GNPF Ulama Nilai Ucapan Sukmawati Lebih Rusak Daripada Ucapan Ahok 'Jangan Mau Dibohongi Pakai Ayat'
Laporan ini menjadi ketiga kalinya setelah pelaporan FPI DKI Jakarta dan politikus Partai Demokrat Imron Kalali.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama melaporkan Sukmawati Sukarnoputri ke Bareskrim Polri, terkait ucapan yang diduga membandingkan Soekarno dengan Nabi Muhammad.
Laporan tersebut dilayangkan atas nama Sekretaris GNPF Ulama Edi Mulyadi.
Ucapan Sukmawati dianggap berbau penghinaan terhadap Islam.
“Dia memang niat melakukan itu, karena sampai menanyakan kepada yang hadir untuk menjawab."
"Sampai saat ini pun tidak meminta maaf malah menampik,” ujar Edi seusai melaporkan Sukmawati ke Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2019).
Baca: Rizal Ramli Tolak Ahok Jadi Bos BUMN, Ungkap BTP Pernah Buat Heboh 30 BUMD: Ahok Cuma Dramanya Gede
Baca: Dugaan Penistaan Agama oleh Sukmawati, Polisi Terima 5 Aduan: Dua di Polda Metro, 3 di Mabes Polri
Laporan tersebut terdaftar dengan nomor LP/B/0991/XI/2019/Bareskrim tertanggal 21 November 2019.
Laporan ini menjadi ketiga kalinya setelah pelaporan FPI DKI Jakarta dan politikus Partai Demokrat Imron Kalali.
Menurut Edi, perbuatan Sukmawati lebih buruk daripada penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Menurut saya kalimat-kalimat ini lebih rusak daripada Ahok. Dia (Ahok) hanya berdasarkan menafsirkan jangan mau dibohongi pakai ayat. Nah, tapi kalau Sukmawati jelas-jelas ada niat,” tutur Edi.
Dalam pelaporan tersebut, GNPF Ulama membawa bukti laporan CD berisi video saat Sukmawati mengucapkan hal tersebut dan sejumlah artikel mengenai ucapan itu.
Sukmawati dilaporkan atas tuduhan penistaan agama sesuai Pasal 156 A KUHP Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946.
Sebelumnya, Sukmawati Sukarnoputri, putri Proklamator RI Soekarno, mengaku jengkel dengan maraknya bendera hitam bertuliskan Arab, yang kerap dikibarkan kelompok tertentu di Indonesia.
Kejengkelan itu ia ungkapkan saat menghadiri diskusi bertajuk 'Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme', Senin (11/11/2019).
Awalnya, pemilik nama lengkap Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri itu membahas perjuangan Bangsa Indonesia melawan pasukan asing di Surabaya pada November 1945 silam.
Baca: Rizal Ramli Tolak Ahok Jadi Bos BUMN, Ungkap BTP Pernah Buat Heboh 30 BUMD: Ahok Cuma Dramanya Gede
Ia menyatakan, tentara Indonesia berjuang keras mengalahkan penjajah dengan peralatan seadanya. Hingga akhirnya, tentara Indonesia bisa mengibarkan bendera merah putih.
"Kita rakyat Indonesia hanya seadanya dan senjata dari Jepang dan bambu, keris golok dan segala macem," ucapnya di Gedung The Tribrata, Jalan Dharmawangsa III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
"Para pahlawan itu naik ke suatu gedung, berkibarlah bendera merah putih biru atau benderanya Belanda."
"Kemudian mereka ambil itu bendera dan mereka robek warna biru dan dinaikkan lagi merah putih."
"Berkibarlah bendera merah putih untuk merdeka atau mati," tuturnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.