Isu Terorisme Kemungkinan Akan Diangkat Dalam KTT Bangkok
Isu terorisme kemungkinan besar akan menjadi pembahasan dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang akan diselenggarakan di Bangkok, Thailand
Editor: Adi Suhendi
Ade mengatakan jejaring ISIS di seluruh dunia akan tercerai berai merespon kematian dari sang pemimpin. Terlebih kota yang didaulat sebagai ibu kota merekam yakni Raqqah, sudah tidak dalam genggaman.
"Artinya mereka tidak memiliki teritorial untuk 'trial' negara Islam. Rekrutmen pun terhambat," kata dia.
Baca: Mengenal Lebih Dekat Konsep Global Support di MPV 7-Seater Wuling Cortez
Hal itu menurutnya kemungkinan akan berimbas pula pada situasi di Tanah Air. Ia menyinggung terpecahnya kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pasca tewasnya Santoso, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Baca: Nasabah Divonis Bersalah dan Didenda Rp 4 Miliar Gara-gara Karyawan BNI Medan Salah Transfer
"Kubu ISIS di Indonesia juga tercerai berai. Apalagi pimpinannya, Amman Abdurrahman masih dipenjara. Bagian Askar (tentara) JAD juga tercerai berai setelah tewasnya pimpinan MIT Santoso," tandasnya.
Baca: Kasus Pelajar Tikam Guru Sampai Meninggal, SMK Ichtus Akhirnya Ditutup Setelah Boroknya Terungkap
Sebelumnya diberitakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengkonfirmasi pimpinan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi telah tewas setelah meledakkan rompi bom bunuh diri.
Menurut Trump, aksi itu dilakukan ketika al-Baghdadi digerebek pasukan elite AS di sebuah desa di Suriah, Sabtu.
"Dia tewas setelah berlari ke jalan buntu, merintih, menangis dan menjerit sepanjang jalan," kata Trump dalam keterangan pers di Gedung Putih, Minggu (27/10).
Menurutnya, al-Baghdadi yang dikenal kejam itu menghabiskan saat-saat terakhirnya dalam ketakutan total, sangat panik dan ketakutan.
Baca: Viral Video Siswi SMA Disetubuhi Setelah Dianiaya Kekasihnya, Dicari Keluarga Karena Hilang 3 Hari
Trump menambahkan mengatakan pasukan khusus AS melakukan serangan malam hari yang berani dan berhasil menyelesaikan misi mereka. Tidak ada tentara AS yang terbunuh tetapi sejumlah pengikut al-Baghdadi ikut tewas bersama pemimpinnya.
Baca: Usai Upacara Sumpah Pemuda, Pegawai Kemenkes Serbu Menteri Terawan dan Mengajaknya Selfie
Presiden Trump menambahkan ia tidak memberi tahu semua anggota Kongres AS tentang operasi militer terhadap al-Baghdadi. "Kami hanya memberi tahu beberapa orang," katanya.
Alasannya, sering terjadi kebocoran informasi rahasia di AS. "Tidak ada negara di dunia yang mengalami bocor informasi seperti kita," katanya.
Trump tidak ingin pasukan AS yang melakukan penyergapan disambut oleh anak buah al- Baghdadi hanya karena terjadi kecocoran informasi. "Kebocoran bisa menyebabkan kematian mereka semua," katanya.
Trump mengungkapkan al-Baghdadi telah dipantau selama beberapa minggu. Ada dua atau tiga misi terpaksa dibatalkan sampai akhirnya tim terakhir berhasil menewaskan sasaran.
Trump mengaku menyaksikan operasi rahasia itu di Situation Room Gedung Putih, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. "Itu adalah misi yang sangat berbahaya," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.