Respons Tokoh Soal Pernyataan Sukmawati Soekarnoputri, Andre Rosiade Sarankan untuk Minta Maaf
Putri Presiden Ir. Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri kembali tersandung kasus dugaan penistaan agama
Penulis: Sinatrya Tyas Puspita
Editor: Miftah
Respons Para Tokoh tentang Pernyataan Sukmawati Soekarno Putri, Andre Rosiade Sarankan Tidak Berpolemik
TRIBUNNEWS.COM - Putri Presiden Ir. Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri kembali tersandung kasus dugaan penistaan agama.
Kali ini, ia dianggap menistakan agama karena membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Soekarno.
Ujaran tersebut disampaikan Sukmawati dalam sebuah acara peringatan Hari Pahlawan 10 November 2019 lalu.
Cuplikan videonya pun sudah beredar di dunia maya.
Berikut tanggapan para tokoh yang dikutip Tribunnews dari berbagai sumber.
1. Ustaz Yusuf Masyur
Ustaz Yusuf Mansyur ikut angkat bicara soal polemik dugaan adanya penistaan agama yang dilakukan oleh Sukmawati Soekarnoputri ketika dirinya menjadi pembicara dalam sebuah acara diskusi.
Menurut Yusuf Mansyur, adik Megawati Soekarnoputri itu telah memberikan pernyataan yang 'offside'.
"Kalau saya lihat sampai habis sih, mungkin maksud ibu Sukma adalah bagaimana kemudian kita juga menghargai semua yang juga berjasa di bidang apapun di Indonesia maupun di dunia. Cuma beliau offside dan kejauhan dengan memberikan narasi question (menyakiti) umat Islam, menyakiti diri kita sendiri, kan beliau juga muslimah," kata Ustaz Yusuf Mansyur kepada Tribunnews.com, Minggu (17/11/2019).
Dia mengatakan, seharusnya Sukmawati tidak membuat narasi perbandingan antara jasa nabi Muhammad SAW dengan Soekarno.
Baca: Sekjen PBNU: Pernyataan Sukmawati Soekarnoputri Tidak Tepat dan Keliru Besar
Baca: Sukmawati Soekarnoputri Dilaporkan ke Polisi atas Dugaan Penistaan Agama
Hal itu justru menimbulkan salah persepsi dikalangan umat Islam.
"Harusnya kan kemudian tidak dibawa kepada itu. Jadi jangan begitu narasinya, kalau begitu menyebabkan nanti timbul persepsi yang memang negatif dari umat bahwa izin Allah SWT beliau seperti memang menghina nabi," ungkapnya.
2. Gus Mus
Gus Mus menjelaskan dua hal ini saat menganggapi pernyatan Sukmawati Soekarnoputri yang bandingkan Soekarno dengan Nabi Muhammad SAW.
Sukmawati Soekarnoputri kembali menjadi pembicaraan lantaran penyataan kontroversialnya.
Pendapat Gus Mus soal pernyataan Sukmawati Soekarnoputri itu dituangkan lewat status Instagramnya @s.kakung; pada Sabtu (16/11/2019).
Dalam postingannya, Gus Mus tidak memihak kepada siapa pun.
Dirinya pun terlihat tidak neyalahkan pernyataan Sukmawati Soekarnoputri terkait besarmnya jasa Soekarno dibandingkan Nabi Muhammad SAW.
Gus Mus hanya menuliskan perbedaaan antara girah keagamaan dengan nafsu.
"Bagaimana membedakan antara Ghierah Keagamaan atau Semangat keberagamaan dengan Nafsu?," ungkap Gus Mus.
Menurutnya, perbedaan antara girah keagamaan dengan nafsu jelas.
Girah keagamaan diartikan mendorong seseorang untuk memperdalam agama dan keimanan.
Sedangkan nafsu ditegaskannya hanya melahirkan fanatisme yang justru mengaburkan akal sehat.
"Ghierah Keagamaan atau Semangat Keberagamaan mendorong untuk terus memperdalam pemahaman agama dan memperkuat keimanan. Sementara Nafsu hanya melahirkan fanatisme buta yang justru menjauhkan akal sehat yang diperlukan untuk beragama dengan baik," jelas Gus Mus.
"Itu menurutku. Bagaimana menurut Anda?," tambahnya.
3. Hidayat Nur Wahid
Hidayat Nur Wahid bantah pernyataan Sukmawati Soekarnoputri yang menyebutkan Presiden Republik Indonesia Pertama, Soekarno melebihi Nabi Muhammad SAW.
