Soal Fenomena Gerhana Matahari Cincin, BMKG: Tidak Berdampak Cecara Signifikan
Kasubbid Analisis Geofisika dan Tanda Waktu BMKG Suaidi Ahadi menyebut tidak ada dampak signifikan dari fenomena gerhana matahari cincin.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Analisis Geofisika dan Tanda Waktu BMKG Suaidi Ahadi memaparkan tidak ada dampak signifikan dari fenomena gerhana matahari cincin yang terjadi hari ini, Kamis (26/12/2019) terhadap bumi khususnya wilayah Indonesia.
Suaidi Ahadi menyebut, pada 2016 ia bersama timnya telah melakukan pengukuran secara seksama terhadap gerhana matahari total.
Hasil dari penelitian tersebut, yakni gerhana matahari tidak berdampak secara signifikan terhadap tinggi gelombang air laut maupun terhadap fenomena alam lainnya.
"Dampaknya tidak signifikan, tahun 2016 kita telah melakukan pengukuran seksama pada gerhana matahari total, kita menggunakan gaya berat dan magnetometer untukmedan magnet bumi, ternyata peningkatannya tidak signifikan," kata Suaidi Ahadi dilansir kanal YouTube Metrotvnews, Kamis (26/12/2019).
Ia mengatakan dampak melihat gerhana matahari tanpa menggunakan kacamata gerhana matahari yakni dapat merusak retina mata.
Terpapar gelombang ultraviolet secara intens berbahaya bagi kesehatan mata.
Suaidi Ahadi mengatakan, filter pada kacamata gerhana matahari dapat melindungi mata hingga 99 persen dari paparan gelombang ultraviolet.
Namun, bagi masyarakat awam yang tidak mempunyai kacamata gerhana matahari, Suaidi Ahadi menyarankan untuk melihat proses gerhana melalui bayangan di kertas karton.
"Kita bisa melihat bayangan dengan cara membuat lubang di karton, terus kita posisikan sejajar dengan matahari, sehingga kita melihat bayangan gerhana matahari di kertas karton lain sebagai bidang bayangannya," papar Suaidi Ahadi.
"Sehingga kita bisa menikmati proses terjadinya kontak gerhana antara bulan dan matahari," tambahnya.
Cara lainya untuk melihat gerhana matahari, yakni dengan melihat gerhana menggunakan cermin.
Selanjutnya, cara yang paling mudah ketika tidak mempunyai alat untuk melihat gerhana matahari adalah dengan melihat sesekali fenomena alam tersebut.
"Misalnya tidak mempunyai alat apapun, kita boleh melihat tidak telalu lama, sesekali saja," kata Suaidi Ahadi.
Lebih jauh, Suaidi Ahadi menyatakan, untuk gerhana matahari cincin akan terlihat lagi di wilayah Indonesia pada tahun 2031 dan 2042 mendatang.
Pada 20 April 2023, wilayah timur Indonesia akan dilewati gerhana matahari total.
"Wilayah Indonesia akan terjadi (gerhana matahari cincin) pada tahun 2031 dan 2042, sedangkan dalam waktu yang dekat ini."
"Tahun 2023, wilayah timur Indonesia terutama di Biak dan Selat Bintuni, akan menikmati gerhana matahari total, tanggal 20 April 2023 nanti," papar Suaidi Ahadi.
(Tribunnews.com/R Agustina)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.