MPR: Rekonsiliasi Penting untuk Persatuan Bangsa
Anggota MPR fraksi Gerindra Sodik Mudjahid mengatakan kekecewaan tersebut diyakinu hanya sesaat.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertemuan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai sebagai simbol pemersatu usai memanasnya tensi politik karena Pilpres 2019.
Pertemuan tersebut pun dinilai menjadi titik awal rekonsiliasi yang terjadi pasca Pilpres 2019.
Namun, tak sedikit pula pendukung Prabowo-Sandi, terutama emak-emak menjadi bawa perasaan (baper) dan tidak menerima pertemua tersebut.
Anggota MPR fraksi Gerindra Sodik Mudjahid mengatakan kekecewaan tersebut diyakinu hanya sesaat.
Baca: Dermawan Mindset, Habit, dan Effect: Membentuk Logika Filantropi dalam Berkurban
Baca: Wakil Ketua DPR RI Nonaktif Divonis 6 Tahun Penjara
Baca: Update Terbaru Kasus Baiq Nuril: Surat Pemberian Amnesti dari Jokowi Dikirim ke DPR
Hal itu dikatakannya dalam Diskusi Empat Pilar MPR bertajuk 'Rekonsiliasi untuk Persatuan Bangsa', di Media Center Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (15/7/2019).
"Pertama kita pahami dahulu posisi pendukung, masyarakat dan pemimpin. Kita hargai semangat dukungan mereka dan kami sangat menghargai perjuangannya, terlebih banyak emak-emak yang bapernya sangat tinggi," ujarnya.
Ia mengatakan, keragaman pendidikan para pendukung, khususnya emak-emak, berbeda dengan visi misi seorang pemimpin.
Untuk itu, sepatutnya tugas pemimpin untuk membangun kesadaran tersebut.
"Karena masalahnya ini bukan sekadar dukungan, tapi kita memikirkan masalah yang lebih besar lagi yakni soal bangsa," ucapnya.
Sodik pun mengungkapkan setelah pertemuan Ketua Umumnya itu dengan Jokowi, banyak pihak yang membully Gerindra.
Namun, Prabowo memutuskan bertemu dengan Jokowi demi kepentingan bangsa.
"Jadi pertemuan tersebut merupakan ikhtiar untuk persatuan dan kesatuan bangsa. Meskipun harus mengorbankan perasaan pendukungnya demi misi yang lebih besar, semua rakyat Indonesia. Saya katakan bahwa Bung Karno saat akan membacakan proklamasi sempat diculik, karena ada yang tidak paham visi misi dan itu adalah hal biasa," pungkasnya.