Menyikapi Dinasti Politik, Donal Fariz: Problem Dasar di Partai Politik
Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW, Donal Fariz menuturkan akar permasalahan adanya dinasti politik ini berada dalam partai politik sendiri.
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: bunga pradipta p
Mereka akan menjadi apatis, karena berpikir demokrasi kini hanya dikelola oleh segelintir orang saja.
Diketahui, sebelumnya langkah Gibran dan Bobby maju ke pemilihan kepala daerah tahun depan mendapat pro dan kontra dari berbagai pihak.
Tak sedikit yang berpendapat langkah mereka dapat memunculkan nepotisme.
Satu diantaranya yakni, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pipin Sopian.
Ia menuturkan majunya dua anggota keluarga Presiden Jokowi dikhawatirkan dapat memunculkan potensi nepotisme.
"Jadi semua orang harus berpikir bahwa ketika politisi terutama presiden, anaknya mencalondakn diri, potensi nepotisme itu sangat besar," ujar pipin.
Pipin juga menuturkan, adanya dinasti politik ataupun nepotisme akan menimbulkan dampak yang berbahaya.
Jangan sampai hal ini dapat memunculkan apatisme di kalangan milenial yang semakin tinggi.
"Karena mereka tidak punya harapan di politik, karena akses-aksesnya sudah ditutup pintunya oleh elit - elit parpol," ungkap Pipin.
Berbeda dengan Pipin, Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qadari memiliki pandangan yang berbeda terkait langkah Bobby dan Gibran maju di Pilkada tahun depan.
Menurutnya, sulit menilai langkah Bobby dan Gibran termasuk dalam nepotisme.
Hal ini karena jabatan yang kemungkinan akan mereka tempati, keputusannya ada pada masyarakat di daerah masing - masing.
“Sebenarnya agak sulit untuk mengatakan ini nepotisme sepenuhnya untuk jabatan - jabatan yang sifatnya itu dipilih,” ujar Qadari.
“Karena disitu proses yang terjadi adalah proses dimana orang itu memiliki kesempatan untuk memilih,” tambahnya.
Qadari menyebut nepotisme akan sangat mudah diidentifikasi dalam jabatan – jabatan yang sifatnya ditunjuk. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)