Jadi Jutawan Muda dengan Bertani
Usaha Mardiana sudah berlangsung selama sembilan tahun. Tiga tahun pertama, Ia sempat kesulitan menembus pasar Makassar.
Editor: Content Writer
Petani ataupun pekerjaan di sektor pertanian pada umumnya masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat.
Bertani identik dengan pekerjaan kasar, kotor-kotoran, ataupun penghasilan rendah. Akibatnya, regenerasi petani terhambat. Tak banyak anak muda yang tertarik bertani.
Tapi kondisi ini perlahan berubah. Setidaknya sejumlah anak muda yang terjun ke sektor pertanian berhasil membuktikan bahwa sektor pertanian ternyata bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
Sebut saja Mardiana, salah satu agropreneur komoditas jamur tiram asal Maros, Sulawesi Selatan. Mardiana menyebutkan saat ini bisnis budidaya dan pengolahan jamurnya sudah menghasilkan omzet 90 hingga 120 juta rupiah setiap bulannya.
“Padahal awalnya modal saya cuma satu juta rupiah,” ungkapnya saat menjadi pembicara Bincang Asyik Pertanian (Bakpia) di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa, Jumat (17/5).
Usaha Mardiana sudah berlangsung selama sembilan tahun. Tiga tahun pertama, Ia sempat kesulitan menembus pasar Makassar. Pada awalnya, pasar di sana belum menyambut positif produk jamur tiram yang dihasilkannya. Bagi mayoritas masyarakat Makassar saat itu, jamur masih identik dengan racun.
Tapi Mardiana tak pantang menyerah. Dirinya yakin potensi untuk mengembangkan pasar jamur di Makassar masih sangat besar.
Apalagi jamur sudah menjadi komoditas populer di Jawa dan Bali. Maka pada tiga tahun pertama Mardiana fokus untuk membangun pasar bagi produknya. Berbagai strategi pemasaran dijalankan Mardiana agar jamur merang bisa diterima oleh masyarakat.
Usahanya berbuah manis. Lima tahun terakhir, permintaan jamur Mardiana justru membludak.
“Saat ini produksi kami dua hingga tiga ton per bulan. Itu pun belum bisa memenuhi permintaan pasar. Padahal kami sudah bermitra dengan 30 petani. Jadi peluang untuk meningkatkan kapasitas bisnis masih sangat terbuka,” tuturnya.
Tak berbeda dengan Mardiana, agropreneur asal Makassar, Ariesman juga membuktikan pertanian bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. CV Akar Hidroponik yang digerakkannya juga bisa menghasilkan keuntungan yang menggiurkan.
“Kami sekarang ini sudah bisa memproduksi 20 hingga 30 kilogram setiap bulan. Setidaknya ada 13 jenis sayuran yang kami produksi,” jelasnya.
Awal mula Ariesman tertarik berbisnis sayuran hidroponik karena Ia melihat adanya kebutuhan akan sayur yang sehat dan aman dikonsumsi. Padahal belum banyak pelaku usaha pertanian yang bergerak di usaha sayuran hidroponik.
Setelah menjalani usaha hidroponik, Ariesman melihat peluang untuk melakukan diversifikasi usaha. “Perspektif kami terbuka untuk tidak lagi sebatas menjalankan praktik budidaya. Ada kesempatan untuk megembangkan pertanian hidroponik kami sebagai agrowisata,” sebut Ariesman.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.