Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemda Diminta Berani Bikin Kebijakan Lingkungan untuk Atasi Limbah Plastik

Luhut juga berharap pemda bisa berinovasi dan berkreasi dalam mencari solusi kreatif terhadap upaya menangani permasalahan sampah

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Sanusi
zoom-in Pemda Diminta Berani Bikin Kebijakan Lingkungan untuk Atasi Limbah Plastik
TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
KALI KUMUH - Kali atau Sungai Mberok yang terletak persis di jantung ekonomi tradisional Kota Semarang Pasar Johar yang menghubungkan antara Kota Lama Semarang dan Kota moderen Semarang terlihat kumuh dan penuh dengan sampah plastik dan berlumpur, Selasa (1/10). Kata Mberok sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda, dalam pelafalan lidah Belanda sebenarnya adalah Burg (jembatan), karena kebanyakan orang jawa sulit untuk melafalkan dalam bahasa Belanda maka kemudian lama-kelamaan kata Burg berubah menjadi Berok atau Mberok. Jembatan yang dimaksud berjajar mengubungkan aktivitas masyarakat Semarang yang terdapat di Jalan Pemuda, Kota Lama, area pasar Johar, dan Jalan Layur berdekatan dengan Masjid Menara Kampung Melayu. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyebut pemerintah daerah sebagai ujung tombak pengelolaan sampah, diharapkan berani membuat kebijakan yang berpihak pada lingkungan.

Luhut juga berharap pemda bisa berinovasi dan berkreasi dalam mencari solusi kreatif terhadap upaya menangani permasalahan sampah di sungai, khususnya limbah plastik.

Baca: KPK Cecar Pejabat Kementan soal Dokumen Impor Bawang Putih

Baca: Kemenko Maritim Upayakan Sampah Plastik Jadi Bahan Campuran Aspal

Hal itu disampaikan Luhut lewat sepucuk surat yang dibacakan Plt Sesmenko Maritim, Agung Kuswandono di acara Inovation on Waste Management Riverplastic Interception, Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (31/10/2019).

"Pemda sebagai ujung tombak pengelolaan sampah diharapkan banyak berinovasi dan berkreasi mencari solusi kreatif, diperlukan keberanian membuat kebijakan yang berpihak pada lingkungan," ujarnya.

Berdasarkan kajian World Bank, sebanyak 80 persen sampah laut berasal dari aktivitas daratan yang mengalir ke laut lewat aliran sungai. Fakta lain, 45-70 persen sampah laut didominasi oleh sampah berbahan plastik.

I Wayan Sudiarta, SP. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana bersama Lincoln Rajali Sihotang, Program Manager of Bali Partnership/Acting Chief Delivery Officer (CDO) of Project STOP Jembrana menunjukkan tumpukan sampah dibibir aliran sungai ljogading yang belum terangkut oleh truk sampah, Selasa (24/9/2019). TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO
I Wayan Sudiarta, SP. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana bersama Lincoln Rajali Sihotang, Program Manager of Bali Partnership/Acting Chief Delivery Officer (CDO) of Project STOP Jembrana menunjukkan tumpukan sampah dibibir aliran sungai ljogading yang belum terangkut oleh truk sampah, Selasa (24/9/2019). TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Nyaris 8 juta ton sampah plastik sudah mencemari lautan global. Padahal, plastik jadi salah satu bahan yang butuh waktu ratusan tahun untuk terurai.

Mengatasi masalah ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, serta rencana aksi nasional dengan target mengurangi sampah plastik di laut hingga 70 persen pada tahun 2025.

Berita Rekomendasi

Luhut yakin, bila semua pihak berupaya serius dalam merestorasi sungai, penyelamatan laut dan ekosistemnya bisa lambat laun terwujud.

"Saya yakin, bahwa upaya serius dalam restorasi sungai, termasuk pembersihan sampah plastik sungai menjadi penting bagi upaya penyelamatan laut dan ekosistemnya," pungkas dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas