Profil Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi: Gaungkan Toleransi, Suarakan 'Jangan Sakiti Anjing'
Pejuang toleransi, dan keberagaman, Ayu Kartika Dewi telah ditunjuk menjadi staf khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: garudea prabawati
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pejuang toleransi, dan keberagaman, Ayu Kartika Dewi telah ditunjuk menjadi staf khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Lulusan pascasarjana Duke University, Amerika Serikat ini kerap kali membagikan kesibukannya melalui akun Instagram pribadinya.
Dirinya tampak aktif dalam berbagai kegiatan dan memiliki semangat dan komitmen tinggi dalam menggelorakan nilai toleransi dan keberagaman di penjuru Nusantara.
Satu di antaranya tampak dalam unggahannya di Instagram pribadinya @ayukartikadewi.
Dirinya memaparkan soal makna toleransi serta kaum minoritas.
"Pernah menjadi minoritas itu ngefek banget dalam cara kita melihat toleransi, karena kita jadi tahu bahwa oh jadi minoritas itu susah ya," ujarnya.
Pihaknya menyebut ketika ketika seseorang menjadi kaum mayoritas, seharusnya bisa melindungi kaum yang minoritas.
Pada 2010, Ayu mendapatkan tugas untuk mengajar di sebuah SD yang berada di Desa Papaloang, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Kehadiran Ayu di Desa Papaloang ternyata membawanya bersentuhan dengan bayang-bayang permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan setempat.
Satu anak didiknya masih mengalami traumatik dengan kerusuhan antar-dua kelompok agama yang terjadi di Ambon pada 1999.
Padahal, saat Ayu melawat ke Maluku, keadaan sudah damai dan dua kelompok yang terlibat konflik sudah berikrar damai.
Namun, ketakutan akan akan bayang-bayang masa kelam itu justru masih membuntuti anak didiknya.
Adegan akan ketakutan muridnya ini justru menjadi pelecut.
Ia menyadari, keberagaman di Indonesia merupakan kekayaan tersendiri.
Tak ayal, Ayu pun semakin perhatian tehadap isu toleransi dan keberagaman.
Ia pun mencetuskan Program Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali (SabangMerauke).
Program ini merupakan upaya Ayu menggelorakan nilai keberagaman, toleransi, hingga cakrawal ilmu pengetahuan antar-pelajar di Indonesia.
Para pesertanya adalah pelajar tingkat SMP.
Mereka ditugaskan untuk menyatu bersama keluarga dan berinteraksi dengan teman yang berbeda.
Setelah tugas tersebut selesai dan kembali ke masing-masing daerahnya, Ayu mendelegasikan mereka sebagai duta perdamainan di daerah asalnya.
Bertahun-tahun Ayu mengomandoi program tersebut.
Sudah ribuan pelajar ia kirimkan ke berbagai daerah guna merajut nilai keberagaman dan toleransi.
Sebaliknya, apa yang dilakukannya justru membuat Ayu seolah tak percaya.
Komitmennya menyebarkan nilai keberagaman dan toleransi terhadap kelompok agama yang berbeda.
Ayu mengatakan, dedikasi anak didiknya selalu berangkat dari prasangka terhadap agama maupun suku yang berbeda.
Ketakutan ini dapat menegaskan, fakta intoleransi di Indonesia masih ada.
Selain yang menarik, walaupun berhijab Ayu juga pernah menyuarakan perlindungan terhadap hewan anjing dengan mengajak warganet untuk tidak menyakiti hewan tersebut.
Dirinya menuliskan caption panjang karena merasa sedih mendengar dan membaca cerita tentang anjing-anjing yang disakiti."
"Hanya karena mereka anjing."
"Mereka gak minta dilahirkan sebagai anjing."
"Mereka cuma bisa bingung dan ketakutan ketika diperlakukan secara kasar," tulisnya dalam caption tersebut.
Pihaknya juga menuliskan sangat memahami banyak orang takut dengan anjing dan ada orang yang tidak ingin terkena air liur hewan tersebut.
"Tapi lama-lama gw belajar bahwa anjing juga punya perasaan. Mereka juga takut pada manusia (atau bahkan lebih takut, krn mereka pernah dipukul, atau melihat temannya disiksa)."
"Anjing hanya menyerang jika merasa terancam. Tapi keberhati2an ini tidak membuat kita berhak menyakiti makhluk Tuhan lainnya. Hindari boleh, sakiti jangan," tulisnya.
Jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga ini lantas mendirikan Milenial Islami yang memanfaatkan media sosial (medsos) untuk menggaungkan Islam yang moderat.
Para anggota Milenial Islami juga langsung turun ke lapangan dengan mendatangi universitas hingga kampus di penjuru negeri.
Apa yang dilakukan Ayu nampak terlihat betapa besar perhatiannya kepada dunia pendidikan di Indonesia.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya)