Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Gibran dan Bobby Jadi Bakal Calon Wali Kota, PDI-P: Hak Setiap Anggota dan Tidak Boleh Dibatasi

Nusyirwan Soejono mempersilakan Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020.

Penulis: Nuryanti
Editor: Daryono
zoom-in Gibran dan Bobby Jadi Bakal Calon Wali Kota, PDI-P: Hak Setiap Anggota dan Tidak Boleh Dibatasi
Kolase TribunKaltim.co / (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) dan (Tribun Medan/Nanda F Batubara)
Bobby Nasution dan Gibran Rakabuming Raka 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Nusyirwan Soejono mempersilakan Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020.

Putra Sulung Jokowi, Gibran saat ini diketahui menjadi Bakal Calon Wali Kota Solo.

Sementara Bobby, suami Kahiyang Ayu ini menjadi Bakal Calon Wali Kota Medan.

Tentu pencalonan Gibran dan Bobby tersebut dihubungkan dengan Presiden Jokowi.

Namun, Nusyirwan mengatakan, semua anggota PDI-P mempunyai hak untuk mencalonkan diri.

Sehingga hak tersebut tidak boleh dibatasi.

"Hak setiap anggota, siapapun dia, dan tidak boleh dibatasi," ujar Nusyirwan di Studio Menara kompas, Rabu (4/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.

Berita Rekomendasi

"Anggota partai kalau mau jadi apa saja silakan, tidak masalah," lanjutnya.

Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution dikabarkan akan maju dalam Pilkada 2020.
Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution dikabarkan akan maju dalam Pilkada 2020. (Instagram @ayanggkahiyang & @gibran_rakabuming)

Politisi PDI-P ini berujar, partai mengedepankan hak anggota tersebut jika ingin maju dalam pemilihan kepala daerah.

"Apalagi ini akan maju di kepala daerah, tentu kita akan mengedepankan hak tersebut," jelasnya.

Ditanya mengenai pertimbangan partai untuk mengusung anggotanya dalam pencalonan kepala daerah, ia menyebut ada pertimbangan dari sisi positif dan negatif.

"Tentu yang menghadapi kemungkinan negatif positif-nya tidak hanya calon yang bersangkutan, tentu partainya juga mempertimbangkan sisi positif negatif-nya," katanya.

Ketua DPP PDIP, Nusyirwan Soejono
Ketua DPP PDIP, Nusyirwan Soejono (Tangkapan Layar Kompas TV)

Menurut Nusyirwan, sisi positif yang dipertimbangkan PDI-P salah satunya yaitu tingkat popularitas calon.

"Sisi positif, mungkin tingkat popularitas, prosesnya akan lebih mudah," ujarnya.

Sementara dari sisi negatif, ia menyebut ada pertimbangan mengenai resiko menang atau kalah.

"Sisi negatif, yang perlu diperhitungkan resikonya adalah apabila dalam pilkada bisa menang bisa kalah," jelasnya.

"Kalau tidak sesuai harapan, artinya kalah, tentu menjadi pukulan bagi yang mengusulkan," lanjut Ketua DPP PDI-P ini.

Nusyirwan menjelaskan, pertimbangan dari PDI-P dalam mengusung calonnya, dilakukan dengan sangat cermat.

Alasannya agar tidak meleset dari harapan partai.

"Bagi partai, tentu yang mengusung, berhitung dengan cermat betul," kata dia.

"Jika nanti meleset dan tidak sesuai harapan, tentu akan berimplikasi memberikan pandangan yang lain," jelas Nusyirwan.

Sebelumnya, Nusyirwan Soejono membantah adanya dinasti politik atas pencalonan Gibran dan Bobby Nasution itu.

Nusyirwan mengatakan langkah kedua orang terdekat Jokowi itu bukan sebagai dinasti politik.

"Kalau itu bagian dari saudara, ya iya, tapi dalam terjun ke dunia politik, kita harus bedakan suasana masa lalu," ujar Nusyirwan.

Politisi PDI-P itu menyebut langkah Gibran dan Bobby itu berbeda dengan masa orde baru.

Sehingga tidak bisa jika menyebut pencalonan keduanya sebagai nepotisme.

"Pada masa orde baru ada sebutan nepotisme, tapi nepotisme untuk tinjauan aspek ekonomi," katanya.

Menantu Presiden RI Joko Widodo, Bobby Nasution saat menghadiri penyambutan mahasiswa baru serta peresmian laboratorium lapangan Program Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU) Institut Pertanian Bogor (IPB) Padanglawas, Selasa (2/10/2018). TRIBUN MEDAN/NANDA F BATUBARA
Menantu Presiden RI Joko Widodo, Bobby Nasution saat menghadiri penyambutan mahasiswa baru serta peresmian laboratorium lapangan Program Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU) Institut Pertanian Bogor (IPB) Padanglawas, Selasa (2/10/2018). TRIBUN MEDAN/NANDA F BATUBARA (Tribun Medan/Nanda F Batubara)

"Proses politik pada masa lalu berbeda dengan sekarang," lanjut Nusyirwan.

Alasan dari bantahan Nusyirwan itu karena Jokowi bukanlah petahana di Solo ataupun di Medan.

Sehingga menurutnya, tidak ada konflik kepentingan mengenai langkah politik Gibran dan Bobby tersebut.

"Itu bagian daripada hak konstitusi ya, keterkaitan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi tidak boleh ada conflict of interest (konflik kepentingan) kepada petahana," katanya.

"Petahana di daerah tersebut berkaitan atau tidak?, kami tidak melihat itu," jelas Nusyirwan.

Gibran Rakabuming Raka saat membeberkan kondisi terkini La Lembah Manah dan Selvi Ananda di RS PKU Muhammadiyah Solo, Minggu (17/11/2019) pagi. TribunSolo.com/Ryantono Puji
Gibran Rakabuming Raka saat membeberkan kondisi terkini La Lembah Manah dan Selvi Ananda di RS PKU Muhammadiyah Solo, Minggu (17/11/2019) pagi. TribunSolo.com/Ryantono Puji (TribunSolo.com/Ryantono Puji)

Sementara, Peneliti dan pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes mengatakan tidak masalah jika putra sulung dan menantu Presiden Jokowi akan mengikuti pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020.

Arya Fernandes menilai tidak masalah, asal proses pemilihannya dilakukan secara terbuka kepada publik.

"Tentu tidak masalah, selama proses penjaringan dan rekrutmennya dilakukan secara terbuka," ujar Arya Fernandes.

Arya juga mengimbau partai politik untuk melaksanakan proses penjaringan tersebut dengan baik.

"Inilah yang harus dilakukan secara baik juga oleh partai politik," jelasnya.

Peneliti politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes usai diskusi tentang
Peneliti politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes usai diskusi tentang "Demokrasi dan Penegakan HAM di Masa Depan" di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, pada Jumat (9/8/2019). (Gita Irawan/Tribunnews.com)

Arya menyebut, saat ini PDI-P tengah menghadapi dilema atas pencalonan Gibran dan Bobby itu.

Mengingat di Medan dan Solo, juga ada bakal calon yang berasal dari PDI-P.

"Saya melihat apa yang terjadi di Medan dan di Solo, memang tidak mudah bagi PDI-P untuk menghadapi situasi ini," katanya.

"Karena PDI-P juga mengalami dilema internal," jelas Arya Fernandes.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas