Menristek akan Minta Sharing Facilities Berbagai Pihak untuk Tingkatkan Penelitian dan Pengembangan
Fasilitas penelitian di Indonesia terutama di berbagai kementerian ternyata masih under utilize atau banyak yang belum dimanfaatkan.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Fasilitas penelitian di Indonesia terutama di berbagai kementerian ternyata masih under utilize atau banyak yang belum dimanfaatkan dan atau digunakan secara penuh.
"Saya akan coba lakukan share facility minta ke berbagai pihak agar bisa semakin meningkatkan R&D (penelitian dan pengembangan) di Indonesia oleh banyak pihak," kata Menteri Riset, Teknologi, dan Badan Riset Inovasi Nasional Kabinet Indonesia Maju, Bambang Brodjonegoro, Jumat (6/12/2019) di hadapan para pelajar dan masyarakat Indonesia di Tokyo.
Menteri Bambang mencontohkan tiap fakultas umumnya punya laboratorium sendiri.
"Ke depannya kita akan meningkatkan R&D, kegiatan litbang akan ditingkatkan. Sementara fasilitas R&D di beberapa kementerian terawat tetapi masuh under utilize," kata Menteri Bambang.
Bahkan menurut Bambang, tidak sedikit pihak kementerian yang mempunyai kebiasaan malahan meng-"hire" pihak universitas untuk melakukan penelitian.
"Saya lihat tempat litbang di Serpong, di Cibinong bahkan juga lembaga Eijkaman dan lainnya membuka diri. Kita akan dorong supaya banyak lembaga riset melakukan sharing facility mempersilakan pakai bagi siapa pun. Yang penting dapat alatnya," ujarnya.
"Karena beberapa alat memang sudah diperoleh dan sangat mahal. Tapi kalau bisa dipakai bersama kan baik untuk kepentingan bersama memajukan Indonesia," kata Bambang.
Sementara itu Menteri Bambang tidak setuju dengan perolehan uang dari program CSR (Corporate Social Reponsibility) perusahaan.
"R&D main stream berikan uang untuk yang mendapatkannya. Itu kewajiban untuk ke luar uang bagi program sosial perusahaan," kata dia.
Dicontohkannya anggaran perusahaan sejuta dolar untuk buat tim sendiri dalam kaitan CSR.
Baca: Menristek Bambang: Tax Deduction 300 Persen R&D di Indonesia untuk Rangsang Investasi dan Riset
Baca: Bos Jepang Ini Pura-pura Mau Jadikan Artis Pengisi Suara, Malah Mencabuli Gadis di Bawah Umur
Baca: Membuat Catatan Baru Elektronik Ala Jepang Yang Lagi Trendi, Beserta Alarm dan Pesan Bagi Anak
Bagi perusahaan yang penting sudah ke luar uang dan hasilnya tentu tidak boleh malah menjelekkan produk perusahaan yang bersangkutan.
"Penelitian harus punya integrasi kegiatan sendiri. Saya pernah bicara dengan Nadiem (menteri pendidikan dan kebudayaan) mengenai integritas riset di berbagai instansi dan perguruan tinggi. Nadiem setuju pembagian tugas kita," ungkap Menteri Bambang.
Dengan demikian bidang pendidikan dilakukan Menteri Nadiem dan bidang riset dilakukan Menteri Bambang.
Diakuinya pula, saat ini di beberapa tempat laporan keuangan masih lebih penting daripada laporan riset.
"Riset itu sebenarnya tidak ada ujung. Tak bisa tahu tanggal sekian pasti ke luar hasilnya. Namun untuk penyerapan anggaran, terpaksa malah harus ikuti jadwal sehingga harus ke luar hasil riset."
"Rencana induk riset nasional untuk 5 tahun ke depan kita harus mulai mengerjakan dan siapa melakukan apa, semua harus jelas," kata Bambang.
Kontes dan kerja sama riset menurutnya hal yang baik.
"Dari pada kerja sendiri-sendiri mencari bibit padi terbaik, lebih baik dilakukan bersama. Jadi semua harus kerja sama dengan baik. Jadi kita harus menciptakan peneliti yang bermutu. Hal itu telah saya bicarakan dengan Rektor Universitas Indonesia dan lainnya," aku Bambang.
"Tidak dikejar-kejar kewajiban Kum sehingga akhirnya malah menomorduakan riset," lanjutnya.