Anies Baswedan Dikritik Soal Banjir, Mardani Ali: Boleh, Pemimpin Tidak Dikritik Akan Lupa Diri
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera turut menanggapi pernyatan Shohibul Iman untuk mempersilahkan warga Jakarta mengkritik Anies Baswedan.
Penulis: Indah Aprilin Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapat banyak kritikan akibat banjir yang melanda Jakarta pada Rabu, 1 Januari lalu.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera turut menanggapi pernyatan Presiden PKS Shohibul Iman untuk mempersilahkan warga Jakarta mengkritik Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Untuk diketahui Mardani Ali berbeda pendapat soal banjir yang melanda Ibu Kota Jakarta.
Mardani Ali menyebut kebijakan Anies Bawedan tidak ada masalah.
"Malah bagus, artinya Pak Iman itu PKS ketika mendukung selalu mendahulukan rasionalitas."
"Jadi kalau mau ada yang kritik silahkan, tapi Pak Iman sendiri tegas mendukung Anies Baswedan," ujar Mardani Ali.
"Kalau warga ada yang mau kritik boleh, namanya pemimpin tidak dikritik nantinya akan lupa diri," sambungnya.
Lebih lanjut, Mardani menjelaskan perbedaan pendapat dirinya dengan Shohibul Iman.
Ia menyebut terkait persoalan banjir pasti nantinya terdapat beberapa temuan baru.
"Boleh, ketika kita mengkritik itu tidak berarti kita tidak mendukung. Tetap mendukung," ungkap Mardani.
Pengamat politik, Rocky Gerung, angkat bicara soal banjir yang melanda DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui banjir merendam beberapa wilayah di Jakarta dan sekitarnya.
Komentar Rocky Gerung untuk banjir di Jakarta disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (10/1/2020).
Dari narasi yang beredar bahwa Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan disalahkan karena dinilai tidak mampu mengatasi persoalan banjir Jakarta.
"Jadi saya lihat banjir itu mengendapkan lumpur tapi sekaligus mengangkat ke atas kebencian-kebencian sosial yang laten," terang Rocky Gerung.
"Jadi dengan banjir ini kita lihat sebetulnya perekat sosial kita itu rapuh sekali," imbuhnya.
Rocky Gerung menegaskan jika kebanyakan yang menyalahkan Anies adalah dari pihak yang mendukung Pemerintah Indonesia.
"Padahal presiden sudah bilang, udah berhenti cebong sama kampret, nah justru di musim banjir ini, cebong itu eksisten lagi, hidup lagi," ungkap Rocky Gerung.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menyebut, orang tidak mengambil aspek solidaritas dari banjir tersebut, tetapi justru muncul aspek intimidasi terhadap Anies.
"Orang tidak ambil aspek solidaritasnya tapi aspek untuk menghukum, aspek untuk membully itu," kata Rocky Gerung.
Rocky Gerung pun lantas mengaitkan negara yang berprinsip gotong royong dengan serangan yang diperoleh Anies saat banjir Jakarta.
"Kalau dibilang bangsa ini gotong royong, gotong royong untuk membully gubernur kan," jelasnya.
Rocky Gerung menilai, adanya musibah banjir tersebut membuat sebagian orang balas dendam.
Balas dendam yang dimaksud Rocky Gerung adalah saat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjabat Gubernur DKI Jakarta, ia juga pernah dibully untuk masalah yang sama.
"Jadi membalas dendam pun itu buruk sebetulnya kan," ujarnya.
Rocky Gerung pun menyebut, ada dimensi politik untuk melecehkan legitimasi dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
"Jadi tetap dimensi politik untuk melecehkan legitimasi gubernur itu tinggi sekali di pihak pengikut istana sebetulnya," terang Rocky.
Rocky Gerung menilai, dengan kejadian banjir yang melanda Jakarta justru terlihat bangsa ini tengah terbelah.
Hal tersebut lantaran, banyak pihak-pihak yang justru saling menyalahkan terkait banjir Jakarta.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani)