Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Habibie di Penghujung Kekuasaan Soeharto (1) Terima Telepon Mengejutkan dari Menko Ginandjar

"Isu tersebut tidak benar. Presiden yang sedang menghadapi permasalahan multikompleks, tidak mungkin saya tinggalkan. Saya bukan pengecut!"

Penulis: Febby Mahendra
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Kisah Habibie di Penghujung Kekuasaan Soeharto (1) Terima Telepon Mengejutkan dari Menko Ginandjar
Agri/tribunbatam
BJ Habibie meninggal dunia, Rabu (11/9/2019). Mensesneg menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BACHARUDDIN Jusuf (BJ) Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia, menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, pada sekira pukul 18.05 WIB, Rabu (11/9/2019).

Pada September 2006 lalu, Habibie meluncurkan buku berjudul "Detik-detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi", terbitan THC Mandiri.

Baca: Presiden Pimpin Proses Pemakaman BJ Habibie

CHEK UP - Mantan Presiden Habibie, melambaikan tangan kepada para wartawan usai menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pondok Indah, jakarta Selatan, Selasa (17/9). Menurut Habibie, kesehatannya dalam kondisi baik dan fit dan hanya menjalani pemeriksaan rutin saja. (Warta Kota/nur ichsan)
CHEK UP - Mantan Presiden Habibie, melambaikan tangan kepada para wartawan usai menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pondok Indah, jakarta Selatan, Selasa (17/9). Menurut Habibie, kesehatannya dalam kondisi baik dan fit dan hanya menjalani pemeriksaan rutin saja. (Warta Kota/nur ichsan) (Warta Kota/Nur Ichsan)

Dalam buku itu, di antaranya Habibie mengungkapkan kondisi menjelang Soeharto lengser dari kursi Presiden ke-2 RI dan peralihan kekuasaan kepada dirinya selaku Wakil Presiden RI.

Berikut cuplikan sebagian isi buku itu untuk mengenang jejak langkah almarhum di awal masa reformasi.

Sehari menjelang pengunduran diri Soeharto sebagai presiden, 20 Mei 1998, Habibie tengah mempersiapkan materi untuk dilaporkan kepada Presiden.

Sesuai rencana laporan bakal disampaikan di rumah pribadi Soeharto, kawasan Jl Cendana, Jakarta, pukul 19.30 WIB, 20 Mei 1998.

"Bahan masukan saya peroleh dari Sekretariat Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar. Perlu saya sampaikan bahwa Keluarga Besar Golkar terdiri dari Golkar, ABRI, dan Utusan Daerah. Masing-masing diwakili oleh Ketua Golkar, Panglima ABRI (Pangab),
dan Menteri Dalam Negeri," tulis Habibie dalam Bab I buku Detik-detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi.

Berita Rekomendasi

Posisi Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar diberikan kepada Habibie dua kali yaitu 1993 dan 1998.

Dalam mekanisme politik saat itu, peran Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar amat menentukan.

Keputusan untuk mengangkat Habibie sebagai Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar tanpa pengganti, diterima pada 31 Desember 1997 malam hari.

Pada saat itu kondisi sedang tidak menentu akibat krisis ekonomi moneter di Thailand yang mulai terasa di Indonesia.

"Dalam keadaan yang tidak menentu dan kritis itu, timbul pertanyaan pada diri saya, mengapa justru saya yang mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk menjadi Koordinator Harian tanpa pengganti," katanya.

Namun ia tidak pernah berhasil mendapat jawaban atas pertanyaan ini, begitu pula alasan dan maksud tujuannya.

Kabinet Pembangunan yang dibentuk setelah Sidang Umum (SU) MPR, merupakan hasil penilaian dan analisis presiden terpilih bersama Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar.

Seperti yang dialami Habibie pada 1993, bukan wakil presiden terpilih yang diajak presiden terpilih untuk bersama menyusun Kabinet Pembangunan, melainkan Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar.

"Kunjungan saya ke kediaman Presiden Soeharto di Cendana, adalah dalam posisi sebagai Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar, bukan sebagai wakil presiden. Kunjungan itu bersifat rutin dan biasanya dilaksanakan di tempat dan waktu yang sama," katanya.

