Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Testimoni Penulis Novel 'Jokowi Si Tukang Kayu': Suhendra 'Penyelamat' Jokowi

Luar biasa cerita dari Bapak Suhendra Hadikuntono, sangat inspiratif. Kebiasaan dan perjuangan hidupnya patut dijadiakan panutan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Testimoni Penulis Novel 'Jokowi Si Tukang Kayu': Suhendra 'Penyelamat' Jokowi
Ist/Tribunnews.com
Gatotkoco Suroso. 

TRIBUNNEWS.COM -  Perjalananku kali ini menuju Jakarta, Ibu Kota yang berjarak kurang lebih lima ratus kilometer dari desaku di pojok Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Masih seperti biasa perjalananku adalah ingin menemui sosok inspiratif yang konon banyak membantu masyarakat.

Setelah menulis novel inspiratif " Jokowi Si Tukang Kayu" dan "Anak Negeri", baru kali ini aku mendengar sosok lain yang membuat perasaanku bergemuruh dan ingin bertemu.

Menuju Jakarta cukup memakan waktu, namun dengan adanya jalan tol yang sudah tersambung laju kedaraan yang aku tumpangi terasa nyaman. Dini hari Jakarta menyambut kedatanganku, kota yang memiliki banyak kenangan.

Di sini dulu aku pernah tinggal, setelah tiga tahun kembali aku injak tanah kota ini. Banyak sahabat yang menawariku untuk menginap, ada yang menyediakan hotel biasa sampai hotel berbintang.

Aku memutuskan menginap di Kost Laura di Jalan Pemuda Rawamangun, penginapan yang bagiku sangat nyaman. Tanggal 15 Oktober 2019 aku sampai Jakarta. Sore hari aku diajak teman relawan Jokowi untuk menghadiri diskusi di kafe Megaria.

Ternyata banyak sahabat yang datang juga ke acara itu, namun hati ini belum puas karena tokoh yang akan saya temui tidak hadir. Tiga jam berdiskusi, kami lalu membubarkan diri dan aku kembali ke penginapan.

Berita Rekomendasi

Pagi hari Rabu, 16 Oktober 2019, ponselku berbunyi, ada satu teman yang memberikan informasi kalau siang ini akan ada pertemuan, yang kabarnya akan dihadiri oleh tokoh yang selama ini aku cari. Hati yang kemarin gundah akhirnya berubah menjadi harapan.

Berharap aku bisa berdiskusi dengan tokoh tersebut. Di beberapa media online beliau konon bekerja dalam senyap dan ikut berpartisipasi dalam mengamankan beberapa konflik di negara ini. Siang itu aku bersama beberapa kawan melaju ke arah Kuningan, Jakarta Selatan.

Selang setengah jam kami tiba di lokasi, sebuah kawasan elite di Kota Jakarta. Cukup jauh kami berjalan dari parkiran, namum aku tetap semangat karena tokoh inspiratif tersebut menurut kabar sudah hadir di lokasi.

Tiba di sebuah kafe yang lumayan bersih dengan pelayan ceria, kami akhirnya memesan beberapa minuman. Aku sendiri hanya memesan air mineral untuk kembali menyegarkan tubuh karena banyak keringat yang keluar. Sahabatku, Pak Yanes, biasa aku memanggil seorang relawan Jokowi itu, mendapat pesan kalau dirinya dipanggil oleh tokoh tersebut, dan aku serta beberapa kawan diharapkan menunggu di kafe. Pak Yanes menyampaikan agar kami tenang sampai pada akhirnya beliau sampaikan kalau kami bisa bertemu.

Setelah beberapa waktu ada seseorang yang menyampaikan kalau rombongan kami bisa diterima oleh tokoh tersebut. Kami diharap mengikuti langkahnya menuju restoran yang sebelumnya mungkin sudah dipesan.

Dari arah belakang tiba-tiba ada suara yang memanggil, dia mengenalkan diri kalau namanya adalah Roni Guci.

Mas Roni juga menyampaikan kalau dirinya cukup tahu tentang tulisanku. Beliau juga seorang relawan Jokowi yang sangat militan. Semakin gembira hati ini, ternyata ada juga orang mengenalku di kawasan elite seperti ini.

Selang beberapa menit, seseorang datang dan suaranya menggema di telingaku. Mengenalkan diriku dengan tokoh tersebut, ternyata tokoh ini bernama lengkap Suhendra Hadikuntono, pria Jawa yang lahir di Medan. Pria ini terkesan bersahaja.

Perbincangan kami berlanjut, hingga akhirnya menyampaikan kalau beliau adalah lulusan Universiti Kebangsaan Malaysia, dan memiliki beberapa perusahaan multinasioanal yang ada di bawah Indo Sarana Prima Group.

Banyak hal yang beliau ceritakan kepada saya, sampai pada hal yang membuat pikiran semakin konsentrasi. Konon beliau suatu ketika pernah diminta oleh sahabatnya duta besar Vietnam di akhir 2013.

Beliau menceritakan kalau pada masa itu pemerintah Vietnam protes keras atas ditahannya 90 warganya di Kepulauan Anambas, karena ketahuan mencuri ikan di wilayah Indonesia.

Pak Suhendra menyampaikan bahwasanya protes Vietnam ini bukan mengenai warganya yang mencuri ikan, namun ke-90 orang Vietnam itu diitahan selama setahun tanpa ada proses hukum yang semestinya.

Beliau bercerita bahwa selama kurang lebih setahun mereka diperlakukan tidak manusiawi. Mereka dipaksa bekerja tanpa upah, bahkan tidak diberikan makan. Baginya kondisi ini sangat di luar kewajaran seorang manusia, bahkan ada yang menjadi gila.

Atas kejadian ini, hubungan kedua negara sangat terganggu, karena pada masa itu rakyat Vietnam menjadi geram dan melakukan demonstrasi besar- besaran di depan kedutaan Indonesia di Vietnam.

Menurut beliau kejadian itu sengaja ditutupi pemerintah Indonesia karena sangat memalukan di mata internasional, utamanya memalukan bangsa Indonesia.

Di sini Pak Suhendra terketuk hatinya. Beliau melobi pemerintah Indonesia agar bisa memulangkan 90 warga Vietnam. Akhirnya lobi berhasil, Pak Suhendra memulangkan warga Vietnam dengan uang yang keluar dari kantongnya sendiri.

Baginya ini adalah perjuangan kemanusian. Tujuan beliau agar Indonesia tidak dituduh melakukan pelanggaran HAM berat.

Bukan hanya itu perjalanan Pak Suhendra menyelamatkan wibawa Indonesia. Beliau juga bercerita pada tahun 2018, Presiden Jokowi membagikan sertifikat tanah gratis di Langkat, Sumatera Utara, namun beliau mendapat laporan bahwa apa yang telah dilakukan Presiden tidak diikuti bawahannya.

Tuturnya, setelah Presiden selesai membagikan sertifikat, aparat pemerintah daerah menarik kembali sertifikat yang telah dibagikan itu.

Seketika itu juga kebahagiaan warga berubah menjadi kesedihan. Pasalnya, di dalam pembicaraan warga disuruh menyiapkan uang jutaan rupiah agar serifikat kembali ke tangan warga.

Dalam hal ini Pak Suhendra sangat marah dan mengutuk keras atas kejadian itu. Pada suatu saat Pak Suhendra memutuskan untuk terjun langsung mengatasi masalah sertifikat itu. Pak Suhendra akhirnya bisa kembali mengambil sertifikat tersebut, dan memberikan kembali kepada rakyat. Baginya rakyat adalah sesuatu yang harus diperjuangakan.

Banyak cerita sebenarnya yang keluar dari lisan beliau. Menurutku ada satu lagi yang wajib pembaca ketahui, yaitu ketika terjadi demontrasi besar-besaran yang dilakukan perangkat desa.

Beliau ternyata ikut berpartisipasi mengamankan kejadian tersebut. Tahun 2014 ada demo ratusan ribu perangkat desa di depan Istana, tujuannya menagih janji Presiden Jokowi saat kampanye yang akan mengangkat perangkat desa menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Ratusan rubu perangkat desa itu sempat marah dan hampir saja tidak bisa dikendalikan. Menurut Pak Suhendra, tidak ada satu pun orang dari Kementerian Dalam Negeri berani menemui para demontran.

Akhirnya Pak Suhendra yang ketika itu menjadi Penasihat PPDI (Persatuan Perangkat Desa Indonesia) datang dan memberikan penjelasan kepada perangkat desa. Suasana mencekam kembali kondusif.

Luar biasa cerita dari Bapak Suhendra Hadikuntono, sangat inspiratif. Kebiasaan dan perjuangan hidupnya patut dijadiakan panutan.

Di balik kesuksesan beliau ternyata ada istri dan anak-anak yang selalu memberiakn semangat. Beliau ternyata semasa kecilnya adalah seorang anak jalanan.

Berkat keuletannya, anak jalanan ini sekarang menjadi pengusaha sukses. Menurut beliau masih banyak lagi cerita, namun beliau sampaikan untuk sementara itu dulu yang beliau ceritakan kepada saya.

Kesuksesannya bukan untuk dirinya sendiri atau pun hanya untuk keluarga semata. Namun akan beliau berikan kepada bangsa dan negaranya. Tidak sia-sia perjalananku dari Boyolali ke Jakarta.

Semoga setelah ini kisah beliau yang lebih lengkap bisa Anda nikmati dalam sebuah novel inspiratif, yang tentunya akan saya tulis sendiri. Saya bangga, ternyata masih ada tokoh yang sangat peduli terhadap bangsanya.

Gatotkoco Suroso, Penulis Novel "Jokowi Si Tukang Kayu".

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas