Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Impor Migas saat Sumur Minyak Indonesia Banyak, Jokowi: Saya Pelajari Detail, Nggak Bener Kita Ini

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan upaya impor minyak dan gas (migas) Indonesia adalah perbuatan yang tidak benar.

Penulis: Nuryanti
Editor: Fathul Amanah
zoom-in Impor Migas saat Sumur Minyak Indonesia Banyak, Jokowi: Saya Pelajari Detail, Nggak Bener Kita Ini
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan upaya impor minyak dan gas (migas) Indonesia adalah perbuatan yang tidak benar.

Jokowi menyampaikan, Indonesia masih mempunyai sumur-sumur minyak sehingga tak perlu melakukan impor migas.

Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam pembukaan Musrenbangnas RPJMN 2020-2024 di Istana Negara, Senin (16/12/2019).

"Lifting produksi minyak kita, sumur-sumur kita masih banyak kok," ungkap Jokowi, dikutip dari YouTube Kompas TV.

Jokowi menyebut, pemanfaatan sumur minyak Indonesia tidak ditekan karena selama ini ada impor migas.

"Kenapa nggak digenjot (ditekan) produksinya? karena masih ada yang seneng impor minyak," katanya.

Sehingga Jokowi menyampaikan, impor migas yang dilakukan tersebut adalah perbuatan yang tidak benar.

Berita Rekomendasi

"Saya pelajari secara detail ini nggak, ini nggak, nggak bener kita ini," ujar Jokowi.

Presiden Joko Widodo (tengah). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo (tengah). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Mengenai impor bahan bakar minyak avtur, Jokowi mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan minyak sawit (crude palm oil).

"Avtur masih impor, padahal crude palm oil bisa dipindah menjadi avtur," jelasnya.

Terkait upaya impor avtur tersebut, ia menegaskan ada pihak yang suka melakukan impor migas.

Alasannya karena untung yang didapat dari impor migas tersebut besar.


"Kok kita suka impor avtur karena ada yang hobinya impor, karena untungnya gede," ungkapnya.

Jokowi berujar, roda perekonomian Indonesia terhambat akibat impor migas tersebut.

"Sehingga transportasi ekonomi di negara kita mandek (berhenti) gara-gara seperti ini," jelasnya.

Menurut Jokowi, impor minyak hingga 800 ribu barel per hari menyebabkan tidak pernah selesainya masalah defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan.

Sebagai solusi, Jokowi mendorong peningkatan produksi barang substitusi impor.

Presiden Joko Widodo (tengah). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo (tengah). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Jokowi juga menegaskan dirinya sudah mengetahui siapa pihak di balik tingginya jumlah impor migas.

Meski tidak menyebut rinci, Jokowi mengaku sudah menemukan dan mengetahui siapa pihak yang suka mengimpor migas.

"Bukan saya cari, tapi sudah ketemu siapa yang suka impor, sudah ngerti saya," ujar Jokowi.

Jokowi menekankan telah mengingatkan para pihak yang mengambil keuntungan dari impor migas.

"Hanya perlu saya ingatkan bolak-balik, hati-hati," lanjut Jokowi.

Ia dengan tegas mengingatkan pihak yang melakukan impor migas dan akan terus mengawasinya.

"Kamu hati-hati ya, saya ikuti kamu," tambahnya.

Jokowi menyampaikan, upaya Indonesia membuat gas berbahan bakar batu bara menjadi terkendala, akibat impor migas yang dilakukan oknum tersebut.

"Jangan menghalangi orang membikin batu bara menjadi gas, gara-gara kamu seneng impor gas," jelas Jokowi.

Jokowi berharap Indonesia bisa membuat gas dari batu bara agar tak lagi melakukan impor.

"Kalau ini bisa dibikin ya nggak ada impor gas lagi," ungkap Jokowi.

Ia menyebut, pihak yang suka mengimpor gas tersebut pernah mengungkapkan kekhawatiran apabila Indonesia berhasil memproduksi gas sendiri.

"Saya kerja apa pak? Ya terserah kamu. Kamu sudah lama menikmati ini," tegas Jokowi.

Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menurunkan impor migas.

Presiden Jokowi menyebut pertemuannya dengan Ahok dan Nicke membicarakan isu migas dan pembangunan kilang minyak.

Jokowi ingin impor migas dikurangi sehingga dapat menyelesaikan masalah defisit transaksi berjalan.

"Saya ingin urusan yang menyangkut defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan kita bisa diturunkan," ujar Jokowi, setelah membuka Rakornas Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah di Jakarta, Selasa (10/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.

Menurut Jokowi, setelah impor migas bisa diturunkan, maka produksi migas juga bisa naik.

"Kalau impor migas kita bisa dikendalikan dengan baik dan juga lifting produksi dari minyak dan gas juga bisa dinaikkan," jelasnya.

"Intinya mereka (Pertamina) menyanggupi itu," jelas Jokowi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) (Tribunnews.com/Theresia Felisiani)

Jokowi juga meminta Ahok dan Nicke untuk mengawal implementasi mandatori biodiesel 30 persen B30 yang akan dilaksanakan mulai awal Januari 2020.

"Penggunaan B30 yang akan dimulai Januari awal, juga betul-betul dilaksanakan dan dikawal," tegas Jokowi.

Jika berhasil, Jokowi yakin impor migas dapat diturunkan.

"Sehingga bisa menurunkan impor minyak kita," lanjut Jokowi.

Di akhir penyampaiannya, Jokowi juga mengatakan dirinya meminta Pertamina untuk membangun kilang minyak.

"Juga pembangunan kilang minyak, itu harus," ungkap Jokowi.

Menurutnya, Indonesia selama 34 tahun belum bisa membangun kilang minyak sendiri.

"Sudah 34 tahun kita tidak bisa membangun kilang minyak, kebangetan," ungkap Jokowi.

B30 merupakan program pencampuran minyak sawit mentah (Crude Palm Oils/CPO) sebanyak 30 persen ke Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar.

Program ini merupakan cara pemerintah untuk menekan tingginya impor minyak.

Sebab, impor minyak menjadi kontributor utama dalam pembengkakan defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.

Selain itu, program ini diharapkan mampu menjadi energi baru terbarukan bagi pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas