Cerita Stafsus Milenial Angkie Yudistia Sempat Takut Terjun Politik dan Pemerintahan
Menurut Angkie, dunia politik sangat menyeramkan. Terlebih, politisi satu sama lain saling menjatuhkan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf khusus (Stafsus) Presiden Jokowi, Angkie Yudistia mengaku sempat enggan terjun ke dunia politik dan terlibat secara langsung dengan birokrasi pemerintahan.
Menurut Angkie, dunia politik sangat menyeramkan. Terlebih, politisi satu sama lain saling menjatuhkan.
Hal itu disampaikan Angkie saat membuka diskusi Bimbingan Teknis (Bimtek) Nasional PKP Indonesia di Hotel Mercure, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (13/12/2019).
"Aku takut, takut kenapa kalau aku melihat apa namanya melihat berita-beritanya kok saling menjatuhkan satu sama lain," ucap Angkie.
Baca: Soal Jaringan Jokowi yang Disebut Jadi Modal Politik Gibran, Pengamat: Harus Ada Kompetensi
Namun, perjumpaannya dengan Ketua Umum PKP Indonesia Diaz Hendropriyono 3 tahun lalu membuat pikirannya akan dunia politik yang menakutkan berubah drastis.
Saat itu, kata Angkie, Diaz menawarinya untuk terjun berpolitik dan bergabung dengan PKPI.
Hal itu dimaksudkan agar Angkie sebagai seorang disabilitas bisa berkontribusi lebih luas bagi para disabilitas lainnya di Indonesia.
"Aku pertama kali bilang aku nggak jawab langsung ya, aku cuman bilang ke beliau (Diaz,red) 'Mas menurutku aku itu dunia politik itu aku masih belum siap'," ungkap Angkie menceritakan.
"Lalu Mas Diaz bilang, kalau kamu nggak tahu, kamu nggak sayang. Nah, coba dulu aja gitu. Oh iya benar, akhirnya aku sudah berdiskusi dengan banyak orang, ketika kita sudah melakukan kerja keras tapi kita tidak ada di dalam sistem kerja keras kita akan sia-sia percuma," tambahnya.
Baca: Diajak Jokowi Kunker ke Karawang, Aminuddin Maruf: Spesialnya Dobel
Setelah bergabung sebagai kader PKPI, Angkie mengaku sadar satu-satunya kesempatan berkontribusi untuk masyarakat luas khususnya kaum disabilitas dirinya harus masuk ke dalam sistem untuk melakukan perubahan.
"Aku punya mimpi, mimpi itu adalah aku sangat ingin tinggal di negara yang ramah disabilitas. Aku nggak perlu menutupi bawa aku pura-pura dengar, aku enggak perlu lagi menutupi," kata Angkie.