Di Masa Depan, Puncak Bakal Punya Moda Transportasi Massal
Puncak masih menjadi tempat primadona untuk wisata kaum metropolitan, namun makin ke sini lalu lintasnya makin semerawut.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - Puncak masih menjadi tempat primadona untuk wisata kaum metropolitan, namun makin ke sini lalu lintasnya makin semerawut.
Setiap wiken bahkan hari kerja, puncak tidak pernah lepas dari kemacetan. Terparah, waktu tempuh dari Jakarta ke puncak bisa sampai 4-5 jam.
Pemerintah tidak tinggal diam, wacana menghadirkan moda transportasi massal untuk opsi baru menuju puncak disiapkan.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Bambang Prihartono memberi gambaran saat ini sudah ada action plan untuk pengadaan moda transportasi massal seperti monorail.
Bambang menyakini pihak swasta akan tertarik mengerjakan proyek ini.
“Soal monorail yang terpenting semangat kami akan bangun angkutan masal ke puncak. Selama ini kan transportasi publik ke sana terdegradasi padahal di sana adalah tempat destinasi wisata,” urainya di Jakarta, Senin (2/12/2019).
“Kawasan Puncak itu sejak 30 tahun lalu ya seperti itu saja. Akses paling ideal pakai kendaraan pribadi lewat tol Jagorawi,” tambah Bambang.
Bambang juga mengatakan, pihaknya masih mengkaji transportasi massal jenis apa yang cocok diterapkan di kawasan puncak.
Yang terpenting harus bisa terkoneksi dengan terminal besar atau stasiun LRT yang tengah digarap di sepanjang jalan tol Jagorawi.
Wacana Jalur Puncak II
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemhub) Budi Setiyadi sempat mengatakan selama ini upaya mengatasi kemacetan jalur puncak hanya sebatas rekayasa lalu lintas yang juga dinilai semakin tidak efektif.
Kebutuhan infrastruktur baru berupa jalan alternatif menuju Puncak dan sekitarnya semakin mendesak.
Ia menyebut penanganan masalah kebutuhan infrastruktur jalan baru tengah di koordinasikan dengan internal pemerintah.
Kami akan melihat apa saja potensi penaganan yang harus dilakukan,” ujar Budi.
Budi menyebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kemenhub, penanganan kemacetan di Puncak dan sekitarnya perlu kebijakan yang lebih besar ketimbang hanya rekayasa lalu lintas, seperti buka tutup jalan.
Menurutnya, infrastruktur jalan baru Puncak II dan Puncak III yang akan dibangun melalui Citereup dan Jonggol akan segera dibangun.
“Kami sudah koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),” tuturnya.
Budi bilang sambil menunggu realisasi pembangunan jalan baru tersebut, perlu ada solusi jangka pendek yang bisa diterapkan.
Menurutnya, selain merekayasa lalu lintas yang sudah jalan saat ini, perlu juga dibangun seperti rest area di sekitar wilayah Bogor menuju Puncak.
Hal itu agar pemilik mobil bisa memarkirkan kendaraan mereka di sana dan melanjutkan perjalanan ke Puncak dengan menggunakan feeder bus yang disediakan pemerintah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.