Fahri Hamzah Sebut Ada Kelompok yang Memprovokasi Seolah-olah Pancasila Belum Final
Pancasila merupakan ideologi sebagai asas negara Indonesia yang sudah final dan tidak perlu diperdebatkan lagi.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, chaerul umam
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Pancasila merupakan ideologi sebagai asas negara Indonesia yang sudah final dan tidak perlu diperdebatkan lagi.
Namun, masih saja ada pihak-pihak yang seolah terus memprovokasi bahwa Pancasila belum final.
"Ini yang khawatir saya, ada yang rawan ini. Ada yang memprovokasi seolah-olah ini (Pancasila) belum final, padahal sudah dianggap final," tegas Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah dalam pidato Hari Pancasila di Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (1/6/2019).
Baca: Kaesang Pangarep Meminta Maaf setelah Dikritik karena Pakai Celana Jins saat Melayat Ani Yudhoyono
Fahri Hamzah mengatakan, pihak-pihak yang dimaksud adalah orang yang acap kali menuding ada sebagian masyarakat Indonesia pro khilafah.
Fahri Hamzah menyebut orang-orang itu adalah generasi tua yang sangat disayangkan sikapnya dan cenderung provikatif.
Baca: Jenazah Ani Yudhono Dijadwalkan Tiba Malam Ini di Lanud Halim Perdanakusuma Pukul 20.30 WIB
"Saya terus terang kecewa betul itu dengan tokoh-tokoh tua macam pak Hendro dan lain-lain kerjaannya itu loh," ujar Fahri Hamzah.
Politikus asal Sumbawa NTB ini menegaskan bahwa terminologi khilafah yang digembar-gemborkan pihak-pihak tersebut akibat ketidakfahamannya.
Alasannya, khilafah merupakan konsepsi di dalam Alquran terkait membebaskan sistem pemerintahan.
"Ini orang mau bikin khilafah, khilafah apa? Khilafah itu konsep ada dalam alquran. Itu bentuk kenegaraan, mau jadi kerajaan oke, mau jadi kesultanan oke, mau jadi the new republik oke, atau mau menjadi federasi oke, mau menjadi apapun oke. Khilafah itu artinya pertanggung jawaban kita ini mengursi sesama," ujar Fahri.
Tidak akan terpecah
Anggota Satuan Tugas Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Romo Benny Susetyo, meyakini bangsa Indonesia tidak akan terpecah meski mengalami polarisasi akibat Pemilu 2019.
Menurut Romo Benny, Pancasila menjadi modal ideologi bagi bangsa Indonesia sehingga tidak berpengaruh bagi masyarakat.
Baca: Cerita WNI di Singapura yang Bertemu Langsung SBY Setelah Ani Yudhoyono Meninggal
"Hampir 8 bulan kampanye dipenuhi oleh hoaks, kebencian, tapi masyarakat mampu mengendalikan itu. Itu mengapa Pancasila menjadi jiwa raga bangsa ini. Kalau tanpa Pancasila kita bisa terpecah belah," ujar Romo Benny di D'consulate, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (1/6/2019).
Menurut Romo Benny, masyarakat mampu menghadapi gelombang hoaks karena mampu mengelola kemajemukan.
Dirinya optimis Indonesia tidak ada terpecah belah seperti di Suriah yang mengalami perang saudara.
Baca: Kesedihan Cucu Iringi Kepergian Ani Yudhoyono, Unggah Foto Lawas dan Tuliskan Pesan Mengharukan
"Saya yakin nggak, karena kita berbeda dengan situasi dengan Suriah dan Arab Spring karena bangsa ini sejak awal multikultur," tutur Romo Benny.
Meski begitu, Romo Benny meminta para elit yang berseberangan untuk melakukan rekonsiliasi.
Hal ini dilakukan untuk menghentikan riak yang terjadi di masyarakat.
"Kalau masyarakat damai-damai saja, yang peran kan elit. Masyarakat bawah gak ada masalah. Butuh kedewasaan elit," kata Romo Benny.
Jokowi singgung soal berita bohong
Presiden Jokowi mengatakan masyarakat patut bersyukur karena Bangsa Indonesia dianugerahi Pancasila yang menjadi pemandu dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Puji dan Syukur kehadiran Tuhan YME, Allah SWT, Bangsa Indonesia dianugerahi Pancasila yang juga jadi rumah bersama bagi seluruh komponen bangsa," ucap Jokowi dalam amanatnya saat menjadi Inspektur Upacara Hari Lahir Pancasila di halaman Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Sabtu (1/6/2019) pagi.
Jokowi melanjutkan nilai-nilai luhur Pancasila juga harus menjadi pemandu dalam kehidupan bermasyarakat.
Dia juga mengakui menjunjung tinggi nilai Pancasila bukan hal mudah terlebih kini tantangan semakin berat.
Baca: Ani Yudhoyono Drop dan Masuk ICU Lagi, Annisa Pohan Memohon Bantuan Doa
"Terkhusus tantangan dalam teknologi informasi, karena semakin memberi ruang kepada berita bohong hingga ujaran kebencian dan fitnah," tegas Jokowi.
Indonesia sebagai sebuah negara besar dan majemuk, secara sejarah telah membuktikan mampu mengatasi masa sulit malah kian kokoh.
"Setiap tantangan yang menganggu persatuan bangsa dan mengganggu Pancasila harus menambah kedewasaan kita," tambah Jokowi.