100 Hari Kepergian BJ Habibie, Putra Sulung Rindukan Momen-momen Kecil Diskusikan Pesawat Terbang
Hari ini genap sudah 100 hari Presiden ke-3 RI BJ Habibie pergi meninggalkan dunia.
Editor: Sugiyarto
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari ini genap sudah 100 hari Presiden ke-3 RI BJ Habibie pergi meninggalkan dunia.
BJ Habibie meninggal dunia pada 11 September 2019 lalu. Kabar kepergian Intelektual Besar itu menjadi duka yang sangat mendalam bukan hanya bagi keluarga besarnya, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ilham Akbar Habibie, putra sulung BJ Habibie mengaku merindukan cerita-cerita kecil yang kerap dibagikan sang bapak semasa hidup.
Dia mengatakan BJ Habibie sering memberikan banyak gagasan dan kerap mengajaknya berdiskusi, bahkan hingga larut malam.
"Saya merindukan cerita-cerita yang sering diberikan dan omelan-omelan bapak. Bapak itu punya banyak gagasan-gagasan, saya pribadi banyak melakukan diskusi dengan bapak."
"Bisa sampai malam sekali, pukul 01:00 WIB atau bahkan hingga pukul 02:00 WIB, itu masih diskusi," kata Ilham ditemui di rumah duka Patra Kuningan 13, Jakarta Selatan, Jumat (20/12/2019).
Memang diskusi merupakan hal yang sederhana, namun bagi Ilham, apa yang telah dijalani dengan sang bapak itu sangat berarti dan itulah yang akhirnya membuatnya merasa kehilangan.
Terkadang ketika mendatangi sejumlah tempat yang kerap dikunjungi BJ Habibie, Ilham masih terkenangan akan sang bapak lantaran pernah menghabiskan banyak waktu bersama.
"Apalagi kalau kita ke rumah ini, kita jadi sering teringat akan bapak. Terkadang melihat karya-karya bapak di televisi, tentu kami semua akhirnya jadi teringat akan bapak," ujarnya.
Beberapa hal memang agak sentimentil, bahkan perasaan sedih yang mendalam itu sendiri selepas kepergian BJ Habibie.
Ilham mengatakan, tentunya dia dan keluarga sempat merasakan shock yang luar biasa ketika sang bapak wafat.
Namun, bagaimana pun juga, Ilham dan pihak keluarga harus berusaha menerima dan mengikhlaskan kepergian sang bapak.
Menurutnya, menerima dan mengikhlaskan dapat memberikan ketenangan hati yang bisa ditemukannya kembali.