Kata Tetangga Totok Santoso Soal Masa Lalu Raja Keraton Agung Sejagat: Rumah Kontrakannya dari Kayu
Kata Tetangga Totok Santoso Soal Masa Lalu Raja Keraton Agung Sejagat: Rumah Kontrakannya dari Kayu
Penulis: Anugerah Tesa Aulia
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Totok Santoso, Raja Keraton Agung Sejagat kini masih jadi perbincangan publik.
Pasalnya Totok Santoso yang dikenal sebagai Raja Keraton Agung Sejagat ini baru saja ditangkap polisi, Selasa (14/1/2020).
Totok Santoso tak ditangkap sendirian, ia juga ditangkap bersama Ratu Dyah Gitarja.
Setelah dilakukan penulusuran lebih lanjut, ternyata selama bertahun-tahun Totok pernah mengontrak bedeng di RT 12/RW 05 Ancol, Kampung Bandan, Pademangan, Jakarta Utara.
Saat ditemui pada Rabu (15/1/2020) malam, Ramosin menunjukkan lahan kosong yang dulu pernah ditempati Totok.
Lokasi bedeng tersebut persis di sebelah rel kereta yang kini sudah tak dipenuhi rumah lainnya.
Bedeng kontrakan Totok semipermanen dan cenderung kecil, ukurannya sekitar 3x3 meter.
"Ya dari kayu gitu kontrakannya dia," kata Ramosin yang dikutip dari Tribun Jakarta..
Totok sempat tinggal di sana sebelum tahun 2016.
Setelah kebakaran, Toto sudah tak terlihat lagi.
"Dulu dia emang sempat tinggal di situ, terus abis kebakaran ya sudah enggak di sana lagi," jelas dia.
Ketua RT 12/RW 05 Ancol, Abdul Manaf, mengatakan Totok sempat mengontrak di wilayahnya sekitar tahun 2011.
Abdul masih mengingat lantaran Toto pernah mengajukan permintaan surat pengantar untuk membuat KTP.
"Dia bikin surat pengantar, bikin KTP. Tahun 2011 ketemu, 2012 balik lagi bikin KTP," kata Abdul ditemui di sekretariat RW 05 Ancol.
Warga setempat mengenal Totok sebagai pribadi tertutup dan jarang berinteraksi dengan warga.
"Sehari-harinya enggak tahu kerjanya apa. Ya nggak pernah ngobrol, tertutup orangnya," kata Ramosin.
Abdul Manaf mengamini, bahwa Totok jarang mengikuti kegiatan di lingkungan setempat.
"Nggak, nggak pernah ikut kegiatan sama warga sini mah," kata Abdul.
Meski demikian, Abdul sempat mengetahui Totok memang pendiam.
"Orangnya sih biasa, memang pendiam. Tapi kenal sama orang-orang. Kalau ketemu palingan 'wey dari mana'," kata Abdul.
Selain itu, berdasarkan tayangan YouTube Kompas TV (15/1/2020), sejumlah warga yang tinggal di sekitar Keraton Agung Sejagat mengaku sudah lama resah.
Warga sekitar merasa ada yang janggal dengan aktivitas anggota kerajaan yang dipimpin Totok.
Seorang Warga Desa Pogung Jurutengah, tetangga Keraton Agung Sejagat bernama Jumeri mengatakan belum pernah ada izin apa pun terkait kemunculan kerajaan tersebut.
"Enggak ada, belum pernah ada izin," ujar Jumeri.
Jumeri mengungkapkan, kebanyakan pengikut Kerajaan Agung Sejagat berasal dari luar desa bahkan hingga luar kota.
"(Pengikut) dari jauh-jauh semua," katanya.
Jumeri kemudian membeberkan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh anggota keraton.
Ia mengatakan aktivitas keraton biasanya dimulai saat malam hari.
Mulai dari pukul 21.00 hingga tengah malam.
Aktivitas yang dilakukan pun cenderung tidak jelas tujuannya.
Jumeri menyebutkan hampir setiap malam kerap mendengar suara tepuk tangan, dan orang bersorak-sorak dari area keraton.
"Kegiatannya mulai ramai dari pukul 21.00 sampai jam 24 .00 malam, keprok-keprok, sorak-sorak," beber Jumeri.
"Hampir tiap malam," lanjutnya.
Seorang warga sekitar bernama Ahmad Riyanto juga mengungkapkan keresahannya terkait aktivitas di dalam Keraton Agung Sejagat.
Riyanto bahkan mengungkapkan bahwa dirinya sangat menentang berdirinya keraton tersebut.
"Sangat menentang, saya nangis batin dalam hati," ungkap Riyanto.
Riyanto mengungkapkan kepedihan yang pernah ia alami dengan anggota Keraton Sejagat.
Mulanya ia menceritakan sempat ada seorang warga yang tak disebutkan namanya, ditantang berkelahi oleh anggota kerajaan.
Tak dijelaskan secara detail bagaiman tantangan berduel itu terjadi, namun Riyanto mengatakan tantangan tersebut juga terjadi pada dirinya.
"Anak itu ditantang sama anggotanya, ditantang gelut," ujar Riyanto.
"Pertama anak itu, terus kedua saya (ditantang)," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Anugerah Tesa)