BMKG Keluarkan Rapot Kilas Balik Kejadian Bencana 2019 dan Prediksi Selama Tahun 2020
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis laporan kilas balik bencana yang terjadi selama 2019.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Whiesa Daniswara

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis laporan kilas balik bencana yang terjadi selama 2019.
Diketahui, selama Januari hingga Desember 2019, terjadi berbagai bencana di wilayah-wilayah Indonesia.
Dikutip dari laman resminya, bmkg.go.id Kamis (9/1/2020), telah terjadi 343 kejadian banjir, 340 tanah longsor, banjir disertai tanah longsor di 5 lokasi, serta 554 kejadian puting beliung.
Dalam laporan tersebut, juga diketahui sebanyak 11.573 kali gempa menguncang Indonesia.
Di antaranya terdapat 344 kali gempa diatas M.5 (magnitudo 5) dan 17 kali gempa merusak.
Aktivitas gempa bumi banyak terjadi di wilayah Nias, Lombok-Sumba, Laut Maluku Utara, Ambon, Laut Banda, dan Sarmi-Mamberamo.
Sementara untuk bencana kemarau panjang dan kekeringan tahun ini turut memicu 52 kejadian kebakaran hutan dan lahan dan bencana asap.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, bencana kekeringan paling berdampak pada pertanian, sumber daya air, kehutanan, dan lingkungan.
Bencana ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang aktif dari September 2018 hingga Juli 2019 di Samudera Pasifik ekuator bagian tengah.
Kemudian diperparah dengan fenomena Dipole Mode fase positif Samudera Hindia (IOD+) yang menguat sejak April hingga Desember 2019.
Baca: Belajar dari Reynhard Sinaga, Psikolog Berikan Tips Hindarkan Anak dari Disorientasi Seksual
Dwikorita menambahkan, berubahnya suhu laut juga menyumbang parahnya bencana kemarau di Indonesia.
"Karena lebih dinginnya suhu permukaan laut terutama bagian selatan dari kondisi normalnya pada periode Juni-November 2019," ujarnya.
Menurut Dwikorita suhu permukaan laut yang lebih dingin menyebabkan sulitnya pertumbuhan awan yang berpotensi hujan akibat kurangnya kadar uap air di atmosfer akibat rendahnya penguapan dari lautan.
"Secara umum, musim kemarau tahun 2019 menunjukkan kondisi lebih kering dari musim kemarau tahun 2018," tambah Dwikorita.