Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

55 Prajurit Nanggala Saat Operasi Seroja Dapat Tepukan Tangan Saat Hadiri HUT ke-74 RI di Istana

55 orang prajurit Tim Nanggala Grup 1 Kopassanda yang kini disebut Kopassus hadir saat upacara HUT ke 74 RI di Istana Merdeka.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 55 orang prajurit dari Tim Nanggala Grup 1 Kopassanda yang kini disebut Kopassus hadir saat upacara HUT ke 74 RI di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8/2019). 

Hal tersebut disampaikan pembawa acara yang menyampaikan melalui pengeras suara agar para undangan memberikan apresiasi kepada para prajurit tersebut. 

"Sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa para pejuang, seperti mereka, saya mengundang kita semua untuk bangkit berdiri dan memberikan applause yang paling meriah," ujar pembawa acara itu yang diikuti tepuk tangan seluruh tamu undangan. 

Baca: Gagal Jadi Anggota Paskibra, Siswa SMA di Sumatera Utara Diundang Kemenpora Hadiri Upacara di Istana

Baca: Detik-detik Pengibaran Bendera Merah Putih di Tembagapura, Semangat Paskibra Di Tengah Hujan Deras

Baca: Dapat Hadiah Sepeda dari Presiden Jokowi, Sultan Gunung Tabur: Ini Tuhan Menggerakan

Menurut pembawa acara, 55 prajurit ini merupakan bagian dari 265 prajurit Nanggala yang diterjunkan dalam operasi Seroja di Timor Portugis pada 9 Desember 1975 yang dipimpin waktu itu oleh Letkol Infrantri Sugito, sekarang Letnan Jenderal Purnawirawan TNI Sugito. 

"Dulu mereka bertempur mempertaruhkan nyawa karena kecintaan dan kesetiaan mereka terhadap merah putih, NKRI, dan Pancasila," paparnya. 

Baca: Ketika Jan Ethes Takut Bersalaman dengan Ajudan Jokowi yang Kenakan Pakaian Adat Papua

Dikonfirmasi kepada dua menteri kabinet kerja alasan mengundang prajurit Nanggala, Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung tidak menjawab. 

Berita Rekomendasi

Operasi Seroja atau Invasi Indonesia atas Timor Timur dimulai pada tanggal 7 Desember 1975 ketika militer Indonesia masuk ke Timor Timur dengan alasan anti-kolonialisme. 

Penggulingan pemerintahan Fretilin yang tengah populer dan singkat memicu pendudukan selama seperempat abad dengan kekerasan di mana sekitar 100-180,000 tentara dan warga sipil diperkirakan tewas atau menderita kelaparan. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas