Pengamat Politik Adi Prayitno Anggap Sindiran Jokowi ke Surya Paloh Menemukan Momentumnya
Pengamat Politik Adi Prayitno mengangap sindiran Jokowi ke Surya Paloh atas dasar pertemuan-pertemuan sebelumnya yang dilakukan Nasdem.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Fathul Amanah
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Politik, Adi Prayitno mengatakan jika sindiran Jokowi ke Surya Paloh di dasarkan pertemuan politik sebelumnya.
"Pertemuan politik sebelumnya ada Teuku Umar-Gondangdia, salaman nggak jadi dan seterusnya," ujarnya dilansir YouTube KompasTV Jumat (8/11/2019).
Atas dasar inilah, sindiran Jokowi ke Surya Paloh menemukan momentumnya.
Ia menambahkan, tentang pelukan pesannya adalah Nasdem punya partner baru di luar partai koalisi.
Adi Prayitno melihat langkah politik Nasdem selama ini adalah satu proyek besar yang ingin dilakukan oleh Nasdem.
"Merangkul begitu banyak partai yang bisa diajak kerjasama. Ini ada kaitannya dengan 2020, 2022 dan 2024," ungkapnya.
Menurutnya, langkah Nasdem ini dikarenakan ketidakpastian atau ketidakpuasan terhadap komposisi kabinet.
Maka dilakukan safari politik untuk membuat jangkar baru untuk menopang keputusan politik yang bisa dilakukan kedepan.
Nasdem Sempat Sebut Akan Menjadi Oposisi, Johnny G Plate Malah Dipanggil Presiden Jokowi
Ia beraanggapan ada dinamika tidak biasa di partai koalisi pemerintah.
"Nasdem mau bersafari ke PKS, PAN, Demokrat untuk membangun jembatan pengertian jika ada isu-isu strategis yang bisa dikanalisasi dan yang bisa dikerjasamakan ke depan," katanya.
Adi Prayitno mengatakan ada lompatan jangka jauh yang akan dilakukan Nasdem.
Hal ini bisa terlihat dari langkah Nasdem untuk mencoba mencalonkan Anies Baswedan di 2024.
Karena Anies adalah deklalator ormas Nasdem sehingga ada garis historisnya.
Ia menambahkan jika Anies selama ini dekat dengan PKS sehingga Nasdem mencoba mendekati PKS.
"Ini wajar saja dalam politik kita. Pilpres sudah mengajari kita banyak hal. Prabowo simbol oposisi sekarang menjadi bagian koalisi ini cair saja sebenarya," ungkapnya.
Sinyal NasDem Keluar Koalisi, Surya Paloh: Kalau Tak Ada Lagi Oposisi Demokrasi Sudah Selesai
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyindir pertemuan antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Presiden PKS Sohibul Iman yang digelar pada Rabu (30/10/2019).
Sindiran yang ditunjukan untuk Surya Paloh ini disampaikan Jokowi saat menyapa ketua umum partai yang hadir di peringatan ulang tahun ke-55 Partai Golkar Rabu (6/11/2019).
“Pak Surya Paloh yang kalau kita lihat malam hari ini beliau lebih cerah dari biasanya sehabis pertemuan beliau dengan Pak Sohibul Iman di PKS," ujar Jokowi dilansir YouTube KompasTV, Rabu (6/11/2019).
Para tamu undangan tertawa dan bertepuk tangan atas sindiran Jokowi tersebut.
Jokowi menambahkan, wajah Surya Paloh terlihat cerah setelah berangkulan dengan Sohibul Iman.
"Saya tidak tahu maknanya apa, tapi rangkulannya tidak seperti biasanya. Tidak pernah saya dirangkul Pak Surya seerat beliau merangkul Pak Sohibul Iman," kata pria kelahiran Solo tersebut.
Surya Paloh Diimbau Tidak Pandang Remeh Sindiran Jokowi
Ia juga mengatakan, sudah sempat bertanya ke Surya Paloh tentang kedekatan tersebut, tetapi Surya Paloh belum mau menjawab.
"Saya boleh bertanya dong karena beliau masih di koalisi pemerintah," ungkap Presiden.
Sebelumnya, Presiden membantah isu koalisi pemerintah rapuh pasca pertemuan Nasdem dengan PKS.
Presiden Jokowi menanggapi santai pertemuan Ketua Umum partai Nasdem, Surya Paloh dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.
Pertemuan yang diadakan di DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Rabu (30/10/2019) ini dianggap Jokowi hanya silaturahmi antara kedua ketua umum partai.
"Mungkin Pak Surya Paloh udah kangen lama nggak ketemu Pak Sohibul Iman ketemu ya ketemu aja. Mungkin dengan saya sudah tidak begitu kangen karena sudah sering ketemu," ujarnya dilansir YouTube KompasTV, Senin (4/11/2019).
Jokowi mengatakan, pertemuan tersebut tidak mengganggu keutuhan koalisi dan membantah koalisi parpol di pemerintah sedang mengalami keretakan.
“Nggak ada masalah jangan dikaitkan. Partai Nasdem ketemu PKS kemudian koalisi rapuh apa hubungannya. Apa hubungannya? Nggak ada hubungannya," tegas Jokowi.
(Tribunnews.com/Faisal Abdul Muhaimin)