Ketua FKUB Salatiga: Kaum Intoleran dan Radikal Tidak Diterima di Kota Kami
Ia dengan nada tegas mengatakan bahwa intoleransi dan radikalisme tidak diterima oleh masyarakat yang ada di kotanya.
Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Hasanudin Aco
Laporan wartawan Tribunnews.com, Mafani Fidesya Hutauruk
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama kota Salatiga Noor Rofiq mengatakan masyarakat di kotanya sangat beragam terdiri dari 30 etnis, enam agama dan beberapa aliran kepercayaan.
Hal tersebut dikatakannya saat berdiskusi dengan Setara Institut dan 9 FKUB lainnya dari berbagai daerah di Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Ia dengan nada tegas mengatakan bahwa intoleransi dan radikalisme tidak diterima oleh masyarakat yang ada di kotanya.
Di kota dengan toleransi tertinggi itu ujarnya para tokoh agama saling menjaga dan membela umatnya masing-masing.
"Para tokoh agama selain memperhatikan umatnya mereka juga turut menjaga kesatuan dan persatuan tokoh agama lain dan tokoh masyarakat," ucapnya menanggapi kehadiran organisasi yang terindikasi intoleran dan radikal.
Baca: Setara Institute Catat Jawa Barat Jadi Daerah dengan Angka Pelanggaran Kebebasan Beragama Tertinggi
Baca: Setara Institute Sebut Wakil Panglima TNI Tidak Penting
Ia juga menuturkan bahwa masyarakat kota Salatiga tidak membutuhkan organisasi yang bersifat radikalisme dan intoleransi.
Baginya, kaum intoleran dan radikal adalah mereka yang menganggap orang lain tidak sebaik mereka.
"Mereka menganggap seolah-olah organisasinya paling baik. Selain itu mereka merasa memiliki agama yang paling baik menganggap yang lain seolah-olah tidak memiliki kebaikan bagi lingkungan," ucapnya.
Dikatakan, kalau dia menemukan ada pengikut kaum tersebut maka mereka akan dibina serta dididik supaya dalam langkah kehidupan sosial dan masyarakat bersifat moderat lunak sekaligus bisa menerima perbedaan di Salatiga.