Hari Ini dalam Sejarah, Mbah Maridjan Jadi Korban Letusan Gunung Merapi
Saat itu letusan besar Merapi mengakibatkan tewasnya 1.367 orang. Sejak saat itu, erupsi Merapi cenderung lebih bersifat efusif
Editor: Fajar Anjungroso
Peristiwa ini kemudian diikuti oleh hujan abu yang membuat warga di sekitar lereng Merapi, terutama di Kabupaten Magelang dan Klaten, panik dan bergegas mengungsi.
Bahkan warga yang sebelumnya enggan mengungsi, berbondong-bondong mendatangi tempat pengungsian pada malam harinya.
Padahal sebelumnya, hanya sekitar 80 orang dari 5.000 warga yang seharusnya mengungsi dari empat desa di Kemalang.
Baca: Kabupaten Boyolali Hujan Abu Oleh Semburan Awan Panas Gunung Merapi
Harian Kompas, 27 Oktober 2010 menyebutkan, erupsi ini lebih besar dibanding peristiwa serupa pada tahun 2006.
Sebab, energi yang keluar lebih besar. Selain itu, alur guguran material Gunung Merapi terus meluas dan menyebar dengan arah guguran menuju ke Magelang, terutama ke Kali Senowo dan Kali Lamat.
Akibat kejadian ini, sebanyak 32 orang meninggal termasuk Mbah Maridjan dan wartawan Vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.
Juru kunci Merapi tersebut ditemukan tewas di rumahnya yang merupakan dusun tertinggi dari puncak Merapi.
Sebelum erupsi, Juru kunci Merapi yang dilantik Maret 1983 oleh Sultan Hamengku Buwono (HB) IX tersebut sempat menemui utusan Ketua PB NU Hasyim Muzadi yang ingin berkunjung Rabu pagi.
Jenazah 30 korban ditemukan di Dusun Kinahrejo, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, sedangkan satu korban lain meninggal setelah dievakuasi di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta.
Tak hanya sekali, erupsi dan banjir lahar dingin yang terjadi di Merapi pada bulan Oktober hingga November 2010 menyebabkan hilangnya nyawa 151 orang.
Angka pengungsi juga naik menjadi 320.090 jiwa. Rentetan erupsi Merapi juga menyebabkan 291 rumah rusak dan satu tanggul di Desa Ngepos jebol akibat luapan lahar dingin.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: Erupsi Merapi Renggut Nyawa Mbah Maridjan".