Fakta Baru Kecelakaan Bus Sriwijaya, KNKT: Tak Ada Bekas Rem di Sekitar Lokasi Kecelakaan
Penelusuran KNKT di Pagaralam, Sumatera Selatan diduga sebelum Bus Sriwijaya terjun ke jurang, sopir tidak melakukan pengereman hingga masuk jurang.
Penulis: Indah Aprilin Cahyani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengerahkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengungkap penyebab kecelakaan maut Bus Sriwijaya di Pagar Alam, Sumatera Selatan, Senin (23/12/2019) malam.
Dalam penelusuran KNKT di Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, diduga sebelum Bus Sriwijaya terjun ke jurang, sopir tidak melakukan pengereman.
Penelusuran tersebut berdasarkan pembatas jalan tidak ada bekas pengereman Bus Sriwijaya hingga terjun ke jurang.
Ketua Tim Investigasi KNKT, Ahmad Wildan juga mengungkap Bus Sriwijaya melaju dengan kecepatan tinggi.
"Pemeriksaan tim terhadap korban selamat pada kecelakaan tersebut diketahui bus melaju dengan kecepatan tinggi," kata Ketua Tim Investigasi KNKT, Ahmad Wildan saat melakukan investigasi, Kamis (26/12/2019).
Lebih lanjut Ahmad Wildan mengatakan pada lokasi kejadian tidak adanya bekas rem Bus Sriwijaya.
"Tidak ada bekas atau jejak rem di lokasi terjadinya kecelakaan itu," ujar Wildan, dikutip Kompas.com.
Sampat saat ini, KNKT sudah melakukan investigasi di sekitar lokasi pembatas jalan yang ditabrak Bus Sriwijaya dan kantor pengelola jasa angkutan itu.
Namun, proses evakuasi bangkai bus Sriwijaya masih diupayakan dan belum diperiksa lebih lanjut.
Ahmad Wildan menyebut, Bus Sriwijaya hilang kendali akibat rem yang blong dan tidak ada bekas pengereman di jalan.
Dalam kecelakaan Bus Sriwijaya, KNKT menduga sopir bus melanggar prosedur keselamatan berkendara.
Sebelumnya, sopir Bus Sriwijaya diduga mengantuk, tetapi saat investigasi tim KNKT tidak menemukan indikasi kelelahan atau hilang kesadaran karena mengantuk.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi Kerahkan KNKT
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) maupun pihak terkait kecelakaan Bus Sriwijaya di Pagar Alam, Sumatera Selatan.
"Kami sudah melakukan upaya insentif dengan menugaskan beberapa staf dari Dirjen Darat, terutama dari KNKT," kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dikutip dari Kompas.com.
Budi mengatakan, KNKT dikerahkan untuk mencari penyebab kecelakaan maut Bus Sriwijaya, di Pagar Alam, Sumatera Selatan, Senin (23/12/2019) malam.
Lebih lanjut, Budi juga menjelaskan, pihaknya belum bisa memutuskan dalam pemberian sanksi atau tidak terhadap Perusahaan Otobus (PO) Sriwijaya.
Jika terbukti PO tersebut tidak melakukan pengecekan kondisi bus apakah layak jalan atau tidak, maka bisa dilakukan tindakan hukum.
"Kalau memang mobil itu tidak di-ramp check, ada suatu law enforcement yang tegas, mereka harus diatur," tutur Budi.
Berdasarkan informasi saat ini, Kamis (26/12/2019) data dihimpun dari jumlah yang meninggal ada 35 orang korban kecelakaan.
Sebelumnya, Budi Karya Sumadi juga menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas musibah kecelakaan Bus Sriwijaya yang terjadi di Pagaralam, Sumatera Selatan.
Budi Karya Sumadi menyampaikan turut prihatin atas kecelakaan yang menewaskan kurang lebih 26 penumpang tersebut.
"Saya prihatin tentang kejadian itu dan turut berbelasungkawa atas kejadian itu," tutur Budi karya, dilansir kanal YouTube KompasTV, Selasa (24/12/2019).
Menurut Budi, yang harus diperhatikan dalam berkendara adalah keamanan.
"Inilah pentingnya yang namanya safety, kalau safety kita abaikan, begitu yang terjadi," jelasnya.
Budi Karya Kementerian Perhubungan bersama pihak kepolisian akan mencari tahu penyebab dari kecelakaan bus Sriwijaya ini.
"Kami bersama kepolisian akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata dia.
"Apakah ini merupakan kesalahan manusia, atau yang lain," lanjutnya.
Lebih lanjut Budi mengatakan, kecelakaan ini menjadi perhatian dan pelajaran bagi seluruh masyarakat untuk tetap hati-hati.
"Tapi ini justru menjadi perhatian kepada seluruh masyarakat, khususnya operator dan pengemudi untuk berhati-hati," ungkapnya.
"Karena pada masa sekarang ini, ada yang pengen penumpangnya banyak, waktunya cepat," imbuh Budi.
Sekali lagi ia menekankan, untuk tetap memperhatikan keamanan, satu di antaranya dengan memperhatikan kondisi bus yang akan digunakan.
"Tetapi semua itu tidak konten dengan savety, sebelum saya mengevaluasi bus ini seperti apa, gunakan bus-bus yang sudah layak jalan," ujar Budi.
Selain itu, Budi Karya juga meminta para sopir diperiksa kesehatannya sebelum melakukan perjalanan.
"Saya minta di terminal-terminal, sopirnya itu diperiksa," jelas Budi.
Budi Karya berharap tidak ada lagi kejadian kecelakaan seperti ini terulang kembali.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani)