Dimajukan Lebih Cepat 2 Tahun, Indonesia Stop Ekspor Nikel Demi Pengembangan Mobil Listrik
Indonesia merupakan satu diantara negara pemasok bijih nikel terbesar didunia.
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia merupakan satu diantara negara pemasok bijih nikel terbesar didunia.
Hal ini memikat beberapa negara berteknologi maju mengimpor nikel dari Indonesia.
Nikel merupakan komponen penting pada baterai mobil listrik.
Menyadari hal itu, Indonesia memajukan larangan ekspor bijih nikel yang mulai efektif berlaku pada 1 Januari 2020.
Larangan ini tadinya akan dimulai pada 2022 namun Jokowi memajukan dua tahun lebih cepat.
Langkah ini untuk membangun momentum perkembangan mobil listrik yang akan marak ditahun-tahun yang akan datang.
Baca: Larangan Ekspor Nikel Dipercepat Jadi Awal 2020
Baca: Larangan Ekspor Nikel Bikin Investor Minati Bangun Pabrik Baterai di Indonesia
Karena perusahaan luar negeri yang membutuhkan bijih nikel harus membangun pabrik baterai di Indonesia.
Ini akan memicu masuknya investasi yang berpotensi adanya industri otomotif domestik.
Jeffrosenberg Tan, Kepala Strategi PT Sinarmas Sekuritas, Jakarta, mengatakan ini merupakan peluang emas.
"Itu bisa memberikan peluang sekali seumur hidup bagi Indonesia,"ujar Jeffrosenberg dikutip dari bloomberg.com, Rabu (30/10/2019).
Ia menambahkan, Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam industri paling penting secara global di masa depan.
Hal ini dilihat dari pengaruh rencana pemberhentian ekspor bijih nikel oleh Indonesia.
Rencana ini menarik minat negara - negara seperti China, Jepang dan Korea untuk membangun pabrik baterai di Indonesia.
Pemerintah mengatakan untuk pabrik pengolahan nikel baru mencapai $ 20 miliar pada 2024.
Proyek ini akan melibatkan perusahaan besar.
Baca: Pemerintah Resmi Melarang Ekspor Bijih Nikel Mulai 1 Januari 2020
Baca: Bamsoet: Kementerian ESDM Tak Perlu Percepat Larangan Ekspor Nikel
Seperti perusahaan pembuat baterai kendaraan listrik China Contemporary Amperex Technology.
Ada juga penambang Vale SA dan Sumitomo Metal Mining Co, Toyota Motor Corp, Tesla Inc., Volkswagen AG dan pembuat baterai LG Chem Ltd.
Nikel membantu memberikan banyak energi kedalam baterai yang lebih murah dan lebih kecil.
Ini memungkinkan EV untuk dapat mengisi daya lebih cepat.
Nikel digunakan dalam katoda baterai, satu diantara pasangan elektroda didalam sel yang membuat arus tetap mengalir.
Oleh karenanya, permintaan material diperkirakan akan melonjak 16 kali lipat selama dekade berikutnya.
Indonesia pemasok nikel terbesar dengan China sebagai pengimpor nikel Indonesia.
50-75 persen pasokan nikel China bergantung pada ekspor dari Indonesia.
China menanggapi rencana pemberhentian ekspor nikel dari Indonesia dengan meningkatkan Impor nikel sebelum waktu yang ditentukan.
Tanggapan China mendorong Indonesia untuk meingkatkan pengawasan kargo sebelum larangan ekspor diterapkan secara penuh.
Alasan Jokowi memajukan pemberhentian ekspor nikel adalah agar bahan baku dapat diproses di Indonesia.
"Untuk nikel, kami ingin bahan baku diproses di sini," kata Jokowi.
Pemerintah menginginkan 25% dari semua mobil yang diproduksi di Indonesia menjadi listrik pada 2030 mendatang.
Baca: Bea Cukai Banten Terbitkan Izin Kawasan Berikat pada Perusahaan Pengolah Biji Nikel
Baca: Indef Nilai Moratorium Ekspor Nikel Merupakan Langkah Maju
Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keamanan energi dan mengurangi polusi udara.
Kurangnya keahlian teknis dan infrastruktur Indonesia, menjadikan nikel sebagai umpan yang pas.
Toyota dan Hyundai Motor Co berjanji untuk memulai program EV, dan pembuat baterai menyatakan minat untuk menambah lini produksi.
Toyota telah berkomitmen $ 2 miliar hingga 2023 untuk meningkatkan produksi EV lokal.
Menurut Warih Andang Tjahjono, presiden direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Indonesia memiliki peluang besar bagi perusahaan otomotif.
Ia sepenuhnya mendukung Indonesia dalam elektrifikasi kendaraan.
Hyundai juga sedang mempertimbangkan pilihan untuk ekspansi di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
"Penggalakan hilirisasi industri di minerba, terutama nikel sudah mencapai $ 9 miliar dan akan meningkat menjadi $ 20 miliar dalam waktu lima tahun," kata Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Diharapkan adanya pemberhentian ekspor nikel akan dapat memenuhi kebutuhan di pasar domestik. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)