BNPB: Pemprov Riau Tetapkan Status Tanggap Darurat Karhutla
Berdasarakan data BNPB, per 23 September 2019 ini, sebaran titik panas di Riau mencapai 322 titik dengan kualitas udara dalam kategori bahaya, serta l
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menyusul provinsi Kalimantan Tengah, pemerintah provinsi atau pemprov Riau juga menetapkan status tanggap darurat pada bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) per hari ini atau Senin (23/9/2019).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menuturkan, naiknya tahapan status provinsi Kalimantan Tengah dan Riau dari semula siaga darurat menjadi tanggap darurat, lantaran, di wilayah tersebut karhutla telah menjadi bencana dan sedang ditangani.
"Ada dua ya, Kalteng sama Riau. Riau hari ini (naik jadi status tanggap darurat), sementara Kalimantan Tengah sudah minggu kemarin ya," ujar Agus pada konferensi pers di Graha BNPB, Pramuka, Jakarta Timur, Senin (23/9/2019).
Baca: Romahurmuziy Keberatan Nama Khofifah dan KH Asep Saifuddin Hilang Dalam Surat Dakwaannya
"Sebelumnya (status siaga darurat) itu siap-siap mencegah. Kalau ini bukan mencegah lagi, tapi mengatasi yang memang sudah jadi bencana bagi masyaraka di provinsi dua tadi," sambung Agus.
Berdasarakan data BNPB, per 23 September 2019 ini, sebaran titik panas di Riau mencapai 322 titik dengan kualitas udara dalam kategori bahaya, serta lahan yang terbakar 49.266 ha (Agustus).
Sementara dalam hal penanganan, diterjunkan 5.809 personil ke lapangan, 130.094.800 liter air pada water bombing, serta 171.616 kg garam dalam teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Diketahui, menetapkan status tanggap darurat pemprov Kalimantan Tengah, akan berlangsung sampai 30 September nanti.
Kalimantan Tengah berdasarkan data BNPB, per 23 September 2019 ini, memiliki sebaran titik panas mencapai 488 titik dengan kualitas udara dalam kategori bahaya, serta lahan yang terbakar 44.169 ha (Agustus).
Kemudian dalam hal penanganan, diterjunkan 10.015 personil ke lapangan, 20.186.400 liter air pada water bombing, serta 1.600 kg garam dalam teknologi modifikasi cuaca (TMC).