Putri Pelaku Penusukan Terhadap Wiranto Jalani Program Deradikalisasi
Putri dari terduga teroris Syahrial Alamsyah alias Abu Rara saat ini menjalani program deradikalisasi.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Adi Suhendi
"Tapi anaknya mengurungkan niatnya karena anaknya tidak berani. Yang berani (untuk melakukan serangan, - red) itu adalah Abu Rara sendiri dan istrinya," kata dia.
Kini, dua pisau yang digunakan Abu Rara dan FA itu tengah diperiksa di Laboratorium Forensik (Labfor) oleh kepolisian.
"Dua pisau yang digunakan abu Rara dan istrinya saat ini lagi diperiksa di Labfor untuk memastikan sampel DNA-nya," katanya.
Teknik memegang senjata
Peristiwa penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto mengagetkan semua pihak.
Serangan terorisme yang dilakukan 10 hari jelang pelantikan Presiden Jokowi tersebut membuktikan sel dan jaringan teroris masih ada.
"Pelaku inisial S alias AR secara ideologi menolak Pancasila dan demokrasi, dan Menkopolhukam dianggap sebagai simbol Thaghut atau setan besar yang wajib diperangi," ujar peneliti terorisme UI Ridlwan Habib di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Serangan dilakukan dua orang yang mempunyai mental kejam dan nekad.
Baca: Presiden Jokowi Ungkap Kondisi Wiranto yang Menjadi Korban Penusukan, Harus Jalani Operasi
Baca: Air Mata Ammar Zoni Pecah saat Ceritakan Kecantikan Bayinya, Irish Bella: Mukanya Mirip Ammar
"Mereka berpura-pura sebagai warga masyarakat yang menunggu mobil Menkopolhukam mendekat, jarak pelaku saat menunggu hanya 3 meter dari sasaran, ini kelengahan pihak pengamanan setempat, " kata Ridlwan.
Dari berbagai video maupun foto yang beredar di media sosial, tampak dua pelaku memang menunggu mobil Wiranto datang.
Keduanya berdiri tepat di samping Kapolsek.
Baca: Ammar Zoni Ceritakan Kondisi Mendiang Bayi Kembar, Tangis Irish Bella Pecah & Ungkap Kesalahannya
"Jarak itu memungkinkan pelaku merangsek dari sudut kiri belakang pak Wiranto, sudut itu kosong karena ajudan menghadap ke kanan, " kata Ridlwan yang juga praktisi beladiri KravMaga tersebut.
Dari cara memegang senjata saat dihunjamkan kepada sasarannya, tampak pelaku cukup terlatih.
"Teroris itu memegang senjatanya dengan teknik reverse grip, atau pegangan terbalik yang mengakibatkan daya hunjaman dua kali lebih kuat dari gaya pegang biasa, " ujar alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.