Pemerintah Dinilai Rugi Sebut Benny Wenda 'Dalangi' Kerusuhan di Papua
Usman Hamid menilai tuduhan yang mengarah ke Benny Wenda tersebut justru akan merugikan Pemerintah Indonesia
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Benny Wenda mendadak muncul disebut-sebut sebagai 'dalang' di balik kerusuhan yang terjadi di sejumlah daerah di Papua Barat.
Diketahui, Benny Wenda adalah Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP).
Baca: Sikapi Adanya Keterlibatan Asing, Pemerintah Batasi Akses untuk Orang Asing Datang ke Papua
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menilai tuduhan yang mengarah ke Benny Wenda tersebut justru akan merugikan Pemerintah Indonesia.
Sebelumnya, Kepala Staf Presiden Moeldoko menyebut Benny Wenda sebagai dalang kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
"Kalau itu hanya pernyataan politik dan bukan pernyataan hukum dengan kata lain tidak diikuti oleh penjelasan adanya bukti-bukti hukum, maka pernyataan itu tidak memiliki kredibilitas yang kuat dan itu malah merugikan pemerintah sendiri," ujar Usman Hamid saat dihubungi Kompas.com, Senin (2/9/2019).
Baca: Ikut Aksi Demo di Papua, 4 WNA Australia Dideportasi
Di sisi lain, lanjut Usman Hamid, pernyataan Moeldoko tersebut seolah menguatkan anggapan bahwa Pemerintah Indonesia tengah mengadapi upaya internasionalisasi masalah Papua.
Usman Hamid mengatakan, hal ini justru semakin menjauhkan pemerintah dalam menyelesaikan akar permasalahan kerusuhan di Papua, yakni rasisme.
Pernyataan Moeldoko
Baca: Sosok Benny Wenda yang Disebut Moeldoko jadi Dalang Kerusuhan di Papua
Sebelumnya, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko menyebut bahwa tokoh Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat, Benny Wenda, mendalangi kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
"Ya jelas toh. Jelas Benny Wenda itu. Dia mobilisasi diplomatik, mobilisasi informasi yang missed, yang enggak benar. Itu yang dia lakukan di Australia, di Inggris," ujar Moeldoko di kantornya, Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (2/9/2019).
Ia menilai apa yang dilakukan Benny Wenda merupakan strategi politik. Karena itu, pemerintah juga menanganinya secara politis.
Akan tetapi, Moeldoko mengatakan, pemerintah telah menempuh berbagai langkah untuk mengatasi persoalan keamanan di Papua dan Papua Barat.
Salah satu cara yang dilakukan tentunya termasuk diplomasi.
"Itulah, seperti diplomasi. Pastilah dilakukan," ujar Moeldoko lagi.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyebut bahwa pemerintah sudah mengetahui pihak yang menunggangi sejumlah peristiwa kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat belakangan ini.
Laporan lengkap soal keterlibatan penunggang gelap ini sudah dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (30/8/2019).
Namun, Wiranto tidak menyebutkan pihak yang mendapat untung dari kerusuhan itu.
Baca: Wiranto: Benny Wenda Memang Bagian dari Konspirasi Kerusuhan di Papua
"Memang rusuh ini ada yang menunggangi, mengompori, memprovokasi, ada yang sengaja dorong terjadi kekacauan," kata Wiranto saat konferensi pers usai rapat.
"Dari laporan tadi BIN, Kapolri, kita tahu siapa yang coba dapat keuntungan dari kerusuhan ini. Kami peringatkan siapa pun dia, hentikan itu, karena itu hanya ingin buat suasana tidak stabil," ucap Wiranto.
Kata Benny Wenda
Baca: Si Aktor Diburu, Polda Papua Barat Tetapkan Total 13 Tersangka Rusuh di Manokwari Papua
Dalam wawancara kepada Majalah Tempo, Benny Wenda mengaku telah mengeluarkan surat edaran yang berisi instruksi agar rakyat Papua tak mengikuti upacara kemerdekaan.
Akan tetapi, Benny menyatakan bahwa aksi demonstrasi yang kemudian disertai kerusuhan di Papua dan Papua Barat dianggap sebagai spontanitas masyarakat di sana.
"Saya memang mengeluarkan surat edaran beberapa pekan sebelum selebrasi kemerdekaan Indonesia. Isinya menyerukan kepada rakyat Papua supaya tidak ikut upacara," ucap Benny.
"Tapi aksi di Surabaya yang merembet ke Papua itu spontanitas saja. Rakyat Papua yang bergerak," ujar dia.
Benny Wenda Kepada Majalah Tempo, Benny juga mengkritik kebijakan Presiden Joko Widodo soal Papua yang masih menggunakan pendekatan militer.
Dia memuji presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang melakukan pendekatan kemanusiaan.
Baca: Kapolri Minta Kapolda Papua dan Papua Barat Terbitkan Maklumat Larang Demo
Cara yang dilakukan Gus Dur antara lain mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua dan membolehkan pengibaran bendera Bintang Kejora selama bersanding dengan bendera Merah Putih.
"Hanya Gus Dur yang berani membela Papua. Dia juga menyebutkan Bintang Kejora sebagai lambang budaya kami," ujar Benny Wenda. (Kristian Erdianto)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Penyebutan Benny Wenda Dalang Kerusuhan Papua Dinilai Rugikan Pemerintah RI