Sewaktu Habibie sedang mempelajari laporan masukan dari tiga jalur, sekira pukul 17.00, ajudan Kolonel (AL) Djuhana melaporkan Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita minta berbicara melalui telepon.

Dalam kesempatan itu Ginandjar melapor Menko Ekuin bersama 13 menteri yang berada dalam koordinasinya tidak bersedia lagi untuk duduk di dalam Kabinet Reformasi yang anggotanya sedang disusun.

Tetapi, sebagai anggota Kabinet Pembangunan VII, mereka akan tetap melaksanakan tugas masing-masing, sampai Kabinet Reformasi terbentuk.

"Apakah Anda sudah bicarakan dengan Bapak Presiden," tanya Habibie.

Jawaban Ginandjar, "Belum, tetapi keputusan itu sudah ditandatangani bersama sebagai hasil rapat kami di Bappenas dan sudah dilaporkan secara tertulis, kepada Bapak Presiden, melalui Tutut, putri tertua Pak Harto."

"Mengapa harus begini," tanya Habibie kepada Ginandjar soal sikap 14 menteri itu.

Para menteri yang tidak bersedia menjabat lagi itu antara lain Akbar Tandjung, AM Hendropriyono, Ginandjar Kartasasmita, Giri Suseno, Haryanto Dhanutirto, Justika Baharsjah, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto Sastrowardoyo, dan Sumahadi.

Setelah menerima laporan Ginandjar, sekira pukul 17.45, ajudan melaporkan Menteri Keuangan Fuad Bawazier terus mendesak untuk melaporkan sesuatu yang penting.

Baca: Najwa Shihab Tulis Puisi Perpisahan untuk BJ Habibie: Ia Telah Menunaikan Kebaikan

"Apakah isu yang berkembang, bahwa Pak Habibie bermaksud mengundurkan diri sebagai wakil presiden itu benar?"

Saya jawab, "Isu tersebut tidak benar. Presiden yang sedang menghadapi permasalahan multikompleks, tidak mungkin saya tinggalkan. Saya bukan pengecut!" (tribunnetwork/feb)

Prosesi pemakaman diiringi lagu "Gugur Bunga"

Jenazah Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie saat hendak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019) siang.
Jenazah Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie saat hendak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019) siang. (Fitri Wulandari/Tribunnews.com)

 Jenazah Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie kini telah dimasukkan ke dalam liang lahat di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019), sekira pukul 14.09 WIB.

Keluarga pun melakukan tabur bunga di liang lahat tokoh yang akrab disapa Eyang Habibie itu, diiringi instrumen lagu Gugur Bunga.

Tabur tanah secara simbolis pun dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku Inspektur Upacara dan perwakilan keluarga, yakni sang anak, Ilham Habibie.

Saat ini petugas pun tengah melakukan penimbunan tanah ke atas pusara Eyang Habibie.

Di TMP tersebut, pusara Eyang Habibie akan berdampingan dengan pusara sang istri, Hasri Ainun Habibie.

Para petinggi negara, dari kementerian maupun lembaga, serta perwakilan negara sahabat tampak hadir dalam upacara pemakaman tersebut.

Baca: Lantunan Salawat Nabi Mengiringi Jenazah BJ Habibie Tiba di TMP Kalibata

Mulai dari Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Menko PMK Puan Maharani, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.

Lalu Menteri Sosial Agus Gumiwang, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir, serta banyak menteri dan petinggi negara lainnya.

Hadir pula Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang duduk bersebelahan dengan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza.

Ribuan warga juga terlihat memadati sekitar TMP Kalibata untuk menyaksikan pemakaman sosok jenius yang dikenal sebagai Bapak Teknologi itu.

Tangisan warga pun terlihat saat jenazah eyang mulai dimasukkan ke liang lahat.

Eyang Habibie merupakan lulusan Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen Jerman.

Sejak awal September 2019, ia dirawat secara intensif oleh Tim Dokter Kepresidenan di ruang CICU, Paviliun Kartika, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Kondisi Eyang Habibie sebelumnya dikabarkan membaik dalam perawatan intensif di rumah sakit itu, namun kembali mengalami penurunan kondisi.

Ia pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 83 tahun.

Selamat jalan Eyang Habibie. (Fitri Wulandari)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas