Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tahun ini Apjati Hasilkan Remitansi Sebesar Rp. 218 Triliun

merupakan institusi terbesar dalam menyumbangkan devisa ke negara setelah pemasukan negara dari sektor minyak dan gas bumi.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Tahun ini Apjati Hasilkan Remitansi Sebesar Rp. 218 Triliun
ISTIMEWA
Ketua Umum Apjati, Ayub Basalamah (kanan) 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Mayoritas penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) selama ini adalah melalui sektor swasta (private to private).

Perusahaan swasta yang dikenal dengan Perusahaan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) merupakan institusi terbesar dalam menyumbangkan devisa ke negara setelah pemasukan negara dari sektor minyak dan gas bumi.

Baca: Benarkah Aladdin Berasal dari China? Berikut 9 Fakta tentang Aladdin yang Perlu Anda Ketahui

“Apjati membantu pemerintah dalam  menyumbangkan devisa melalui penempatan PMI yang terampil ke seluruh manca negara. Tercatat, total volume transaksi remitansi sebesar Rp 218 triliun,” ujar Ketua Umum Apjati, Ayub Basalamah dalam kiriman rilisnya Selasa (12/11/2019).

Menurut Ayub, tantangan ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan diakui cukup berat. Mengutip pendapat Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath, Ayub mengatakan ekonomi dunia akan menghadapi masa 'genting' pada 2020 mendatang.

Kegentingan yang tersirat dalam update outlook ekonomi dunia meramalkan, ekonomi dunia pada tahun ini hanya akan menyentuh 3,2 persen, atau turun dibandingkan proyeksi April yang masih 3,3 persen.

Sementara itu untuk 2020, IMF meramalkan ekonomi dunia akan tumbuh 3,5 persen, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang 3,6 persen.

Baca: 67 Pekerja Indonesia di Tabuk Tak Dapat Gaji Selama 13 Bulan

Ayub menjelaskan, kelambanan pertumbuhan ekonomi dunia ini juga akan berimbas kepada Indonesia yang salah satunya ialah dalam hal penciptaan lapangan kerja di dalam negeri.

BERITA REKOMENDASI

Apalagi Indonesia juga mendapatkan bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 10 tahun ke depan.

Yaitu adanya jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan 30 persen adalah penduduk dengan usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun).

Bila dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara penduduk non-produktif hanya 60 juta.

Karena itu, lanjut Ayub tidak ada pilihan lain kecuali Apjati akan mendorong penyiapan PMI yang terampil dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan para pengguna di luar negeri.

"Kami memahami pidato Presiden Jokowi tentang perlunya bangsa ini menyiapkan agenda SDM unggul untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain, itu memang merupakan agenda yang kita persiapkan untuk 5 tahun ke depan," kata dia.

Negeri Filipina, kata Ayub, mengandalkan pemasukan utama dari sektor Pekerja Migran yang memiliki kompetensi tinggi. Padahal, jumlah penduduknya lebih kecil dari Indonesia tetapi nilai remitansinya setahun 24 miliar dollar.
   
Ayub menambahkan, peningkatan remitansi ini berkaitan dengan PMI yang terampil, bersertifikat,  memiliki kemampuan bahasa di negara penempatan,  
termasuk mampu berbahasa Inggris merupkan bonus utama bagi PMI.

Apjati memahami, bahwa sumber pemasukan dari bahan baku fosil tentu suatu saat akan habis. Karena itu, Apjati bersama stakeholder terkait terus mendorong pengembangan kompetensi PMI agar memiliki daya saya tinggi.

Asumsinya, dengan  dengan jumlah penempatan PMI yang besar seharusnya remitansi yang dihasilkan juga besar.

Apjati ia memastikan, akan terus melakukan peningkatan kualitas PMI melalui  Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK) ke Arab Saudi yang sudah berjalan saat ini. Selama 8 tahun devisa kita dari Timur Tengah menurun drastis lantaran tidak ada penempatan PMI.

Karena itu, dengan pembukaan penempatan PMI ke Arab Saudi diharapkan akan meningkatkan remitansi  dari Arab Saudi.

 Selain itu, Apjati juga sedang menjalin kerjasama dengan negeri China  di sektor Awak Buah Kapal (ABK), perikanan dan sektor manufaktur lainnya.

Saat ini sudah banyak pekerja asing dari Kamboja, Vietnam, Myanmar, dan Bangladesh yang bekerja di sektor kelautan dan perikanan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas