Panglima TNI Singgung Big Data dan Kecerdasan Buatan di Depan Ratusan Capaja
Hadi menjelaskan generasi peperangan selalu dipengaruhi oleh perubahan teknologi di setiap zamannya.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memberikan pembekalan kepada 781 Calon Perwira Remaja (capaja) Akademi TNI-Polri 2019 di Gedung Ahmad Yani Mabes TNI Cilangkap pada Jumat (12/7/2019).
Hadi menjelaskan generasi peperangan selalu dipengaruhi oleh perubahan teknologi di setiap zamannya.
Dia mengatakan, sejak era revolusi industri pertama sampai keempat, teknologi perang selalu mengikuti teknologi yang sedang berkembang di setiap zamannya, seperti teknologi mesin uap yang menjadi tulang punggung perang dunia kedua sampai teknologi cyber yang membentuk generasi peperangan keempat saat ini.
"Saat ini semua pertempuran sudah bisa kita lakukan. TNI Polri bahkan masyarakat bisa melakukan itu. Karena apa? Berbondong-bondongnya membangun sistem cyber itu. TNI membangun. Polri membangun. Kemudian Kementerian pun membangun. Karena ingin menguasai dimensi keempat setelah darat, laut, udara. Dimensi keempat adalah cyber juga ingin dikuasai. Bagaimana meretas otak manusia. Bagaimana bila bertempur dengan menggunakan data," kata Hadi.
Baca: Agustus, Berkas Kasus Suap Pengadaan Pesawat Garuda Akan Dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor
Hadi menjelaskan, dengan menguasai keahlian di bidang cyber, maka para taruna dan taruni calon perwira remaja bisa mengantisipasi ancaman dan tantangan yang akan dihadapi generasinya ke depannya.
Baca: Wapres JK: Kota Cerdas Ditentukan Kecerdasan Wali Kota dan Bupatinya
Ia menekankan, dengan mempelajari ilmu di bidang cyber maka banyak hal yang bisa didapatkan antara lain keahlian yang saat ini banyak dimanfaatkan oleh berbagai kalangan, baik dari militer maupun non-militer.
"Banyak sekali yang banyak kita dapatkan, di antaranya membuat big data, artificial intelligence untuk melakukan pertempuran, bahkan manusia pun bisa berkomunikasi dengan mesin, human machine interface. Bagaimana kita membuat produk dengan cepat. Semuanya harus kita pelajari. Dan apabila kita tidak segera beradaptasi dengan revolusi industri 4.0 maka kita akan ditinggal," kata Hadi.
Dia juga menjelaskan, peperangan di masa depan nantinya tidak menginginkan kehancuran infrastruktur dan jatuhnya kkrban manusia seperti zaman dahulu.
Namun peperangan di masa depan akan bertujuan untuk melumpuhkan sistem jaringan cyber dan senjata biologi.
"Peperangan di masa depan tidak menginginkan kehancuran infrastruktur maupun banyaknya korban manusia, tapi melumpuhkan semua sistem jaringan cyber, pesawat, kapal, tank seluruhnya sehingga tidak akan bisa melakukan serangan. Selanjutnya adalah melemahkan seluruh tentara dengan ancaman biologi dan mengembangkan penyakit-penyakit untuk menghantam prajurit-prajurit TNI Polri. Sehingga sekarang dunia secara global memiliki dua ancaman yaitu cyber thread dan bio-thread. Ini yang harus kita pikirkan," kata Hadi.
Menurutnya, jika para prajurit TNI Polri mampu mengantisipasi ancaman tersebut maka TNI dan Polri akan mampu menjalankan mandat yang diberikan negara untuk menjaga stabilitas keamanan dan politik.
"Kalau kita bisa mengantisipasi ancaman itu maka apa yang diberikan oleh negara, tanggung jawab Undang-Undang nomor 2/2002 dan Undang-Unsang nomor 34/2004 dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan negara bisa terwujud," kata Hadi.
Hadi mencontohkan, pada saat pengamanan pemilu 2019 lalu.