Ingin Pacu Wisman ke Borobudur, Tim Quick Win Usul Empat Langkah Strategis ke Presiden
Kunjungan wisman ke Borobudur bisa dibilang minim. Apalagi jika dibandingkan dengan Angkor Wat, candi di Kamboja
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Tentu saja dengan tetap mematuhi aturan UNESCO.
”Kami harus melihat sesuatu beyond dari candi. Borobudur ini memiliki beberapa situs seperti danau purba, sawah purba, dan sungai purba yang perlu diteliti lebih lanjut. Semua itu dikemas dalam storynomics tourism, pendekatan pariwisata berbasis narasi, konten kreatif, living culture, serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi,” paparnya.
Kedua, penciptaan traffic puller baru, termasuk membuka keran public private partnership (PPP) untuk membuat atraksi baru.
”Misalnya, perlu theme park. Namun, harus theme park berkelas dunia, jangan setengah-setengah. Investasi ratusan miliar menuntut kolaborasi dengan swasta,” ujarnya.
Selain itu, Borobudur dan sekitarnya perlu menambah banyak pariwisata event (event tourism) untuk memperpanjang siklus destinasi (destination life cycle).
”Wisman mengunjungi Borobudur dan sekitarnya sekaligus menikmati event tourism. Ini bisa menambah lama kunjungan, jumlah, dan belanja wisman sekaligus,” kata Irfan.
Ketiga, optimasi destinasi yang juga bisa membuat wisatawan bertahan lebih lama di wilayah Magelang.
Rata-rata lama menginap wisman di Magelang baru berkisar 1,89 hari.
Kualitas destinasi di sekitar Kabupaten Magelang dan Jogjakarta, Solo, Semarang (Joglosemar) secara umum perlu ditingkatkan.
Di daerah Magelang ada sekitar 49 destinasi potensial. Di keseluruhan Joglosemar ada lebih dari 200 destinasi dengan keunikannya masing-masing.
”Itu semua perlu dihidupkan sebagai kesatuan ekosistem pariwisata untuk mengerek kunjungan wisman ke Borobudur,” jelasnya.
Keempat, targeted marketing dengan optimalisasi basis data wisatawan, termasuk berkolaborasi dengan platform seperti Grab, Gojek, dan Traveloka.
Data digital itu penting untuk memetakan perilaku wisatawan, sehingga langkah-langkah pengembangan Borobudur bisa fokus hanya pada satu hal, yaitu kunjungan wisman sebanyak-banyaknya.
”Targeted marketing ini perlu strategi digital terintegrasi. Jadi strategi digital bukan hanya soal influencer di media sosial atau placement di media online, tapi harus komprehensif. Misalnya perlu breakthrough dengan melibatkan growth hackers,” katanya. (Willy Widianto/Tribun)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.