Pemerintah Didorong Gunakan Pemuda untuk Akselerasi Program Satu Juta Petani
Ia berharap, pencapaian ini benar-benar membawa Indonesia mencapai swasembada serta menjadi lumbung pangan dunia.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyediaan bahan pangan selalu menjadi isu yang menarik bagi berbagai pihak.
Lantaran tak ada satupun makhluk hidup di muka bumi, yang dapat dipisahkan dari kebutuhan akan pangan.
Itu sebabnya program dan inovasi yang dilakukan pemerintah dalam hal pemenuhan pangan, juga senantiasa mendapat perhatian dari banyak kalangan.
Salah satunya upaya pemerintah melibatkan lebih luas lagi generasi milenial dalam pembangunan pertanian dengan meluncurkan Program Satu Juta Petani.
Menurut Ketua Bidang Pertanian dan Kelautan Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Zaenal Arif, langkah tersebut sangat relevan untuk diterapkan mengingat gencarnya transformasi pertanian tradisional ke pertanian modern yang digagas Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman.
"HMI mendukung terobosan (program) Satu Juta Petani Milenial yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan). Memang selama ini PR (Pekerjaan Rumah-Red) kita kan hanya soal SDM (sumber daya manusia) saja yang sangat rendah. Artinya akses keinginan untuk memanfaatkan teknologi itu kurang. Makanya perlu anak-anak muda untuk mendobraknya," ujar Zaenal, Jumat (14/6/2019).
Zaenal mengatakan, untuk membangkitkan semangat ini, sebaiknya pemerintah mengintensifkan komunikasi dialog dan diskusi publik dengan kelompok komunitas pertanian atau menerobos pintu-pintu kampus.
"Menurut saya pemerintah harus lebih merangkul komunitas pertanian dan memanfaatkan teman-teman muda yang memiliki kemampuan di bidang pertanian. Karena melalui komunitas, kita bisa menerapkan sisi perjuangan. Makanya harus anak muda yang masuk, jangan yang tua," katanya.
Di samping itu, Zaenal mengapresiasi berbagai konsep dan terobosan Mentan Amran yang mampu meningkatnya produksi pertanian dan menurunkan inflasi sesuai angka yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Ia berharap, pencapaian ini benar-benar membawa Indonesia mencapai swasembada serta menjadi lumbung pangan dunia.
"Pandangan saya terhadap pertanian sekarang sudah ada peningkatan, karena banyak terobosan yang dilakukan Kementerian Pertanian. Walaupun untuk menyelesaikan masalah belum sepenuhnya terselesaikan," katanya.
Baca: Nilai Tukar Petani Mei 2019 Naik 0.38 Persen, BPS: Daya Beli Petani Menguat
HMI sendiri, dijelaskan Zaenal memiliki 218 cabang di seluruh Indonesia. Dua di antaranya ada di luar negeri. Karena itu, dalam waktu dekat pihaknya akan membentuk badan peneliti yang mempelajari program pertanian baik dari sisi teknis maupun ekonomis.
"Kita (HMI) memang sedang fokus ke sana. Kita akan mempelajari semua program pertanian dari semua sisi, termasuk sisi ekonominya," katanya.
Sebelumnya Menteri Pertanian Amran Sulaiman mencetuskan Gerakan Satu Juta Petani Milenial di seluruh Indonesia. Gerakan ini merupakan langkah pemerintah untuk menambah daya gedor produksi komoditas pertanian yang berorientasi pada ekspor.
"Petani milenial yang sudah bergabung kurang lebih 400 ribu orang. Kami targetkan 1 juta orang tahun ini. Kami mendorong pemuda-pemuda tani untuk turun ke sektor pertanian karena kita sudah bertransformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern," tukas Menteri Amran beberapa waktu lalu.
Mentan berharap dengan teknologi generasi milenial mau bercocok tanam, peduli dengan nasib petani dan siap meningkatkan produksi pangan Indonesia.
Teknologi Membuat Petani Kini Lebih Bersemangat
Perlahan manfaat dari program transformasi pertanian tradisional ke pertanian modern yang diusung Pemerintah dengan mendistribusikan ribuan alat mesin pertanin (alsintan) telah dirasakan petani di tanah air.
Kardjono, petani di Sukoharjo, Jawa Tengah mengaku semua bantuan mesin pertanian sudah beroperasi dan digunakan petani di wilayahnya setiap hari.
Ada 5 Desa yang menggunakan alsintan bantuan Kementan. Kelima Desa itu antara lain Wareng dan Galangan. Kata dia, para petani dari 5 desa tersebut sama-sama memiliki hak dalam menggunakan mesin.
"Tentu saja sangat bermanfaat, utamanya dalam peningkatan produksi. Sebelum menggunakan Alsintan hasil sawah sekitar 7 ton per ha. Sekarang bisa mencapai 9 ton per ha bahkan lebih. Kami petani jadi lebih bersemangat," kata Karjono.
Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur produksi gabah per ha mencapai 10 ton dengan kualitas padi sangat baik. Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan dengan produksi sebelum menggunakan alsintan.
"Sangat membantu sekali karena alat mesin bantuan ini mempercepat kami dalam memproduksi padi. Terlebih kami juga diberi bantuan alat mesin tanam yang sangat cocok dengan pesawahan di Tuban," kata Mei Sayet, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Kabupaten Tuban.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.