Kisah BJ Habibie di Ujung Usia, Tepati Janji Jadi Saksi Nikah Anak ART,Nekat Datang Pakai Kursi Roda
Keponakan BJ Habibie yang sekaligus promotor musik ternama Indonesia, Adrie Subono, menceritakan pamannya tersebut sangat peduli dengan wong cilik.
Penulis: Nurul Hanna
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak hanya dikenal sebagai tokoh teknokrat, bapak teknologi, demokrasi dan kebebasan pers serta sosok penyayang keluarga, ada sifat lain yang bisa dijadikan suri tauladan sepeninggal Presiden ke-3 RI, Bacharuddin Jusuf Habibie.
Saat berbincang dengan Tribunnews.com, Kamis (12/9/2019) malam, keponakan BJ Habibie yang sekaligus promotor musik ternama Indonesia, Adrie Subono, menceritakan pamannya tersebut sangat peduli dengan wong cilik di sekitarnya dan berusaha tak ingkar janji.
Ia mengungkapkan, sekira lebih seminggu sebelum menghembuskan nafas terakhir, rupanya Presiden ke-3 RI tersebut sengaja meninggalkan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta.
Padahal, saat itu BJ Habibie yang telah berusia 83 tahun itu tengah dirawat karena sakit pada organ tubuhnya.
BJ Habibie dengan menggunakan kursi roda yang didorong tim medis dan keluarga datang menuju ke acara pernikahan putri dari pembantunya atau asisten rumah tangga (ART) yang bernama Sigit.
“Beliau sudah janji dari jauh hari sebelumnya, akan datang menghadiri dan menjadi saksi di dalam pernikahan itu. Jadi, pada waktu itu beliau dalam keadaan sakit,” ungkap Adrie.
Adrie mengatakan, sang paman tak mengenal pangkat dan jabatan dalam menepati janji yang telah ia ucapkan. Apalagi Sigit terbilang lama bekerja untuk keluarga BJ Habibie.
“Bayangkan, dua minggu lalu, kemarin saja kan bapak keadaannya tidak terlalu baik. Bahkan beliau harus mempergunakan kursi roda,” kata ayah dari penyanyi dan presenter Melanie Subono itu.
“Beliau bukan memaksakan diri, tapi menepati janji. Itu lah, beliau tuh banyak sekali aktivitas yang masih dijalani di usia sekarang. Kadang kan di usia sudah segitu, suka lupa,” kenang dia.
Tepati Janji
Sigit yang dihubungi secara terpisah pada Kamis malam, membenarkan cerita Adrie Subono.
Namun, ia belum bisa menceritakan lebih lanjut momen berharga tersebut.
Sebab, ia tengah mengikuti rangkaian acara tahlil dan doa untuk almarhum BJ Habibie di rumah duka, di Patra Kuningan, Jakarta Selatan.
“Iya (BJ Habibie menjadi saksi pernikahan), nanti bisa telepon lagi, soalnya kami masih berdoa,” ujar Sigit .
Saat dihubungi, terdegar lantunan ayat suci Al Quran di ujung telepon.
Menjelang tengah malam, Sigit bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi cerita dengan Tribun.
Ia membenarkan testimoni Adri Subono itu. Ia menceritakan, sekira dua pekan sebelum wafat, BJ Habibie menyempatkan diri datang menjadi saksi dalam pernikahan putrinya yang bernama Nur Khoiriyah.
Ia terkejut karena mengetahui saat itu BJ Habibie masih dalam keadaan sakit.
“Saya dan keluarga sangat bangga soalnya bapak dari dulu sudah janji bahwa kalau anak saya akan menikah, akan menjadi saksi,” ungkap Sigit.
BJ Habibie menggunakan kursi roda datang ke lokasi pernikahan putri Sigit di Gedung Mako Brimob, Depok, Jawa Barat.
Ia didampingi tim dokter, perawat dan anggota keluarga. Setelah prosesi akad nikah, BJ Habibie kembali ke RSPAD tempat dirinya dirawat.
Sigit mengungkapkan, saat Nur Khoriyah masih duduk di bangku SMA atau empat tahun lalu, BJ Habibie menyatakan janjinya bahwa ia ingin menjadi saksi pernikahan putrinya kelak kemudian hari.
Namun, ia pun sadar jika kondisi kesehatan BJ Habibie memburuk sekitar dua bulan terakhir.
Oleh karena itu, sejak jauh hari ia telah meminta BJ Habibie untuk mengurungkan niatnya menjadi saksi putrinya.
Ia meminta putra sulung BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie, untuk menggantikan.
Kendati Ilham telah setuju, namun BJ Habibie bergeming dan menyatakan tetap ingin melaksanakan janji itu.
Sigit bersama istri dan putrinya tinggal bersama dengan keluarga BJ Habibir di rumah di Patra Kuningan, Jakarta Selatan, sejak puluhan tahun lalu.
Sigit mengaku telah bekerja sebagai ART untuk keluarga BJ Habibie sejak 28 tahun lalu.
Sementara, istrinya lebih dulu bekerja di rumah BJ Habibe, yakni sejak 30 tahun lalu.
Ia menuturkan, jika ada waktu senggang, Presiden ke-3 RI itu mengajak dirinya dan keluarganya untuk mengobrol.
Tak ada jarak atau pembeda dari seorang BJ Habibie kepada keluarganya.
Bahkan, ia merasa Habibie seperti ayahnya sendiri karena kerap memberikan perhatian hingga wejangan nasihat hidup.
Wafatnya BJ Habibie pada Rabu kemarin meninggalkan kesedihan mendalam untuk keluarga Sigit.
“Saya dan kelurga sangat kehilangan, kan itu kan seperti bapak sendiri. Dan bapak sama keluarga saya sangat perhatian dan sangat sayang saya dan istri saya sudah dianggap seperti anak sendiri dan anak saya sudah dianggap sebagai cucu sendiri,” kenangnya.
“Pas anak saya menikah bapak meluangkan waktunya dalam keadaan sakit. Bapak bilang saya harus tanda tangan, kalau anakmu menikah saya harus menjadi saksi. Kami sangat kehilangan,” imbuhnya.
Rasa sesak dan kesedihan mendalam pun dirasakan Nur Khoiriyah. Nur merasa tidak percaya jika BJ Habibie telah tiada karena baru dua minggu lalu menjadi saksi pernikahan dirinya.
“Kami semua menangis, awal dikabarin saja kami sudah nangis terus, karena beliau seperti ayah, eyang sendiri. Eyang sangat sayang kepada keluarga kami,” kenangnya.
Presiden ke-3 RI Bacharauddin Jusuf Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, pada Rabu, 11 Septermber 2019, pukul 18.05 WIB.
Diagnosis tim dokter kepresidenan menyatakan, BJ Habibie mengalami sesak imbas cairan berlebih di paru, gagal ginjal, dan berhentinya respon jantung.
Jenazah BJ Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, pada Kamis siang, 12 September 2019. Prosesi pemakamanan BJ Habibie dilakukan dengan upacara militer dengan Presiden Joko Widodo sebagai inspektur upacara.
BJ Habibie dimakamkan berdampingan dengan makam istri tercinta, Hasri Ainun Besari atau Ainun Habibie, sebagaimana permintaannya semasa hidup.
Ainun Habibie lebih dulu meninggal dunia pada 22 Mei 2010 (umur 72 tahun). BJ Habibie meninggal dunia pada usia 83 tahun dengan meninggalkan dua putra, Ilham Akbar dan Thareq Kemal.