22 Ton Garam Disiapkan untuk Distribusikan Hujan Agar Tidak Jatuh di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan untuk langkah awal, pihaknya telah menyiapkan 22 ton garam untuk modifikasi cuaca.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan kini sedang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mendistribusikan hujan ke daerah lainnya sebelum mencapai wilayah Jabodetabek.
Bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta TNI Angkatan Udara (AU), operasi ini akan dilakukan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT.
Dalam konferensi pers bertajuk 'Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Reduksi Curah Hujan', Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan untuk langkah awal, pihaknya telah menyiapkan 22 ton garam atau Natrium Klorida (NaCl) sebagai bahan semai.
Baca: Beda Pendapat dengan Anies, Menteri Basuki Langsung Gambar Sungai: Saya Tidak Dididik untuk Berdebat
"Kami sudah siapkan 22 ton bahan semai dan segera ditambah lagi stoknya," ujar Hammam, di Gedung BPPT 2, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2020) sore.
Dalam upaya untuk melakukan penyemaian garam pada potensi awan hujan, akan ada empat sorti penerbangan yang dilakukan setiap harinya.
Langkah ini dilakukan agar penyemaian awan bisa dilakukan optimal.
Baca: Kurangi Hujan Lebat di Jabodetabek, BPPT dan TNI AU Lakukan Upaya Modifikasi Cuaca
Sehingga, air hujan nantinya jatuh sebelum mencapai wilayah Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya.
Sementara itu, TNI AU telah menyediakan armadanya untuk kembali dipinjamkan pada operasi TMC.
Sebelumnya, TNI AU juga berkontribusi pada operasi TMC terkait penanganan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sejumlah daerah di Indonesia beberapa waktu lalu.
Untuk kali ini, TNI AU mengerahkan dua jenis pesawatnya yakni CN295 dan Casa.
Baca: 3 Hal yang Akan Dikerjakan Kemen-PUPR untuk Atasi Banjir di Jakarta, Jalankan Sesuai Arahan Presiden
Sedangkan satu unit Hercules disiagakan sebagai armada opsional.
Operasi hujan buatan dilakukan mulai hari ini, 3 Januari 2020 dan diawali dengan kegiatan monitoring pertumbuhan dan pergerakan awan.
Rencananya, hujan buatan ini akan diturunkan di kawasan Selat Sunda atau Lampung, hal ini tergantung dari arah angin.
Terkait tim yang dikerahkan untuk melakukan penyemaian garam pada potensi awan, BPPT menyiapkan 15 personelnya.
Dalam operasi hujan buatan ini, kata Hammam, tentunya peran BMKG sangat penting dalam memberikan informasi akurat terkait cuaca hingga pergerakan angin.
Baca: Kurangi Hujan Lebat di Jabodetabek, BPPT dan TNI AU Lakukan Upaya Modifikasi Cuaca
"Kita perlu data-data cuaca yang akurat dari BMKG, terkait awan hujan, pergerakan angin dan lain-lain," jelas Hammam.
Melalui informasi itulah, tim BBTMC BPPT nantinya bisa menentukan langkah yang tepat dalam melaksanakan operasinya.
"Sehingga ahli TMC bisa simulasi dan antisipasi," kata Hammam.
Senada dengan apa yang disampaikan Hammam, Kepala BBTMC Tri Handoko Seto menjelaskan bahwa operasi ini memang ditargetkan untuk menjatuhkan air hujan di wilayah lainnya sebelum mencapai ibu kota dan kota di sekitarnya.
"Semua awan yang bergerak ke Jabodetabek dan diperkirakan akan hujan di Jabodetabek akan disemai dengan pesawat menggunakan bahan semai NaCl. Diharapkan awan (hujan) akan jatuh sebelum memasuki Jabodetabek," kata Seto.
Ia menyebut operasi ini mampu mengurangi sekitar 30 hingga 50 persen potensi hujan yang akan turun di wilayah Jabodetabek.
Jumlah pengungsi berkurang
Jumlah pengungsi yang wilayahnya terdampak banjir makin berkurang.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, pada Jumat (3/1) total pengungsi tercatat tinggal 12.491 jiwa dari semula 31 ribu.
"Jumlah pengungsi DKI Jakarta sudah berkurang dari sebelumnya sekitar 31 ribu menjadi 12.491 jiwa," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta M. Ridwan kepada wartawan, Jumat (3/1/2020).
Baca: DPR Minta Gubernur DKI Kebut Normalisasi Sungai
Secara total, 23 kecamatan, 53 kelurahan, 199 Rukun Warga (RW), dan 545 Rukun Tetangga (RT) terdampak genangan air pasca guyuran hujan yang melanda ibu kota sejak Selasa (31/12) hingga Rabu (1/1) siang.
Sebanyak 2.614 kepala keluarga, yang terdiri dari 12.491 jiwa terpaksa harus mengungsi karena air merendam wilayah rumah mereka. Pemerintah menyiapkan 84 lokasi pengungsian untuk mereka tinggal sementara.
Baca: Cegah Anak-anak Korban Banjir di Jakarta Trauma, Kemensos Beri Bantuan Psikososial di Pengungsian
Adapun jumlah pengungsi terbanyak berada di wilayah Jakarta Timur dengan 5.412 jiwa.
Untuk lebih jelasnya, berikut rincian jumlah pengungsi di lima wilayah kota administrasi Jakarta.
1. Jakarta Pusat
3 Kecamatan
3 Kelurahan
19 RW
51 RT
Ketinggian air awal 120 cm
Saat ini 30 cm
Jumlah kepala keluarga 330
Jumlah jiwa 1700 orang
Lokasi pengungsi 10
2. Jakarta Utara
2 Kecamatan
5 Kelurahan
25 RW
44 RT
Ketinggian air 100 cm
Ketinggian air saat ini 50 cm
Jumlah kepala keluarga 20
Jumlah jiwa 571
10 lokasi pengungsian
3. Jakarta Barat
6 Kecamatan
18 Kelurahan
77 RW
221 RT
Ketinggian air 2 m
Saat ini 70 cm
Jumlah kepala keluarga 625
Jumlah jiwa 1.554
4. Jakarta Selatan
6 Kecamatan
12 Kelurahan
31 RW
55 RT
Ketinggian air 200 cm
Ketinggian air saat ini 60 cm
Jumlah kepala keluarga 504
Jumlah jiwa 3.254
25 lokasi pengungsian
5. Jakarta Timur
6 Kecamatan
14 Kelurahan
47 RW
174 RT
Ketinggian air 310 cm
Ketinggian air saat ini 70 cm
Jumlah kepala keluarga 1.165
Jumlah jiwa 5.412
34 lokasi pengungsian.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.