Dukung Kesejahteraan Keluarga Indonesia Melalui Pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan
Stabilitas ekonomi keluarga dapat goyah jika perempuan tidak memiliki kapasitas memadai dalam manajemen keuangan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama 10 tahun, sejak 2009, program Pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan telah menjangkau 35 ribu perempuan di 36 kota.
Program yang berada di bawah pilar Edukasi dari inisiatif Community Investment Prudential Indonesia ini menyasar perempuan dari keluarga berpenghasilan menengah ke bawah agar mereka dapat memaksimalkan perannya dalam mengelola keuangan untuk mewujudkan keluarga yang lebih sejahtera.
Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia mengungkapkan, program ini dilakukan secara berkelanjutan untuk memberdayakan perempuan Indonesia dalam mengelola dan mewujudkan keuangan keluarga yang sehat.
"Program ini sejalan dengan fokus ‘We DO Good’ Prudential Indonesia untuk mewujudkan kebajikan dan memberdayakan masyarakat," katanya di Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Baca: Cetak Calon Pemimpin Indonesia Melalui Dukungan di Beasiswa Chevening
Rangkaian kegiatan pelatihan tahun ini dimulai sejak Bulan Juni di Kupang. Pelatihan dilanjutkan ke Semarang, Jambi, Bangka, Samarinda, Mamuju, Gorontalo, Ternate, Bima dan kini di Jakarta.
Pemilihan beberapa kota di wilayah timur Indonesia sejalan dengan target regulator untuk meningkatkan literasi keuangan di daerah-daerah yang indeks literasinya masih tergolong rendah.
Dr. Pribudiarta Nur Sitepu, MM, Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Republik Indonesia mengatakan, perempuan memainkan peranan penting sebagai pengatur keuangan keluarga.
"Stabilitas ekonomi keluarga dapat goyah jika mereka tidak memiliki kapasitas memadai dalam manajemen keuangan," katanya.
Program ini, kata dia juga sejalan dengan program Three Ends, yaitu untuk mengakhiri kesenjangan ekonomi kaum perempuan.
Dukungan bagi para perempuan untuk terus mengasah kecakapan finansialnya juga makin dibutuhkan agar mereka mampu menghadapi berbagai tantangan rumah tangga di era digital.
"Kemajuan teknologi informasi memudahkan dan memperluas akses keluarga Indonesia dalam memenuhi kebutuhan serta keinginan mereka, mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier," tuturnya.
Baca: Riset: Agen BRIlink Masih Jadi Duta Inklusi dan Literasi Keuangan
Sondang Martha, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyatakan survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan OJK pada tahun ini menunjukkan hasil yang positif.
Indeks literasi keuangan mencapai 38,03% dan indeks inklusi keuangan 76,19%. Terdapat peningkatan literasi sebesar 8,33%, serta peningkatan inklusi keuangan sebesar 8,39%.
"Pencapaian ini tidak lepas dari kerja keras dan kolaborasi antara pemerintah, OJK, kementerian dan berbagai pihak lain untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan secara berkelanjutan," katanya.
Sondang juga menyampaikan bahwa meski telah ada peningkatan, literasi keuangan tetap sangat dibutuhkan, khususnya bagi para perempuan sehingga mereka mampu menjaga keuangan keluarga tetap sehat.