolektif kan," kata dia. (Tribunnews.com/Taufik Ismail/Theresia Felisiani/Kompas.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.