Jelang Maulid Nabi 9 November 2019, Ini 8 Budaya Unik Saat Maulid Nabi di Berbagai Wilayah Indonesia
Umat Islam di dunia merayakan Maulid Nabi dengan berbagai acara dan tradisi unik yang digelar di beberapa wilayah Indonesia.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Maulid Nabi Muhammad SAW ini biasanya diperingati setiap 12 Rabiul Awal jika dalam kalender Islam,
Menurut kalender nasional, Maulid Nabi Muhammad SAW akan berlangsung pada 9 November 2018 nanti.
Tiap tahunnya, umat Islam di dunia merayakan maulid Nabi Muhammad SAW. Berbagai acara dan tradisi unik digelar di beberapa wilayah Indonesia.
Semuanya bertujuan untuk memuliakan Nabi Muhammad SAW dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT.
Dikutip Tribunews.com, dari berbagai sumber pada Rabu (30/10/2019) berikut perayaan maulid Nabi diberbagai daerah di Indonesia:
1. Tradisi Sripuan, Kupang
Masyarakat di Kota Kupang merayakan Maulid Nabi dengan melaksanakan tradisi Sripuan.
Sripuan merupakan sebuah tradisi yang diadopsi dari budaya Melayu.
Tradisi Sripuan disimbolkan dengan buah-buahan, bunga, kuncup, batang yang dirangkai membentuk piramida, mirip seperti pohon dengan aneka bunga dan buah-buahan.
Baca: Potret-potret Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Berbagai Negara
Baca: Maulid Nabi Muhammad Diperingati 9 November 2019, Ini Quote atau Status WhatsApp hingga Facebook
2. Tradisi Bungo Lado, Padang Pariaman
Tradisi Bungo Lado dalam rangka merayakan Maulid Nabi ini dilakukan oleh warga Padang Pariaman.
Di Padang Pariaman, tradisi Bungo Lado ini sudah dilakukan oleh warga setempat sejak dulu untuk menyambut datangnya Maulid Nabi.
Twitter @Kemendikbud_RI menuliskan, tradisi Bungo Lado memiliki arti pohon uang.
Dalam video siaran berita stasiun Padang TV via Grid.id, dijelaskan bahwa warga akan membuat sejumlah pohon buatan yang dihiasi dengan uang kertas asli.
Uang kertas yang ditempelkan pada pohon tersebut beragam, mulai dari pecahan terkecil hingga terbesar.
3. Tradisi Hias Perahu, Tangerang
Peringatan Maulid Nabi biasanya identik dengan tausiyah dan pengajian.
Namun Tangerang mengemas kegiatan tersebut dengan mengarak perahu kertas berukuran besar ke aliran sungai Cisadane.
Arak-arakan perahu hias ini merupakan tradisi turun temurun untuk menyambut kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.
Kurang lebih ada sepuluh perahu hias yang diarak warga dan dibuat hanya dalam kurun waktu dua sampai tiga hari.
4. Tradisi Baayun Maulid, Banjarmasin
Tradisi Baayun Maulid ini diselenggarakan oleh warga kota Banjarmasin dalam rangka merayakan Maulid Nabi.
Warga Banjarmasin telah melaksanakan tradisi Baayun Maulid secara turun temurun dalam menyambut datangnya Maulid Nabi.
Dikutip dari Wikipedia.org, tradisi Baayun Maulid adalah kegiatan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid.
Baca: Kumpulan Bacaan Selawat Maulid Nabi Muhammad SAW, Lengkap dengan Arti dan Keutamaanya
Baca: Kumpulan Ucapan Maulid Nabi Muhammad SAW, Cocok untuk Update Status
5. Karesen, Mojokerto
Tradisi Keresan untuk peringati Maulid Nabi di Mojokerto, warga akan berebutan mengambil hasil bumi yang digantung di pohon kersen.
Istilah Keresan berasal dari kata 'kersen' atau pohon kersen. Pohon kersen merupakan jenis yang pohon yang dikenal mampu tumbuh lebat dalam waktu singkat.
Pohon ini memiliki buah kecil berbentuk bulat dan berwarna merah yang bentuk mirip buah ceri.
Di daerah lain, pohon kersen dikenal sebagai pohon talok.
Hasil bumi disusun secara rapi di bawah kedua pohon kersen tersebut.
Hasil bumi tersebut di antaranya nanas, kelapa muda, terong, jagung, nangka, dan lainnya.
Sebagai pelengkap, pada dua pohon tersebut digantung sejumlah kebutuhan pokok yang meliputi pakaian, sandal, sepatu, hingga jas hujan.
6. Grebeg Maulud, Yogyakarta
Grebeg Maulud adalah upacara puncak dari perayaan sekaten untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan ditandai dengan keluarnya beberapa gunungan.
Berbeda dengan grebeg Maulud di Solo sedangkan di Yogyakarta mengirap 7 gunungan.
Tujuh Gunungan yang dikeluarkan yakni, Gunungan terdiri dari Gunungan Putri, Kakung, Darat, Gepak, Pawuhan dan Gunungan Bromo.
Bagian-bagian dari gunungan ini umumnya dianggap akan memperkuat tekad dan memiliki daya tuah, terutama bagi kaum petani.
Mereka akan menanamnya di lahan persawahan untuk memperkuat doa agar lahannya menjadi subur dan terhindar dari berbagai hama perusak tanaman.
7. Grebeg Maulud, Solo
Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud.
Kata 'gerebeg' artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton Surakarta menuju masjid Agung untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya.
Puncak dari upacara ini adalah iringan gunungan yang dibawa ke Masdjid Agung.
Setelah di masjid diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan cara diperebutkan.
Baca: Majelis Taklim Habib Abubakar Hasan Alatas Azzabidi Gelar Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
8. Festival Ampyang Maulid, Kudus
Festival Ampyang Maulid sudah menjadi budaya warga Kudus sejak abad ke-16 untuk menyambut datangnya Maulid Nabi.
Ciri khas Festival Ampyang Maulid ini yakni kirab mengarak gunungan nasi kepal.
Nasi kepal tersebut berisi lauk dan sayuran yang dibungkus daun jati, yang disempurnakan dengan penambahan kerupuk ampyang atau kerupuk warna-warni khas Kudus.
Sejumlah nasi kepal kemudian dirangkai menyerupai gunungan setinggi 1,5 meter.
Gunungan nasi kepal inilah yang kemudian diperebutkan warga sekitar.
Dalam festival ini, pembagian ampyang menjadi puncak acara setelah kirab berakhir.
Tak hanya nasi kepal, dalam kirab tersebut turut diarak tandu berisi gunungan buah-buahan dan sayuran.
Baca: Daftar Amalan Sunah Maulid Nabi Muhammad SAW, Dianjurkan Perbanyak Selawat Nabi
(Tribunnews.com/Lanny Latifah/Umar)