Menurut Wakil Ketua Majlis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sekaligus Wakil Ketua MPR RI 2019-2024 itu pernyataan Sukmawati tidak benar.
Kesalahan Sukmawati itu dibuktikannya lewat sebuah artikel demokrasi.co.id berjudul 'Sukmawati Sebut Seorkarno Lebih Berjasa dari Nabi Muhammad SAW'.
Artikel yang dibagikan Hidayat Nur Wahid lewat akun twitternya @hnurwahid; pada Jumat (15/11/2019) itu berisi pernyataan ketika Sukmawati menghadiri sebuah diskusi bertajuk 'Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita tangkal Radikalisme dan Berantas terorisme' pada Senin (11/11/2019).
Dalam artikel itu, Sukmawati menyebut Insinyur Soekarno lebih berjasa di abad 20, khususnya Untuk kemerdekaan Indonesia.
Hal itu menurutnya membuktikan Presiden Soekarno lebih mulia dibanding Nabi Muhammad SAW.
"Untungnya Bapak Bangsa & Proklamator Indonesia bukan Sukmawati, tapi adalah Bung Karno," ungkap Hidayat Nur Wahid.
Sebab, Soekarno disebut Hidayat Nur Wahid merupakan tokoh yang sangat mengakui Nabi Muhammad.
Bahkan, Bapak Proklamator itu menyatakan jika Nabi Muhammad SAW merupakan pemimpin paling besar.
Menurutnya, Soekarno juga pernah menyebutkan tidak ada pemimpin paling besar selain Nabi MUhammad SAW.
"Tokoh yg sangat akui Nabi Muhammad SAW, dan nyatakan 'kita sbg Umat Islam, harus katakan Muhammad adalah Pemimpin Besar & Terbesar, tak ada Pemimpin yg lebih besar dari Muhammad SAW'," tambah Hidayat diakhiri tagar #JasMerah.
Pernyataan Hidayat dibuktikannya lewat unggahan potret sebuah artikel Republika yang postingannya bersamaan.
Dalam potret tersebut, Republika menuliskan pernyataan Soekarno yang menyebut Nabi Muhammad adalah Pemimpin terbesar pada Selasa 20 November 2018.
Baca: Gus Mus Angkat Bicara Soal Sukmawati Soekarnoputri Bandingkan Soekarno dengan Nabi Muhammad
Baca: Sukmawati Kembali Diduga Nistakan Agama, Pernah Menangis Minta Maaf Soal Puisi Ibu Indonesia
4. Suhud Aliyudin - PKS
Dilansir dari Tribunnews.com, PKS menghimbau masyarakat atau semua pihak untuk berhati - hati dalam memberikan pernyataan.
PKS berharap agar semua pihak tidak menyinggung mengenai isu Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA).
Menurut politikus PKS Suhud Aliyudin, isu SARA merupakan isu yang sensitif, Minggu (17/11/2019).
"Semua pihak harus hati-hati jika membuat statement ya g berkaitan dengan keyakinan agama. Karena hal itu sangat sensitif dan dapat memicu kegaduhan yang tidak perlu," katanya.
Suhud menambahkan agar tokoh publik membuat pernyataan yang dapat mempersatukan berbagai pihak.
Dia berharap agar tidak ada yang memperkeruh suasana.
"Sebaiknya tokoh publik buat statement yang mempersatukan dan yang mendorong pada persatuan. Jangan buat keruh suasana," ungkapnya.
Sebab, menurut Suhud, penerus bangsa yakni generasi muda, harus diberi contoh sosok teladan.
"Beliau seharusnya menjadi teladan bagi generasi muda," tegasnya.
5. Andre Rosiade - Wasekjen Partai Gerindra
Menanggapi pernyataan Sukmawati Soekarno Putri, Andre Rosiade sebagai Wasekjen Partai Gerindra memberikan tanggapannya.
Melalui unggahan di akun Instagram miliknya, @andre_rosiade pada Senin (18/11/2019), ia mengungkapkan bahwa sebaiknya Sukmawati lebih berhati-hati dalam memberikan komentar tentang agama islam.
"Dulu bu Sukmawati ramai solak Konde & Jilbab. Sekrg ramai soal Nabi Muhammad & Bung Karno," tulis Andre.
Tak hanya itu, Andre pun berharap agar Sukmawati segera meminta maaf, sebab negara Indonesia ini membutuhkan persatuan bukan kegaduhan.
"Saran sy supaya tidak berpolemik, ibu Sukmawati segera minta maaf. Dan berhati2 berkomentar mengenai hal agama Islam yg mungkin ibu kurang pahami. Negara ini butuh persatuan bukan kegaduhan," tulisnya.
