KBRI Siapkan Skenario Evakuasi WNI Antisipasi Bila Terjadi Serangan Balasan Amerika Terhadap Iran
Duta Besar Indonesia untuk Iran, Octavino Alimudin, mengatakan kondisi WNI di Iran tetap beraktivitas seperti biasa.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Indonesia untuk Iran, Octavino Alimudin, mengatakan kondisi WNI di Iran tetap beraktivitas seperti biasa.
KBRI di Iran sedah memberikan imbauan kepada WNI yang tinggal di wilayah perbatasan Irak dan Iran agar selalu waspada.
Hal tersebut diungkapkan Octavino Alimudin terkait memanasnya hubungan Iran dengan Amerika Serikat.
Baca: SBY Percaya Perang Dunia Tak Akan Terjadi Walau Iran-AS Kian Memanas
Iran diketahui meluncurkan serangan rudal balistik ke dua pangkalan udara Amerika Serikat (AS) di Irak.
"Saat ini kita melihat daerah yang berbatasan dengan Irak, jadi itu yang kita perhatikan lebih dulu," ujarnya, Rabu (8/1/2020).
Octavian mengatakan jumlah WNI di wilayah perbatasan tersebut memang tidak banyak.
Kendati demikian, ia mengatakan WNI yang ada di sana sudah siap jika terjadi serangan balik yang dilakukan Amerika.
Baca: Menlu Inggris Dominic Raab Kutuk Serangan Rudal Balistik Iran Terhadap 2 Pangkalan Udara AS di Irak
"Ada beberapa yang sudah kita imbau untuk siap-siap karena kita hindari ada serangan balik di wilayah itu," ujarnya.
Kebanyakan WNI yang berada di Iran adalah pelajar.
Mereka tinggal di Ibu Kota Iran, Teheran dan sebagian besar tinggal di wilayah Qum.
Baca: Menlu Inggris Dominic Raab Kutuk Serangan Rudal Balistik Iran Terhadap 2 Pangkalan Udara AS di Irak
KBRI Iran mengungkapkan telah melakukan pengecekan terhadap WNI yang ada di Iran dan melakukan skenario evakuasi jika terjadi kondisi kritis.
"Tadi kita cek, tidak hanya melalui pengumuman IG, tapi kita kontak di whatsaap grup. Kita kontak satu-satu. Kita sudah buat skrnario sekiranya terjadi evakuasi," ujarnya.
Respons Donald Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memberikan komentarnya atas "puluhan rudal" Iran yang menghujani markas pasukan Amerika Serikat di Irak.
Dalam cuitannya di akun Twitter resminya @realDonaldTrump, Rabu (8/1/2020), ia membenarkan dua pangkalan militernya di Irak telah dihujani rudal oleh Iran.
"All is well! Missiles launched from Iran at two military bases located in Iraq. Assessment of casualties & damages taking place now. So far, so good! We have the most powerful and well equipped military anywhere in the world, by far! I will be making a statement tomorrow morning," tulis Donald Trump.
Trump mengatakan, soal kabar korban jiwa maupun perkiraan kerusakan yang dialami Ain al-Assad dan Irak, tengah diselidiki oleh otoritas terkait.
"Kami mempunyai peralatan militer yang paling canggih dan terbaik yang ada di dunia ini!" lanjutnya.
Mengutip Kompas.com, Gedung Putih menyampaikan, telah memberitahu Presiden Donald Trump soal rudal dari Iran, dan saai ini tengah memantau perkembangannya.
Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Publik, Jonathan Hoffman mengatakan, saat ini fokus Pentagon adalah memperkirakan kerusakan yang terjadi akibat serangan rudal di markas Amerika Serikat tersebut.
Dia menerangkan, Washington bakal mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya di Timur Tengah.
Pentagon menuturkan, mereka sudah berada dalam kondisi "siaga tinggi" selama beberapa hari sebelumnya buntut ketegangan yang terjadi.
Sekutu dekat Trump, Senator Lindsey Graham mengatakan, serangan yang menghantam pangkalan milik pasukan Amerika Serikat dan sekutunya adalah tindakan perang.
Sebelumnya, Iran melalui Garda Revolusi menyatakan, mereka menghujani markas pasukan Amerika Serikat dan sekutunya di Irak dengan "puluhan rudal".
Operasi itu dikatakan merupakan pembalasan atas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani oleh Amerika Serikat, Jumat (3/1/2020) pekan lalu.
Melansir Sky News via Kompas.com, Rabu (8/1/2020), "puluhan rudal" itu ditembakkan Divisi Dirgantara Garda Revolusi Iran, dan dinamai "Martir Soleimani".
Sementara, menurut sumber keamanan kepada AFP mengungkapkan, serangan itu terjadi dalam tiga gelombang selepas tengah malam waktu setempat.
Setidaknya sumber itu menghitung ada sembilan rudal yang menghantam markas pasukan AS di Ain al-Assad, barat Irak.
Melansir Kompas.com, berdasarkan laporan Global Firepower (GFP), Amerika mempunyai anggaran militer berlimpah, yakni sebanyak 716 miliar dollar AS, sementara Iran disebutkan hanya 6,3 miliar dollar AS.
Dari segi personel militer, Iran memiliki 873.000 personel.
Sedangkan total tentara Amerika di angka 2.141.900 personel.
Namun, Iran mempunyai peluncur roket lebih banyak dibandingkan dengan Amerika Serikat, yakni 1.900 berbanding 1.056 rudal milik Amerika Serikat.
Sementara untuk pesawat, Amerika Serikat tetap jauh lebih unggul, yakni dengan 13.398 pesawat, baik itu berstatus jet tempur, pembom, angkut, hingga latih.
Iran sendiri diketahui hanya memiliki 509 pesawat, dengan 165 jet tempur.
Sehingga, jika dibandingkan, helikopter Iran juga hanya dua persen dari helikopter Amerika Serikat, yaitu 126 berbanding 5.760 buah.
Kendaraan lapis baja Amerika juga hampir 20 kali lipat lebih banyak.
Jumlahnya 39.223 berbanding 2.345 milik Iran.