Ada Penyesatan Informasi dari Produk Susu Kental Manis
SKM bukan jadi minuman bergizi utama balita, hanya cocock sebagai toping untuk pelengkap makanan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengakui bahwa Susu Kental Manis (SKM) bukan merupakan asupan gizi pengganti ASI, apalagi disajikan dalam gelas.
Karenanya, persepsi masyarakat tentang SKM yang selama ini menganggap memiliki kandungan gizi tinggi harus diluruskan. Artinya, ada penyesatan informasi dari para produsen SKM di masyarakat selama ini.
Ini merupakan benang merah dari Fokus Group Discussion (FGD) Hasil Penelitian Kebiasaan Konsumsi Susu Kental Manis dan Dampak Terhadap Gizi Buruk Anak di Aula Kantor PP Aisyiyah, Jakarta belum lama ini.
Ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) bersama dengan PP Aisyiyah yang dilakukan di 3 wilayah dengan angka stunting tertinggi, yaitu Aceh (Banda Aceh, Pidi, Aceh Tengah), Kalteng (Palangkaraya, Kota Waringin Timur, Barito Timur), dan Sulut ( Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondaw Utara, Manado) tentang kebiasan konsumsi susu kental manis/krimer kental manis dan dampak terhadap gizi buruk.
Hadir dalam acara ini sebagai penanggap dari Kementerian Kesehatan R.I, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Pengamat Kebijakan Publik, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Koalisai Peduli Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), dan media massa.
Baca: Pengeriputan Otak, Badan Panggah Tinggal Kulit dan Tulang Sang Ibu Tak Mampu Biayai Pengobatannya
Ada sambutan positif dari para penanggap terkait hasil survei yang dilakukan YAICI bersama dengan PP Aisyiyah.
Pihak Kemenkes dan BPOM akan menjadikan hasil survei ini sebagai masukan untuk membuat kebijakan yang lebih baik lagi terkait SKM.
Hasil survei menyimpulkan adanya temuan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada usia bayi dan balita yang mengonsumsi SKM setiap hari.
Dari 1.835 anak yang terdata, sebanyak 12% mengalami gizi buruk, 23,7% gizi kurang. Anak yang berstatus gizi buruk ditemukan pada anak usia 5 tahun sebanyak 28,8%, dan gizi kurang pada anak usia 3 tahun (32,7%).
Chairunnisa, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, yang menjadi narasumber dalam FGD itu mengatakan angka itu cukup tinggi di tengah masifnya upaya promosi edukasi kesehatan anak dan keluarga yang dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dan kalangan swasta.
Temuan serupa juga disampaikan KOPMAS.
Arif Hidayat, Ketua Harian YAICI, mengatakan masyarakat masih menganggap SKM sebagai susu karena adanya penyampaian iklan yang salah dari produsen.
Baca: Perempuan Ini Kabur Tinggalkan 4 Anak di Gubuk Reot Demi Pria Tajir, Pamit Beli Sabun
Dia mengutarakan iklan SKM yang menyesatkan masyarakat itu bahkan sudah dilakukan sejak tahun 1992.
Apalagi iklan itu memvisualisasikan balita dan keluarga harmonis yang seakan-akan mengasumsikan bahwa SKM itu minuman bernutrisi.