Penggalan pernyataan Sukmawati
Berikut pernyataan Sukmawati pada forum peringatan Hari Pahlawan 10 November.
"Kalau untuk merekrut yang namanya hijrah kek atau calon radikalis, katanya infonya, itu ditanya mana lebih bagus Pancasila sama Alquran.
Sekarang saya mau tanya, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang mulia Muhammad atau insinyur Soekarno? Untuk kemerdekaan Indonesia.
Saya mau tanya, jangan perempuan, kan kaum radikalisme kebanyakan laki-laki ya," ucapnya.
Saat itu, mahasiswa UIN Jakarta bernama Maulana berusaha menjawab.
"Memang benar pada saat awal abad ke-20 itu yang berjuang adalah insinyur Soekarno ...," kata Maulana
Belum sempat melanjutkan, Sukmawati langsung memberhentikan pernyataan mahasiswa tersebut.
"Oke, stop. Hanya itu yang Ibu mau tanya," potongnya.
Tonton video selengkapnya.
Pernah Tersandung Kasus Puisi
Tuduhan penistaan agama juga pernah dialami Sukmawati pada tahun lalu.
Ia dilaporkan ke kepolisian atas tuduhan penistaan agama saat membawakan puisi "Ibu Indonesia".
Diketahui, banyak pihak yang melaporkan Sukmawati pada saat itu.
Dikutip dari Kompas.com, satu di antaranya adalah gabungan organisasi masyarakat Islam di Palembang ke Polda Sumatera Selatan.
Sukma dilaporkan atas dugaan telah melakukan penistaan agama karena membacakan puisi berjudul " Ibu Indonesia" di JCC Senayan dalam acara peringatan '29 Tahun Anne Avantie Berkarya'.
Selain itu, melansir Kompas.com, pengacara bernama Denny AK dan Ketua DPP Partai Hanura Amron Asyhari melaporkan Sukmawati ke Polda Metro Jaya.
"Saat itu dia berkata bahwa syariat Islam disandingkan dengan sari konde, itu kan jelas menurut kami enggak bisa bisa disandingkan. Lalu, nyanyian Ibu Pertiwi lebih indah daripada azanmu. Kalau bicara begitu, dia meremehkan Sang Kuasa dong," ujar Denny.
Denny yang dilakukan Sukmawati sangatlah tidak pantas.
Hal senada juga disampaikan Amron.
"Ini jelas telah menghina dan melecehkan kami sebagai umat Islam. Saya minta agar polisi segera mengusut kasus ini," kata Amron.
Berujung Isak Tangis Permintaan Maaf
Dikutip dari Kompas.com, Sukmawati meminta maaf dan mengatakan tidak berniat menghina umat Islam Indonesia dengan puisi yang dibacakannya saat itu.
Sukmawati meminta maaf sembari menangis.
Sukmawati juga mengaku sebagai muslimah yang bersyukur dan bangga akan keislamannya.
"Puisi 'Ibu Indonesia' yang saya bacakan sesuai dengan tema acara pergelaran busana yakni Cultural Identity, yang semata mata adalah pandangan saya sebagai seniman, budayawati dan murni karya sastra Indonesia," kata Sukmawati.
Baca: Kritik Keras PKS ke Sukmawati: Hati-hati Membuat Statement yang Berkaitan Keyakinan Agama
Baca: Wasekjen PPP Minta Polisi Bersikap Profesional Terkait Kasus Sukmawati
Penyelidikan Kasus Dihentikan
Kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Sukmawati dengan puisinya diputus penyelidikannya.
Melansir Kompas.com, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri kala itu, Brigjen M Iqbal, mengungkpakan tidak menemukan unsur pidana.
Dalam proses penyelidikan, polisi telah mendengar keterangan dari 28 pelapor dan satu saksi.
Selain itu, penyelidik juga telah meminfa keterangan Sukmawati sebagai terlapor, satu ahli bahasa, satu ahli sastra, satu ahli agama, dan satu ahli hukum pidana.
"Disimpulkan tidak ditemukan perbuatan melawan hukum atau perbuatan pidana. Sehingga perkara tersebut tidak dapat ditingkatkan ke tahap penyidikan," kata Iqbal.
(Tribunnews.com/Sinatrya/Wahyu Gilang ) (Kompas.com/Dian Erika Nugraheny/Aji YK Putra/Sherly Puspita/Setyo Adi Nugroho/Kristian Erdianto)