Warga Penjompongan Minta Pendemo Menjauh dari Wilayah Mereka
Warga Pejompongan meminta massa pendemo mundur dari wilayahnya lantaran ada rumah warga hampir terbakar terkena tembakan gas air mata.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga Pejompongan meminta massa pendemo mundur dari wilayahnya lantaran ada rumah warga hampir terbakar terkena tembakan gas air mata.
"Tolong ya adik-adik mundur lagi ya, jangan pada di sini, kasihan rumah warga ada yang hampir terbakar," kata seorang warga kepada massa, Selasa (24/9/2019).
Warga juga meminta massa untuk melepas almamater kampusnya untuk menghindari sasaran gas air mata.
"Ini kan polisi mantau dulu pakai drone sebelum tembakin gas air mata, makanya tolong dilepas almamaternya biar enggak kepantau. Kasihan warga di sini," ujar warga lainnya.
Baca: Biasa Bekerja Mengenakan Alas Kaki? Di Kantor TaniHub Anda Justru Wajib Lepas Sepatu
Baca: Arie Untung Bantu Korban Karhuta
Baca: Anggota TNI Sertu Bambang Tewas Dicelurit 2 Pencuri Motor di Probolinggo
Mendapat permintaan tersebut, mahasiswa yang sebelumnya sempat bertahan di ujung gang di seberang Gedung DPR MPR akhirnya menuruti.
Mereka mengalah dan membubarkan diri ke arah lain.
Saat ini gas air mata memang masih terus ditembakkan kepolisian untuk membubarkan massa yang masih bertahan mengepung Gedung DPR MPR.
Diketahui, pemukiman di Jalan Penjernihan, Pejompongan, memang menjadi akses massa membubarkan diri sewaktu polisi tembakkan gas air mata.
Pasalnya, gang di pemukiman ini menjadi akses utama massa menuju seberang Gedung DPR MPR RI.
Beberapa dari pendemo yang terluka bahkan sempat dibawa ke Masji Al Faalah yang ada di pemukiman warga.
Polisi tembakkan gas air mata
Kepolisian kembali menembakkan gas air mata ke arah demonstran yang masih bertahan di depan Gedung DPR RI.
Pantauan Tribunnews.com, Selasa (24/92/2019), pukul 19.00 WIB, polisi mencoba memukul mundur massa yang masih bertahan di tol dalam kota.
Polisi menggunakan kendaraan taktis water cannon serta menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa di ruas jalan tol.
Baca: Muhammadiyah Konsisten Tolak RUU Pesantren Meskipun Sudah Disahkan DPR
Kendaraan barracuda juga dikerahkan di Jalan Gatot Subroto.
Hingga berita ini ditulis, polisi masih berupaya memukul mundur demonstran baik ke arah Pancoran maupun Slipi.
2 pemuda diamankan
Situasi di depan Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, mulai kondusif, Selasa (24/9/2019) sekira pukul 18.00 WIB.
Dua gerbang utama DPR RI di Jalan Gatot Subroto mulai dibuka.
Ribuan aparat gabungan TNI-Polri bersiaga di depan gerbang utama DPR RI.
Satu mobil taksis milik Polisi terlihat hancur, kaca depannya pecah serta bannya gembos.
Sementara itu, mahasiswa mulai bergeser ke Jalan Gatot Subroto arah Semanggi dan Slipi.
Pantauan di lokasi, pagar dan tembok gerbang DPR dicorat-coret pengunjuk rasa.
Baca: Bos Perusahaan di Kupang Dipergoki Isteri Saat Berduaan Bersama SPG Cantik, Begini Kronologinya
Baca: Ramalan Zodiak Besok Rabu 25 September 2019: Cancer & Aquarius Beruntung, Sedangkan Leo Sibuk
Seorang pemuda, dibawa dua aparat kepolisian.
Belum jelas apakah yang terciduk bagian dari provokator atau bukan.
Tak lama berselang, seorang pemuda juga dibawa.
Ia mengaku mahasiswa dari salah satu universitas di Jakarta.
Pantauan di lokasi, sampah botol plastik berserakan di area Gedung DPR.
Ribuan mahasiswa yang melancarkan berdemo sudah tak lagi terlihat di depan Gedung DPR.
Sudah tidak relevan
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto menyebut aksi demonstrasi mahasiswa di sejumlah kota di Indonesia untuk menolak beberapa rancangan undang-undang (RUU) sudah tidak relevan lagi.
Menurutnya mahasiswa bisa menyuarakan aspirasinya langsung kepada DPR RI selaku penyusun undang-undang karena Presiden Joko Widodo sudah memutuskan untuk menunda pengesahan beberapa RUU.
Seperti RUU KUHP, RUU Pertanahan, RUU Pemasyarakatan, RUU Minerba, dan RUU Ketenagakerjaan.
Baca: Awkarin Geregetan Lihat Orang Banyak Hanya Menonton Aksi Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR RI
Sementara RUU KPK; RUU MPR, DPR, DPRD, dan DPD serta RUU Peraturan Pembentukan Perundang-undangan menurut Wiranto sudah disetujui Jokowi.
“Sebenarnya dengan ada penundaan pengesahan RUU itu sudah tidak relevan lagi, sudah tidak penting lagi. Saya imbau agar rencana demonstrasi tersebut ditunda karena hanya menguras energi kita, membuat masyarakat tidak tenteram, mengganggu ketertiban umum,” ungkap Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Selasa (24/9/2019).
Lebih lanjut Wiranto mengimbau mahasiswa membangun komunikasi yang konstruktif dengan pemerintah maupun DPR RI dalam menyampaikan aspirasinya.
Baca: Sempat Diisukan Balikan, Aming Angkat Bicara Soal Hubungan Evelyn & Roy Kiyoshi, Rela Melepas?
Ia pun mengatakan pembahasan lima RUU akan dibahas dengan anggota DPR RI periode selanjutnya agar mendapatkan masukan yang konstruktif dari masyarakat.
“Saya kira masukan-masukan dari masyarakat mengenai RUU tersebut akan didengarkan oleh DPR RI dan pemerintahan selanjutnya. Masukan dari masyarakat diperlukan agar tidak menimbulkan kerugian serta pro dan kontra di masyarakat,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.