Imlek Bagian dari Mozaik Indah Bernama Indonesia
Gus Dur ingin semua masyarakat Indonesia bisa merayakan kebudayaannya masing-masing sebagai bagian dari mozaik indah bernama Indonesia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
![Imlek Bagian dari Mozaik Indah Bernama Indonesia](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/sembahyang-imlek-di-vihara-amurva-bhumi_20200125_054610.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid tidak akan pernah lepas dari penetapan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasoinal.
Semangat Gus Dur untuk memperindah keberagaman di Indonesia dan menghargai perbedaan menjiwai setiap perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia.
Pada era Orde Baru, masyarakat Indonesia keturunan etnis Tionghoa tidak dapat merayakan Imlek secara terbuka.
Hal ini tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.
Dalam aturan tersebut Presiden Soeharto menginstruksikan masyarakat keturunan etnis Tionghoa merayakan pesta agama atau adat istiadat secara tidak mencolok di depan umum. Perayaan sebatas dilakukan di lingkungan keluarga.
Gus Dur mendobrak aturan ini saat dia menjadi presiden.
Baca: Kumpulan GIF Milenial Ucapan Selamat Imlek 2020, Gambar Bergerak Asyik Dishare ke WA dan Facebook
Baca: Bisnis Otomotif Bisa Jatuh di Tahun Tikus Logam
Dalam artikel di Kompas.com berjudul "Peran Gus Dur di Balik Kemeriahan Imlek" yang terbit pada 30 Januari 2017, dijelaskan Gus Dur adalah sosok yang tidak suka diskriminasi terhadap etnis Tionghoa.
Gus Dur juga orang pertama yang menyelesaikan masalah diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia.
Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000, Gus Dur menyudahi satu permasalahan diskriminasi pada etnis Tionghoa hingga akhirnya mereka bisa merayakan Imlek secara bebas dan terbuka.
Keppres tersebut mematahkan aturan dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.
Putri Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau akrab disapa Yenny Wahid, menuturkan keinginan Gus Dur melalui perjuangannya tersebut.
![Warga keturunan Tionghoa melakukan sembahyang di Vihara Amurva Bhumi, kawasan Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Jumat (24/1/2020) malam. Ibadah tersebut dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2571. Tribunnews/Herudin](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/sembahyang-imlek-di-vihara-amurva-bhumi_20200125_055515.jpg)
Yenny menuturkan Gus Dur ingin semua masyarakat Indonesia bisa merayakan kebudayaannya masing-masing.
"Gus Dur ingin semua masyarakat Indonesia bisa merayakan kebudayaannya masing-masing sebagai bagian dari mozaik indah bernama Indonesia," ujar Yenny Wahid kepada Tribun Network, Jumat (24/1/2020).
Yenny Wahid menjelaskan Imlek itu adalah subkultur kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu, Gus Dur ingin masyarakat keturunan etnis Tionghoa juga bisa merayakan kebudayaannya di Indonesia, tanpa ada diskriminasi apapun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.